Aloha. Akhirnya aku bisa mulai publish hasil re-write. Buat yang sebelumnya udah baca, dibaca ulang nggak apa-apa kok, kali ini aku bukan hanya rapihin tapi tulis ulang total, dan plotnya aku susun ulang (IMO, versi sebelumnya kurang cocok untuk kulanjutin karena agak barbaric wkwk).
Setelah akun ini kebuka, baru aku lihat ternyata cerita ini dapat tawaran diterbitin, tapi aku belum bisa proses due to rencana aku ngubah ini. Aku masih sibuk ngurus akun sebelah sama deadline beberapa project, tapi semoga yang ini tida terlantar. Selamat membaca!
-
Julliete Park mencoba mengingatkan diri atas alasannya ke sini.
Dari kecil dia sudah menyerah untuk beradaptasi dengan keramaian. Menghadiri pesta ulang tahun teman sekolah saja seringkali membuatnya berpikir ulang, dan sudah jelas kunjungan ke bar mewah diikuti dentuman musik keras yang memekakkan telinga seharusnya dia hindari.
Ya, sebenarnya ini bukan tempat bagi orang seperti Julie. Meski begitu fakta tetap tak berubah. Dia sudah ada di sini, mengisi kursi di ruangan paling pojok, mencari posisi tepat untuk tetap berada di sini tanpa harus berbaur apalagi menarik perhatian.
Dia ke sini bukan untuk mabuk, bersenang-senang, apalagi merespons godaan-godaan dan tatapan nakal yang dilemparkan beberapa pengunjung bar ke arahnya. Padahal dia sudah memakai pakaian yang menurutnya aman—kemeja lengan panjang, jins hitam agak longgar, dan sepatu kets biru kesayangannya. Tidak seksi pun menggairahkan ketimbang potongan gaun pendek yang menunjukkan berbagai sudut tubuh.
"Mungkin kau sudah tahu, tapi biar kuingatkan, Sole Mi bukan kafe atau bar konvensional a la film. Itu tempat kau mencari kepuasan, Julie. Kau tahu, opsinya mabuk atau membiarkan seseorang masuk ke dalam dirimu."
Julie merasa sudah cukup dewasa untuk tahu kegiatan seksual dan kepuasan yang dimaksud Nayeon, temannya, tetapi sejujurnya dia tidak menebak semuanya akan separah ini. Datang ke sini seperti membeli tiket untuk siaran langsung film porno. Bohong kalau Julie bilang tidak tahu apa-apa soal itu, hanya saja dia tidak siap untuk melihat bagaimana beberapa pasangan sudah mulai menyatukan diri, entah itu di sofa yang tak jauh darinya, di sudut ruangan dekat vas hias raksasa, atau di kerumunan orang ramai yang sibuk melompat-lompat menikmati musik.
Bukan ini yang dia harapkan.
Cemas, Julie melirik ke area bar, memandangi Nayeon masih sibuk bicara dengan seorang pria di sana. Dia sebenarnya berharap ditemani sekarang. Namun dia juga tahu, ini urusannya. Dia bahkan tidak menceritakan apa pun pada temannya perihal tujuan utamanya ke sini.
Nayeon pikir Julie ke sini untuk mengakhiri masa muda suramnya. Betul juga, sayangnya kurang tepat. Julie memang ingin mengakhiri masa suramnya, tapi tentu saja tidak dengan telentang atau membiarkan pria asing menyentuh tubuhnya.
Dia membutuhkan seorang pria, tapi bukan untuk memuaskan hasrat, melainkan pertanyaan tak terjawab.
"Ikut aku!"
Teriakan itu membuat Julie menoleh, mendapati pasangan yang tengah tarik-menarik, kelihatan tengah berdebat. Bukan sesuatu yang dia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Kim
FanficYang aku inginkan hanyalah mengetahui siapa pembunuh keluargaku. Itu saja. Aku mencoba menghubunginya. Banyak yang bilang dia adalah detektif yang hebat di Seoul. Dia bilang, dia bisa membantuku. Tapi dia menginginkan sesuatu. Dia menginginkan diri...