Ratri

25 0 0
                                    

Bagian 1

Namamu, Puan?

1

Aku belum berani telanjang kalau bukan sedang mandi, siang itu, di sebuah Kafe Kopi, aku telah tiba dengan sepatuku, tentu saja ia aku pakai beserta kaos dan celana jeansku. Jajaran menu Kafe kopi bersolek indah menghiasi pandangan, tanpa ragu dan tanpa diragukan lagi, mata dengan sendirinya mulai bereaksi dari kiri menuju kanan, menentukan satu kopi yang akan diminum.

Abang barista sudah menunggu pembeli menentukan pesanannya, sesegera dengan sigap ingin membuatkan racikan terbaik dari Kafe kopi. Dengan seragamnya, kemeja hitam, lengan pendek, celana jeans hitam, semua serba hitam, kecuali sepatu, berwarna putih.

“Abang, telah aku pilih, bahwa kopi hitam Kalosi akan menjadi minumanku hari ini”

“Baiklah, ada lagikah?” balasan abangnya.

“Kalau yang ini enak tidak abang?” aku menunjuk satu menu.

“oh itu, namanya Cafe Mocca, kau harus mecobanya untuk merasakan”

“Aku tidak mau abang, tapi aku pesan saja satu lagi”

“Menarik, langsung minum dua?

“tidak abang, aku hanya mahasiswa, bukan anggota dewan”

Kemudian kami tertawa kecil setelahitu. Pikiranku telah berpikir ketidakjelasan,kenapa minuman yang lain aku pesan, padahal tidak akan aku minum, sepertinya, karena manis. Mencari, tempat duduk yang tersedia, satu meja dari kayu, beserta kursinya, hanya saja tidak untuk satu orang. Pengunjung saling bercengkrama satu sama lain, dengan kepentingan masing-masing dan kepentingan orang lain, biasanya.Kutunggu abang barista untuk menyajikan dua minuman dalam satu meja untuk satu orang. Tegap badannya membuat langkahnya gagah saat ia membawa nampan berisi dua cangkir kopi ke arahku.

“selamat menikmati, silahkan.”

“aku ucapkan terimakasih untukmu abang”

Dua cangkir kopi, dua sendok, satu meja, dan satu kursi kosong berada di depanku. Tidak mungkin keduanya aku minum dalam satu waktu, soalnya saat itu aku sudah memutuskan untuk setia kepada Kalosi hitam. Belum aku minum, hanya menciumi aromanya, aku tertarik melihat sekeliling, memperhatikan tempat yang cocok untuk teman Kalosi. Kedua cangkir kopi kini dalam genggaman langkah kaki menuju meja lain.

2

Tubuh sudah menempel saja dalam kursi, dalam satu meja dan dua kursi, hanya kursi yang satu ada orangnya, perempuan, berambut pendek dia, berkaos putih, tapi ada corak hitamnya, seperti garis, tapi bukan seperti zebra ataupun zebracross,sepatunya kets, warna hitam, pendek, bertali putih, bersih tentunya, tidak seperti sepatuku, tentu saja dia memakai celana, celananya jeans, hanya sampai mata kaki, tapi mata kakinya tidak kelihatan, sombong dia, tidak mau memperlihatkannya, ditutupi oleh kaos kaki, kaos kaki berwarna biru tua bercorak garis. Kusodorkan kopi Cafe Mocca padanya.

“ini namanya Caffe Mocca, kalau nona namanya siapa?” kataku sambil tersenyum.

“Oh, dikira coklat manis. Kau sudah tahu namaku.”

“bukan, kalau coklat nanti aku diabetes. Nona namamu?”

“oh, aku memang sudah manis.”

“aku gagal memberi informasi. Trio namaku, kali aja mau tahu kamu”

“harus tahu, kalau tidak aku pindah tempat duduk”

“kau mengijinkanku duduk disini?”

“milik umum itu, aku hanya beli kopi disini bukan beli kursi.”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 15, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ratri Where stories live. Discover now