chapter 6

27 4 0
                                    

Clarissa Pov

"Risa!! Cepetan kek !!!" Seru Aldry yang saat ini berada di halaman kediaman keluarga Yudhatama yakni keluarga yang sudah mengadopsiku.

Aku yang mendengar itu, hanya bisa menggelengkan kepalaku saja. Bingung terhadap Aldry yang memiliki suara super duper lebih kencang dibandingkan alat toa(pengeras suara) yang sering dipakai oleh tukang perabotan keliling.

"Risa!!!" Panggilnya lagi.

"Aduhhhhh..., sabar kek dri !" Gerutuku terhadapnya.

Pasti kalian bingung, apa yang sebenarnya terjadi dengan kami berdua ?

*(Okayy....gue bakal ngejelasin.)

Hari ini merupakan hari pertamaku untuk sekolah di sekolah baruku, yakni SMA Cipta Raya. Sekolah itu merupakan sekolah yang benar-benar terpopuler dari beberapa sekolah populer lainnya di kotaku.

Namun karena kami bangun lebih telat dari waktu dimana kami seharusnya sudah terbangun, kami dilanda kepanikkan yang luar biasa dan langsung meleset begitu saja dari tempat tidur untuk bersiap diri ke sekolah.

Dan akhirnya kami sudah bersiap-siap.

Akan tetapi, karena aku dilanda kepanikkan yang begitu dahsyat seakan diriku ini sudah dimakan oleh waktu *(okay, ini terlalu lebay), aku lupa untuk mengenakan seragam sekolah baruku yang pada saat itu aku mengenakan seragam sekolah lamaku.

Karena kepikunanku ini, aku diceramahi oleh Aldry secara habis-habisan mengingat waktu kami sudah tidak banyak lagi.

Dan saat ini aku sudah mengganti seragam lamaku dengan seragam baruku dan segera menghampiri si nenek lampir Aldry yang sudah menggerutu sejak tadi. Akan sangat berbahaya jika aku tidak segera memadamkan amarahnya.

"Ayok cepetan!" Serunya lagi setelah ia melihatku keluar dari pintu utama rumah ini.

"Duh.... sumpah deh! Pita suara lo tuh ada berapa sih sebenernya? Kayaknya besok gue harus ke dokter THT deh, gara-gara teriakan lo yang bisa bikin kuping orang pecah."

"Lagian sih..., lo tuh lama banget. Makannya, pikun tuh jangan dipelihara." Ujarnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Misi non..., ini kita teh mau barangkat kapan atuh ?" Terdengar suara Pak yoyo dari arah belakang kami dengan logat sundanya yang masih tampak.

Aku membalikkan tubuhku. "Sekarang pak." Lalu berjalan lebih dahulu meninggalkan Aldry yang masih di belakangku. Jika tidak seperti ini, maka perdebatan kami tidak akan terselesaikan dan yang akan berujung, kami tidak jadi untuk pergi kesekolah.

Aku membuka pintu mobil bagian belakang yang sudah disiapkan oleh pak Yoyo. Belum ada beberapa detik, pintu mobil bagian belakang lainnya juga ikut terbuka . Aku tersenyum, setidaknya dia tidak meminta supir lain keluarga Yudhatama menyiapkan mobil yang lain untuk mengantarnya.

Diperjalanan, tidak ada percakapan apapun diantara kami berdua. Hanya terdengar suara mesin kendaraan dan suara bising klakson yang berada di luar sana. Aku hanya bisa melihat kemacetan dari balik kaca mobil yang berada disebelahku untuk menghilangkan suntukku dalam perjalanan ini.

"Emm... ,sa?"

Tiba-tiba terdengar suara Aldry dengan suara yang pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.

Aku tersenyum senang mendengarnya.

Ini adalah cara terampuh untuk memadamkan amarahnya yang bisa kupastikan akan berakhir untuk mengakui kesalahannya. Dengan cara berpura-pura kesal dan mendiamkannya seperti ini, yang sebenarnya aku tidak pernah sekali pun kesal terhadap kebiasaan buruk yang ada pada dirinya. Lucu memang. Tapi ini adalah cara terampuh untuk meleraikan pertengkaran diantara kami.

ExactlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang