Tiga

46 2 2
                                    

Kota Seoul di pagi hari sejak pukul 06:00 aktivitas penduduk kota tersebut sudah dimulai banyak orang-orang dari berbagai profesi siap untuk memulai harinya di mulai dari jalan penyebrangan yang padat orang-orang yang menanti ikon orang di kotak berubah warna menjadi hijau. Hari ini adalah hari pertama semester baru dimulai termasuk juga hari pertama Sierra memasuki sekolah barunya.

SMA Swing adalah salah satu sekolah swasta bergengsi di Korea, bisa di tebak sekolah tersebut berpenghunikan siswa-siswa cantik dan tampan nan kaya raya tentu saja. Namun sekolah tersebut juga menyediakan bantuan beasiswa untuk siswa berprestasi dan untuk yang siswa tidak mampu, Sierra termasuk siswa yang tidak mampu yah.. Jika ia memilih untuk ikut beasiswa berprestasi akan sulit baginya dengan kemampuan akedemik yang pas-pas'an. 'Sungguh tidak ada yang bisa diunggulkan' begitu pikirnya.

Hari pertama ajaran baru sekolah berinisiatif mengumpulkan siswa didikan baru berkumpul di aula sekolah. Aula tersebut sangatlah besar hampir menyerupai ruang teatrikal dengan banyak kursi permanen berjajar rapi.

Para siswa mulai memasuki aula ada yang bergerombol, berdua atau pun sendirian seperti Sierra sekarang ini. Ia memang belum mempunyai teman, entah mengapa orang lain seperti telah mengenal satu sama lain sejak lama atau memang Sierra yang tidak dapat berbaur, yang pasti Sierra kurang percaya diri jika harus berkenalan terlebih dahulu, trauma nya saat di bangku SMP selalu membayangi nya dimana ia selalu di pojokkan atas kematian ayahnya semua temannya menjauhinya bahkan ia di anggap tidak ada di kelas, sungguh menyakitkan.

Memasuki aula Sierra heran mengapa ia harus duduk di bagian timur dengan kursi permanen dari kayu sedangkan di sisi barat siswa lain duduk dengan kursi permanen dengan busa empuk yang di lapisi beludru merah gelap
'Mengapa begitu? Diskriminasi?' pikir Sierra lalu duduklah seorang perempuan dengan rambut coklat hasel panjang yang terlihat sangat lembut jika di sentuh, perempuan itu melihat Sierra sekilas lalu memalingkan mukanya.
'Apa yang salah denganku, apa muka ku mengerikan?' batin Sierra
Setelah lama berpikir dia memutuskan harus menyapanya dahulu, siapa tau dia bisa mendapatkan teman seperti yang lain, dengan penuh keberanian dia mengucapkan sepatah kata
"Hai... Nama ku Goo Sierra, siapa namamu?"
"Kau.. Bukan dari sini iya kan?" jawab gadis itu
"Yeah.. Bukan, aku berasal dari Busan. Aku dapat bantuan untuk di sini "
"Oh.. Beasiswa? Baiklah senang bertemu denganmu. Bye "

Dan hanya itu, Sierra dapat memastikan semua penghuni sekolah ini akan bereaksi sama dengan gadis itu jika mengetahui bahwa ia siswa yang di topang dengan beasiswa.

Setelah upacara menyambutan siswa baru, para siswa termasuk Sierra di persilahkan memasuki ruang kelas mereka. Ia mendapatkan kelas paling terakhir dan baru ia ketahui juga bahwa di sekolah ini terdapat deferensiasi yang sangat mencolok, bagaimana tidak untuk siswa kaya dan pintar akan di tempatkan di gedung utama yang jauh lebih besar dan lebih mewah, bahkan disana juga terdapat coffee shop dan restaurant fast food di lantai dasarnya, gedung itu hampir menyerupai mall. Berbeda sekali dengan gedung yang di tempati Sierra, disini seperti sekolah pada umumnya dengan banyak koridor dan loker untuk siswa. Dan sekarang Sierra tau, mengapa ia di tempatkan disini bukan di gedung mall itu, karena ia siswa yang di topang oleh beasiswa dan gedung ini di peruntukkan untuk siswa biasa dengan derajat sosial menengah ke bawah.

Saat istirahat tiba Sierra mengelilingi gedung sekolah nya, sampai di sisi kanan gedung ia melihat balkon kosong yang di batasi dengan pintu kaca yang bisa di geser untuk membukanya. Ia coba membuka nya dan berhasil, seperti yang ia pikirkan sebelumnya balkon tersebut memang kosong dalam artian memang di tinggalkan dan seperti sangat lama tidak ada orang yang menjamah tempat itu, di sisi bawah balkon terdapat tangga besi menuju ke gang sebelah sekolah, mungkin ini adalah jalan untuk anak-anak yang mencoba kabur dari sekolah.

Di balkon ini, gedung mall itu dapat di lihat dengan jelas. Menjulang tinggi, dan sangat tidak bisa di percaya bagian rofftop gedung tersebut ternyata mempunyai sebuah bangunan lagi persis seperti rumah namun minimalis, apakah ada seseorang yang tinggal disana? apakah orang tersebut tidak takut rumahnya tersambar petir di ketika hujan?. Sungguh aneh pemilik rumah minimalis tersebut, di saat semua orang mempunyai apartemen atau tinggal di perumahan hanya dia yang memilih tinggal di atas gedung. Mungkin untuk mencari ketenangan

Namun tidak seperti Sierra, ia hanya butuh teman butuh keramaian untuk melupakan segala peristiwa yang telah ia alami, cukup sudah 2 tahun ia jalani dengan berdiam diri bahkan hampir menjadi gadis gila namun apadaya tidak ada seorangpun yang menginginkannya, hanya cemooh'an yang telah ia dapat, ia bahkan tidak tau dosa apa yang telah ia perbuat sehingga mengalami semua ini. Ia hanya berharap akan dapat mengubah nasib nya disini, bukan kah seperti kata pepatah bahwa roda kehidupan terus berputar, dan ia sedang menunggu saat ia akan berada di atas, di kehidupan yang layak..

Tanpa ia ketahui.. Di hari ini takdirnya di mulai, yang kan membawanya di taraf atas hingga ia pun tak percaya mendapatinya.

JINXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang