Bagaikan kucing dan anjing yang tak pernah akur, kalimat ini sangat mendeskripsikan situasi saat ini.
Walaupun sang wanita tahu bahwa dia akan kalah, tetap saja dia berpendirian teguh terhadap pria dihadapannya ini.
"Mbak Imelda, mengalah saja mbak, nggak ada gunanya juga kita bertengkar sama head of marketing departemen 1, mbak. Mbak kan tahu reputasinya dia gimana" Bujuk Rena menenangkanku.
Aku yang masih keras kepala tetap mengangkat kepalaku sambil menunjuk pria brengsek didepanku ini, "Ingat ya Dave! Gua ga akan pernah maafin kamu yang nyakitin anak-anakku. Emang mungkin pencapaian kalian lebih hebat dari kami, tapi akan kubuktikan bahwa kami para wanita suatu saat akan membawa kepala kalian dibawah kaki kami. Camkan itu brengsek!"
David hanya tersenyum miring, "mm.. coba saja IMELDA, lagipula bukan salah gua kok nyakitin anak disamping lo itu. Ya, dia sendiri yang cari masalah. Coba tanya aja ke dia sendiri. Apa yang tadi dia omongin dibelakang lo." Katanya sambil berlalu dan menatap tajam ke Renata.
Aku pun berbalik menghadap Renata. Wajahnya terlihat takut dan tak bisa menatap kedua mataku. "Katakan padaku Renata, apa yang kamu katakan dibelakang saya tadi." Kataku dengan nada dingin.
"Anu mba.. anu.. saya..." katanya sambil tergagap.
Aku pun hanya bisa mendesah lelah. Ya , tidak lain pasti tentang reputasiku sebagai head of marketing departemen kedua,seorang cewek, single, galak, keras kepala dan pencapaian kami begitu-begitu saja dan tak bisa memimpin.
Aku tahu semua itu... Aku tahu aku hanya seorang wanita yang berambisius, dan aku percaya bahwa suatu hari nanti aku pasti bisa mengalahkan mereka. Kalaupun mereka bukan pria , yang penting mereka lebih baik dariku saja ,pasti aku kesalnya minta ampun. Jiwa kompetitifku masih belum padam.
"Renata, saya kasih tahu kamu saja, walaupun saya memang mungkin terlihat galak, suka seenaknya memerintah kalian, tapi kalau memang kamu tidak senang dengan cara kerja saya, kamu silahkan tuangkan itu dimuka saya. Kita satu team, berarti kita itu saudara. Kritik dari kita akan menguatkan kita satu sama lain. Camkan itu diotak kamu yang pintar itu. Saya nunjuk kamu masuk team saya karena saya melihat potensi dari kamu. Jangan kecewakan saya dengan omongan yang tidak penting yang kamu umbar dibelakang saya." Tegasku.
Kulihat Renata diam dan tertunduk malu akan tindakannya. Aku pun tidak memperdulikannya dan berlalu menuju ruanganku dilantai atas menggunakan tangga darurat. Kebiasaanku yang tak bisa aku ubah kalau sedang keadaan kesal.
"Well.. well.. kata-kata yang bijak sekali Miss Imelda. Inilah kenapa saya sangat mengidolakan anda." Sahut David didekat pintu.
Entah kenapa itu terdengar seperti sarkasm ditelingaku.
"Heh.. gua ga butuh kata-kata pujian lo! Ga usah sarkas-sarkas gitu deh, dan stop bikin darah gua naik turun!" Bentakku.
Cowok brengsek ini mengurungku di tembok dan meletakkan tangan kanannya disebelah telinga kananku, sambil mengelus pipi kiriku, dan berbisik, "Aku ga pernah mau bkin darah kamu naik turun kok, malahan maunya libido kamu."
Sontak perlakuannya membuatku kaget dan malu secara bersamaan. Dasar cowok brengsek. Pelecehan seksual macam apa ini. Aku pun mengayungkan kakiku ingin menendang juniornya.
Dengan sigap dia menahan pergelangan kakiku, dan memasukkan tangannya mengusap vaginaku yang tertutup celana dalam ini.
Aku pun yang kaget dengan perlakuannya langsung memegang pergelangan tangannya yang tetap sibuk mengusap-usap vaginaku dan mencoba menjauhkannya dari sana. Sialan cowok brengsek ini!
"DASAR COWOK... BRENG.. MMPPHHH.. MMPHH.." David sialan menutup mulutku kencang. Dan aku mulai memukul-mukul bahunya. Sialan, tenaga pria ini besar banget!