Chapter 10

13.1K 627 0
                                    


"Sial! Kenapa mereka malah tambah mesra. Makin susah kan rencana gue." Umpat Lando yang masih duduk manis di dalam cafe. "Tenang bro, gue udah nyiapin kejutan buat mereka berdua." Ucap seseorang yang kini duduk manis bersama Lando didalam cafe.

--//--

"Lo punya rencana apa buat mereka berdua? Jangan aneh-aneh Ben!" Lando membentak Bennedict. Iya Ben lah yang meracuni otak Lando supaya mau berkerjasama dengannya mencelakakan Queenie dan Pandu. Menurut Ben, Queenie lah yang sengaja mempengaruhi Kyla supaya Kyla memutuskan Ben. Dendam Ben semakin menjadi karena terang-terangan, tiga hari yang lalu Kyla memecat Patricia didepan Ben dan Kyla berkata bahwa Ben dan Patricia sengaja memperalat Kyla.

Ben akui, Ben memang memperalat Kyla sebagai alat ketenarannya. Selama 3 bulan menjalin hubungan dengan Kyla. Followers sosial media Ben naik hingga beberapa puluh ribu orang. Ben juga mendapat penghasilan lewat endorse. Ben salah satu laki-laki korban kekinian menurut Kyla. Karena ucapan panas Kyla, Ben berasumsi bahwa Kyla disuruh Queenie.

Masalah Pandu, Ben sudah lama menyimpan amarahnya pada Pandu. Semua warga sekolah tau, bahwa semua orang selalu tunduk pada Pandu. Ben ingin sekali melenyapkan Pandu, supaya yang ditakuti oleh warga sekolah menjadi dirinya. Ben gila kehormatan memang. Dan hari ini, Ben sudah menyusun berbagai rencana, rencana yang bisa saja Pandu dan Queenie meninggal karenanya.

"Bukan apa-apa. Tenang saja, semuanya akan terasa menyenangkan bro. Cukup nikmati hari lo. Ntar malem juga lo tau apa yang udah gue lakuin buat nyingkirin tuh bocah songong." Ben menyeringai, Lando bergidik. Lando sepenuhnya senang jika Pandu celaka, tapi Queen? Benar memang Lando tidak sedang menyukai Queen melainkan Kyla. Tapi Lando tidak tega jika Queenie juga menjadi korban dari kebenciannya dia pada Pandu.

--//--

"Loh ko lewat tol Ndu, where we going?" Queen mengernyitkan keningnya. Bingung dengan sikap Pandu. Pandu penuh kejutan dan rahasia, selama 2 minggu menjalin hubungan dengan Pandu, hanya itu yang bisa disimpulkan Queen dari sikap Pandu. "Puncak." Singkat, padat, jelas. Memang seperti itulah Pandu. Pandu selalu berkata panjang lebar hanya saat diperlukan. Dan Pandu hanya bisa tertawa dihadapan orang-orang yang dia pikir bisa membuatnya senang. Entah senang dalam arti kata apa.

Beberapa menit berlalu, hanya hening yang mereka berdua rasakan didalam mobil. Pandu sibuk menyetir dan Queen sibuk dengan pikirannya yang sudah melayang mendengar kata puncak. Dari jarak kejauhan sudah bisa dilihat, bahwa mobil yang mereka tumpangi sebentar lagi akan terasa seperti roller coaster melewati jalanan yang tidak pasti naik turunnya.

Queen menoleh kearah Pandu ketika dirinya menyadari sebentar lagi jalanan menurun dan Pandu tidak mengurangi kecepatan pada mobil yang mereka tumpangi. "Ndu" panggil Queen lembut dan yang dipanggil raut mukanya sudah pucat pasi. Pandu sibuk menggerak-gerakkan kaki kanannya menginjak rem, tapi tidak ada perubahan pada laju mobil. "Remnya blong Queen. Pegangan yang erat, aku terpaksa menabrakkannya pada tebing disebelah sana. Maafkan aku dear." Queen tidak berhenti menyebut nama Tuhan dalam hatinya.

Braakkkkkkk

Mobil tersebut sengaja di tabrakkan Pandu kearah tebing yang sudah di semen rata. Orang-orang sekitar berlari mendekati mobil mereka dan mengetuk-etuk kaca mobil. Pandu yang tidak pingsan, hanya merasa pusing menyadari bahwa Queen pingsan. Pandu dengan sigap melepaskan seatbelt nya, Membuka pintu, serentak orang-orang yang mengerubuti mobil mereka berjalan mundur 1 atau 2 langkah. "Tolong panggilkan ambulan segera." Ucapnya keras. Pandu berlari memutari body belakang mobil, kearah pintu disebelah Queen duduk. Membuka pintunya, melepaskan seatbelt yang dipakai Queen. Sejurus kemudian, ambulance datang dan Pandu menggendong Queen keatas tandu dan masuk keambulance.

❤️💛💚
To be CONTINUE

VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang