Adopt a Kitty

276 1 1
                                    

Aku memarkirkan mobilku sembarangan, nyaris menyerempet lampu jalan. Well, suasana hatiku sedang bagus jadi tidak ada yang akan mati karena menaruh lampu sialan itu disana. Dengan pasti aku keluar dan membuka pintu kaca Pet Shop yang menjadi tujuanku hari ini. Suara kucing dan anjing seketika riuh terdengar. Elena, manager tempat itu, langsung menyambutku begitu aku melangkah masuk.

"Tuan Albert-"

"Tidak perlu basa-basi. Dimana mereka?"

Gadis itu mengangguk. Dia membimbingku ke sebuah pintu menuju gedung belakang. Kami berjalan melewati lorong berkelok dan penuh cabang sebelum sampai ke pintu warna merah yang familiar. Aku sudah beberapa kali melewatinya sebagai salah satu pelanggan VIP di tempat ini. Kebun binatang istimewa.

"Mereka baru datang kemarin. Kualitasnya juga sangat bagus, Tuan."

Elena membuka pintu itu. Secara otomatis beberapa lampu kuning redup menyala membuat keadaan sekitar terlihat agak samar. Beberapa hewan tergeletak di dalam jeruji besi dengan keadaan sedemikian rupa hingga mereka tidak bisa bergerak ataupun bersuara. Beberapa terlihat masih bisa meronta dalam ikatan di tubuh mereka, sementara yang lain hanya menatapku saat aku melintas di depan kandang mereka.

Kucing. Kucing. Anjing. Anjing. Kucing. Anjing. Kucing.

Ah-

Aku berhenti di depan seekor kucing bertubuh putih dengan rambut hitam. Warnanya terlihat semakin pekat karena pencahayaan yang kurang dalam ruangan itu.

Tapi yang paling menakjubkan adalah ...matanya.

Irisnya berbeda warna. Bagian kiri berwarna biru terang seperti lautan, sementara bagian kanannya berwarna coklat sepekat tanah dengan lingkaran tipis berwarna biru pada bagian tepi.

Heterochromia Iridum.

Tangkapan hebat kali ini.

"Aku ingin dia."

Aku berbalik ke arah Elana. Gadis itu mengangguk lalu mendekat kearah kandang calon kucing kecil-ku.

"Paketkan secepatnya. Dan lakukan seperti biasa."

Aku merapikan mantelku lalu berjalan melewatinya. Aku kembali ke arah ruang utama. Seorang pemuda tampak sedang menyapu sendirian. Aku nyaris berjalan melewatinya saat tiba-tiba teringat kejadian tadi.

"Kau. Bilang Elena untuk menyingkirkan lampu jalan itu kalau tidak ingin aku merobohkannya ke toko ini."

Dia memasang tampang bodoh sambil diam menggenggam sapunya. Aku menghela nafas kesal.

"Mengerti?"

Bocah itu tersentak.

"Y-ya.. Tu-tuan.. Akan saya sampaikan n-nanti."

Dia lalu membungkuk dalam-dalam. Aku berjalan melewatinya tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

Sebelum masuk ke dalam mobil, bisa kulihat baret panjang yang sangat jelas pada bagian kirinya. Sial, sepertinya aku harus membeli mobil lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cat LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang