Chapter 1 : I'm not going to die, right?

992 100 9
                                    

Malam itu adalah malam yang begitu kelam. Suhu udara lembab dan sunyi senyap menggema di jalanan yang sepi itu. Sunyi senyap tersebut musnah tergantikan dengan suara langkah kaki dan nafas yang terputus-putus.

Langkah kaki tersebut membawanya pergi ke sebuah jalan kecil. Tubuhnya yang kurus dibawa bersembunyi di balik sebuah tong sampah yang besar. Bau busuk memenuhi indra penciumannya, namun itu tidak menjadi masalah selama dia kabur dari orang-orang itu.

Mantel musim dingin yang dia gunakan telah kusut. Telapak tangannya dia letakkan di depan bibirnya, berharap dengan begitu nafasnya yang tersengal tidak terdengar dan dapat bersembunyi juga. Keadaan yang gelap membuat Wonwoo dapat bersembunyi dengan kegelapan.

Wonwoo menangkap suara orang-orang itu mendekat ke arahnya. Dia menarik kakinya yang dibalut boots karamel merapat pada tubuhnya. Buku-buku tangannya memutih karena terlalu kuat membekap mulutnya.

Suara langkah kaki yang menjauh dapat menjadi obat penenang baginya saat ini. Telapak tangannya meninggalkan mulutnya dan muncul awan-awan tipis di sekitar mulutnya begitu dia bernafas. 30 detik dia gunakan untuk menetralkan nafasnya yang berantakan. Dadanya yang awalnya naik turun dengan cepat mulai naik turun dengan normal.

Wonwoo bangkit dari tempat persembunyiannya dan berpikir untuk mencari tempat persembunyian lainnya. Mungkin saja orang-orang itu akan kembali dan menemukan dia. Wonwoo menggosok pakaiannya berharap debu yang menempel dapat pergi.

Dan ketika dia telah bersiap untuk berlari lagi, Wonwoo menemukan seorang pria yang berdiri sambil menyandarkan bahunya pada dinding bangunan. Jantungnya terasa hampir meledak sanking cepatnya ia bekerja. Tanpa sadar Wonwoo mengepalkan tangannya begitu kuat. Pria itu berjalan dengan pelan ke arah Wonwoo. Semakin dekat jarak di antara mereka berdua, dan Wonwoo dapat melihat dengan jelas wajah pria itu.

Baunya memabukkan dan begitu maskulin. Tatapan matanya begitu tajam menusuk Wonwoo begitu dalam. Pria itu mengenakan overcoat yang Wonwoo perkirakan harganya tidak main-main. Dan Wonwoo akui meskipun sebagian besar otaknya berpikir tentang melarikan diri dari pria di depannya, sebagian kecil yang lain berpikir bahwa pria di depannya terlihat berkharisma.

Salju pertama pada tahun itu. Dingin yang terasa hangat. Tatapan mata yang tidak dapat lepas. Mereka menikmatinya.

RED

Jeon Wonwoo, Kim Mingyu
Seventeen

Daydreamingyu

Wonwoo tidak peduli lagi dirinya mau dianggap apa oleh pria itu. Dari tadi, Wonwoo dengan tidak tahu malunya meminta pertolongan pria itu. Dia telah merayunya dengan berbagai hal. Seperti menjadi pembantunya untuk seumur hidup, namun orang itu bilang dia memiliki banyak sekali pembantu.

Orang itu tidak mengerti situasi yang Wonwoo alami. Ayahnya yang waktu itu pergi untuk berjudi tidak pernah kembali lagi. Dan 2 hari setelahnya orang-orang entah siapa datang mengetuk pintu rumahnya, meminta Wonwoo untuk membayar hutang. Tentu saja hutang ayahnya. Wonwoo tanpa berpikir lagi segera menutup pintu rumahnya dan menguncinya, lalu kabur lewat pintu belakang.

Tetapi siapa orang itu dan kenapa dia harus peduli dengan hutang, rumah, atau apapun itu tentang Wonwoo. Mereka hanya bertemu secara tidak terduga, bukan berarti Wonwoo langsung mengenal orang itu, begitupun sebaliknya.

"Anda harus mengerti. Tolong biarkan saya tinggal di rumah anda. Saya tahu saya tidak tahu malu, tapi-"

"Dengar," orang itu menghentikan langkahnya dan menarik nafas sebentar, "kita hanya bertemu secara tidak sengaja di sana, kenapa aku harus menolongmu dan kenapa kau harus meminta pertolonganku?"

[On Hold] Red ; MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang