Nay

72 0 0
                                    

Ternyata waktu setahun lebih semenjak kepergian Nayla membawa sesuatu yang berarti buatku. Dan aku ingin Nayla melihatnya. Bukan bermasuk ujub, setidaknya aku ingin gadis cantik itu dapat melihat perubahan pada diri sahabat yang sempat dia tinggalkan. Mungkin dia akan sangat senang melihat diriku sekarang. Meski sewaktu masih tinggal di panti, Nayla tak pernah memaksaku berkerudung panjang sepertinya, mengajak pun tidak, paling ia cuma mengeluarkan beberapa komentar tentang konsep menutup aurat dengan mengutip dua ayat dalam alquran pada surah yang berbeda. 1 ayat terdapat di surah An-nur ayat 31 tentang perintah mengulurkan kerudung hingga ke dada, dan ayat lainnya tersurat di surah Al-Ahzab ayat 59 tentang perintah menutup seluruh tubuh dengan jilbab. Juga hadis-hadis Rasul yang berkenaan dengan masalah aurat.

Hmm, kalau dulu ditanya kenapa aku berkerudung, jawabnya ceplos karena Allah yang nyuruh, trus kalau ditanya lagi, emang Allah nyuruh di surah dan ayat ke berapa hayo, dalilnya apa coba? Asli, aku bisanya geleng-geleng kepala atau angkat bahu. Sekarang alhamdulillah nama surah dan urutan ayatnya sudah aku hapal di luar kepala, kecuali bunyi ayatnya.

Alhamdulillah pula tahap demi tahap telah aku lalui untuk berpenampilan selayaknya muslimah, bukan karena ingin berpenampilan ala Nayla atau putri-putri panti lainnya. Tentu saja tidak. Meski mungkin perubahankku tak seindah Nayla atau seperti keinginannya mengikuti jejak Rabbiah. Aku cuma ingin belajar, belajar jadi seorang muslimah bukan asal muslimah atau muslimah asal-asalan.

* * *

Lima belas menit kemudian roda motorku berhenti tepat di pintu gerbang hotel Cendana. Hotel? Iya hotel. Aku janjian sama Nayla di hotel bukan panti. Nayla kan tidak tinggal lagi di panti.

Wajahku merona-rona dengan dada berdebar-debar, tak sabar segera bertemu Nayla.

'Nay, aku udah di depan' begitu isi short message yang kukirim ke Nayla sesaat setelah memarkir si yamaha buntut.

Sambil menunggu Nayla di atas motor, otakku kembali melayang ke 7 jam lalu. Sekitar jam 9 pagi, suara mawaddah mengalun merdu dengan cinta dunia-nya di hp sony ericsonku.

1 pesan diterima.

Assalamualaikum,
Hey Almira Raihana, bagaimana kabarmu di sana?

Dahiku mengerut membaca pesan dari nomor baru. Lengkap pula menyebut namaku.

Ws, alhmd baik dgn sp ya? Balasku dengan bahasa sms. Singkat.

Nayla, jangan bilang Rara lupa.

Ekspresiku seketika berubah membaca balasan dari nomor baru itu.

Perlahan kueja nama ''Nayla'', Benarkah itu dia. Nayla. Nayla sahabatku. Aku terlonjak, secepat mungkin aku tekan tombol hijau, memanggil.

''Hallo, assalamualaikum''

''Yah, hallo Waalaikumsalam Rara''

Deg... Suara itu, aku masih sangat mengenalinya

''Ya ampun. Bener ini kamu Nay? aku gak mimpi kan"

''Gak, Rara sayang. Ini aku Nayla''

''Nay kemana aja sih selama ini, kejam banget pergi tanpa pamit''

''Aku tetap di sini kok, hehehe, maaf yah Ra.. aku gak sempat pamit waktu itu''

''Tapi setidaknya Nay kan bisa ninggalin pesan atau secarik kertas buat aku, tahu gak Nay, aku ngerasa kehilangan banget'' mataku mulai berkaca-kaca.

''Semuanya serba mendadak Rara, nanti aku ceritain deh. Yang penting sekarang aku pengen ketemu sama kamu, aku kangen banget, Ra''

''Nay kira aku gak kangen apa? Emang sekarang Nay dimana?''

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang