Dua

49 2 0
                                    

Pukul 07:00 a.m Sierra sampai di terminal kota Seoul, selanjutnya ia segera mencari bus yang mengarah ke sekolahnya. Dia berniat untuk mencari rumah kontrakan terdekat dari sekolahnya untuk di singgahinya, akan menghemat biaya jika ia bisa berjalan atau ke sekolahnya setiap hari. Sesampainya bus berhenti lalu ia turun di depan sekolahnya, dia begitu takjub melihat bangunan sekolahnya yang menjulang tinggi seperti sebuah hotel dengan halaman yang begitu besar.

"Benarkah ini sekolahku?" pikirnya bingung.
Dia berniat masuk untuk melihat-lihat namun hari sudah cukup malam dan ia harus cepat menemukan tempat untuknya tinggal atau dia harus tidur di jalan malam ini.

Sekitar setengah jam Sierra menyusuri kawasan sekitar sekolahnya namun tidak satu pun rumah di dapatinya, hanya terdapat bangunan cafe, restaurant dan tempat karaoke. Sebelum ia menyerah tidur di jalan malam ini, tiba-tiba satpam sekolah yang sejak tadi memperhatikannya mondar-mandir menanyainya perihal apa yang ia cari. Setelah Sierra menceritakan segalanya barulah satpam tersebut memberitahu bahwa banyak tersedia jasa penyewaan rumah atap kontrakan di daerah Daegu, tanpa menunda-nunda Sierra segera pergi ke halte bus atas petunjuk satpam sekolah tersebut.

Sesampainya ia di daera Daegu ia pun mencari satu persatu rumah yang mempunyai bangunan kecil di atas rumahnya, yah.. Sierra pernah mendengar rumah atap yang sering di trmpati oleh pelajar atau karyawan perantauan.

Dengan langkah pelan dia menyeret karung beras berisi bajunya menuju jalanan yang semakin menjulang ke atas, memang kawasan Daegu adalah daerah dengan kontur perbukitan maka rumah-rumah disana pun menyesuaikan tata letak tanahnya.

"Bukit.. Tidak masalah setidaknya tidak ada sekumpulan air di sini" pikirnya, sejak saat itu ia memang membenci air lebih tepatnya ia akan trauma dengan melihat banyak air maka dari itu ia memilih pergi secepatnya dari tempatnya dahulu, di Busan pulau di ujung selatan Korea di mana tempat bertemunya air laut dan daratan.

Rasa lelah segera meliputinya betapa tidak, ia harus menaiki jalanan menjulang ini dengan barang berat di seretnya seandainya dia membawa koper dia bisa langsung menariknya tanpa harus terlalu berat membawa dan ia juga tidak harus menanggung malu seperti di bus tadi, ia sudah di kira pedagang beras dari desa karena karung berasnya. Ahh.. Tapi dia kan tidak mempunyai koper, hanya Hyeri saja yang punya dan Hyeri tidak akan pernah melepas koper untuk nya.

Setelah beberapa langkah ia menemukan sebuah toko, ia memutuskan untuk beristirahat dan membeli air untuk penghilang dahaga nya. Tiba-tiba sang pemilik toko mengangetkannya.

" Hai~~"
"Ahh.. Ahjumma, iya hai juga"
"Kau baru ya disini?. Sedang mencari siapa?"
"Engg.. Sebenarnya saya bukan mencari siapa-siapa lebih tepatnya saya sedang mencari rumah kontrakan, katanya di kawasan ini banyak di tawarkan rumah atap benarkah itu ahjumma?"
"Ahh ya benar, salah satu penyedia jasa sewa nya aku hehe"
"Hah? Benarkah?. Kalau begitu ahjumma apakah masih kosong? Maksud ku rumah itu apa masih kosong?"
"Ya.. Kau beruntung sekali nak, rumah itu baru saja di tinggalkan penghuninya kemarin"
"Ahh.. Syukurlah, kalau begitu aku akan menyewanya ahjumma, berapa harga sewa nya?"
"Murah.. 200 ribu won per bulan nya"

'Dua ratus ribu?? Uang yang aku punya hanya tersisa 300 ribu saja, bagaimana dengan bulan selanjutnya? Aku harus bekerja, tentu saja kerja paruh waktu' batin Sierra

"Ta.. Tapi, ahjumma aku masih pelajar dan akan aku usahakan untuk mencari pekerjaan paruh waktu untuk melunasinya"
"Santai aja nak.. Kau bisa bekerja di toko ku saat siang setelah pulang sekolah dengan itu gajimu bisa untuk menutupi sebagian uang sewa, bagaimana?"
"Benarkah?? Terimakasih ahjumma"
"Ah ya aku lupa, siapa nama mu nak?"
"Goo Sierra, ahjumma"
"Baiklah Sierra, kebetulan rumah atapmu sudah aku bersihkan tadi siang. Segera mandilah lalu cepat turun ya, kita makan malam bersama akan ku kenalkan kepada keluargaku. Oke?"
"Baik ahjumma dan terimakasih banyak ahjumma" ucap Sierra seraya dia membungkukkan badannya sebagai tanda hormatnya kepada ahjumma.
"Haha baiklah.. Sama-sama nak, sana naiklah ke atas"
"Baik ahjumma"

Sierra menaiki tangga menuju rumah atap nya dengan perasaan suka cita bagaimana tidak, ia di sambut baik oleh pemilik rumah atapnya setidaknya dia tidak perlu merasakan sakit hati seperti yang di alaminya di Busan.
Namun tanpa ia ketahui, kehidupan Seoul yang menantinya ternyata lebih kejam hanya saja ia beruntung bertemu orang yang baik di hari pertamanya di Seoul.

JINXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang