Jin membopong tubuh Minseok di belakang punggungnya. Minseok terlihat lebih tenang dan menatap sisi wajah Jin dengan wajah yang pucatnya. Ia tersenyum lembut dan tipis. Minseok sedikit mengeratkan dekapan tangannya pada muka bahu Jin. Jin melirik sekilas ketika merasakan hal itu, "kau sudah bangun, Nona Park?"
Minseok tersenyum dan tak menanggapi pertanyaan Jin, "kau tidak bertanya alasanku kenapa tiba-tiba seperti itu?"
Jin terdiam dan menggelengkan kepalanya pelan. Sesekali dia membenarkan letak tubuh Minseok yang terasa melorot dari punggungnya, "apa jika aku bertanya kau akan menjawab?" Jin melirik ke arah samping guna melihat ke arah Minseok yang terlihat menggelengkan kepalanya.
Dan tanpa mereka rasa kini keduanya telah berada di depan pintu apartemen mereka.
Jin membungkukkan badannya sedikit agar tangan Minseok mudah menggapai tombol apartemennya sebab kedua tangannya sibuk menahan berat tubuh Minseok.
Jin menghela napas ketika ia sudah mendudukan tubuh Minseok di atas sofa, "kurasa aku terlalu berat, Tuan Kim!" pernyataan ampuh itu keluar juga dari mulut Minseok dan membuat Jin berkeringat dingin.
-x-
Chapter #5
.
Jin tersadar bahwa sekarang ia hanya berdua saja di apartemen tersebut dengan Minseok. Meski mereka tinggal bersama, sebelumnya mereka tak pernah ada kesempatan untuk mengobrol berdua saja. Karena biasanya mereka selalu bertiga disana dengan Park Chanyeol.
Jin memandang ke arah Minseok yang tengah menikmati cokelat panas buatannya.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" suara Minseok menyadarkannya. Jin menggeleng cepat dan berkata tidak. Minseok mengernyit, "lalu kenapa kau menatapku seperti itu?"
Jin terhenyak lalu pergi ke arah dapur, "aku akan menyiapkan makan malam!" katanya canggung dan berlalu. Minseok hanya dapat tersenyum di balik bibir cangkir.
Jin tersontak kaget ketika sebuah getaran ia rasakan dari kantong kemejanya hingga panci yang dibawanya terjatuh begitu saja dari genggamannya. Sejak tadi ia terus melamun.
Terdengar suara tanya Minseok yang terdengar khawatir, menyadarkannya. Jin dengan serta merta berkata, "aku baik-baik saja! Aku tidak sengaja menjatuhkan panci!"
Jin segera mengambil ponselnya yang sudah meraung-raung. Ada nama Baekhyun tertera di layar ponselnya. Ia segera menyentuh layarnya dan membuat garis melintang untuk menerima panggilan tersebut.
"Ya, KIM SEOKJIN!" teriak seseorang dari seberang yang membuat Jin reflek menjauhkan ponselnya sebelum tepat mendarat di daun telingannya. Ia yakin betul itu suara Luhan. Jin menghela napas ketika suara nyaring itu samar-samar menjauh dan berubah menjadi suara Baekhyun.
"Kau ada dimana sekarang?" tanya Baekhyun.
"A-aku?" Jin melirik sejenak ke arah Minseok yang tengah berdiri di luar dapur sedang memandanginya, "di apartemen Minseok!" jawab Jin ragu dan seperti yang sudah ia perkirakan. Teriakan Luhan terdengar kembali.
"Kalau begitu kami akan kesana!" kata Baekhyun cepat dan menutup telepon secara sepihak.
Minseok terkekeh. Ia tahu bagaimana sensitifnya Luhan terhadap dirinya jika berdekatan dengan pria lain. Seharusnya ialah yang merasa trauma akan hal itu tapi rasanya malah Luhan yang takut Minseok bersama dengan orang yang tak tepat. Meski Luhan tahu orang seperti apa Jin.
Luhan merasa trauma dengan kejadian yang dilihatnya saat itu. Mereka berdua, Luhan dan Minseok, memiliki trauma yang sama yaitu krisis terhadap orang yang mereka percayai. Sulit bagi Luhan mempercayai orang yang baru dikenalnya. Bahkan ia akan lebih ketakutan kepada orang yang bisa ia percaya seperti Jin. Ia akan merasa semakin takut dan waspada saat ia rasa ia bisa mempercayai Jin.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Me, To You.
Teen FictionJin yang mabuk tanpa sengaja ia bertemu dengan Minsoek dan jatuh cinta. (Cerita gak jelas yang saya repost kembali di wattpad.)