End

1.1K 71 25
                                    

"I’ll go to you first at the end of a different road. I’ll wipe your cheeks that are wet with tears and ask you..."


Hong Jisoo ada didekapannya, bahkan Junghan bisa merasakan detak jantung sang kekasih. Tubuhnya terasa hangat- segalanya terlihat baik-baik saja. Namun mengapa Junghan merasa Jisoo 'sangat jauh' dari jangkauannya?

Raganya bersama Yoon Junghan, namun jiwa dan hatinya berada di suatu tempat-

-atau bersama orang lain.

Yoon Junghan tengah menyiapkan sarapan sederhana untuknya dan sang kekasih, ini kali pertama Junghan turun ke dapur. Hong Jisoo masih bergelung dalam selimut tebal, cuaca pagi ini dingin karena hujan mengguyur Seoul hampir 5 jam. Sejujurnya Junghan ingin bergabung dengan Jisoo dan bermalas-malas ria mengingat ini hari minggu, cuacanya pun sangat mendukung untuk bermanja-manja bersama sang kekasih. Akan tetapi keduanya belum mengisi perut sejak semalam dan Junghan sangat kelaparan begitu dia terbangun.

"Jisoo-ya..." Junghan menepuk pelan pipi pemuda yg dipanggil "Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Ayo bangun sayang... semalam kau tidak makan apapun kan."

Senyum tipis dibalas senyum lemah milik Hong Jisoo setelah melihat siapa yg membangunkan tidur nyenyaknya. "Morning, Junghannie."

Apakah kekasihnya itu jelmaan manusia kucing? Pertanyaan konyol itu selalu muncul di pikiran Junghan kala membangunkan atau melihat Jisoo di pagi hari. Sepasang mata kucing setengah terbuka, caranya menggeliat di atas ranjang, bahkan posisi tidurnya terkadang mirip kucing. Mungkin saja sepasang telinga kucing tersembunyi dibalik surai halus kecoklatannya. Namun Junghan sangat yakin tidak ada ekor yg tersembul di belakang tubuh Jisoo.

"Wake up, sleepyhead." Jisoo nyengir karena pelafalan Junghan sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Don't wanna." kedua lengan terangkat ke arah Junghan, berkata demikian namun tingkahnya berbanding terbalik. Jisoo bisa sangat bertingkah manja di pagi hari, dan Junghan tidak keberatan akan hal itu.

In fact, he really likes it.

"Apa yg harus kulakukan padamu, Jisoo-ya? Jangan bertingkah seperti ini pada orang lain, kau mengerti?"

Bukannya merespon Jisoo malah mengalungkan lengannya ke leher Junghan yg tengah menuruni tangga. Mengangkat sedikit kepalanya hingga mengenai surai pendek hitam sang kekasih, namun raut wajahnya terlihat muram. Seolah tidak menyukai apa yg baru saja ia perhatikan, jemari rampingnya sempat mengelus beberapa helai di belakang kepala Junghan.

"I don't understand." gumamnya "Kenapa potongannya sependek ini... I mean- ugh, I don't like this, Hannie." sarat akan kekecewaan.

"Aku jadi sulit memainkannya. I miss your long hair."

Junghan hanya terdiam mendengarkan keluh kesah Jisoo yg sedang dalam mode 'Joshua'. Banyak yg berpendapat seperti sang kekasih, bahkan beberapa orang yg mengenalnya sangat menyayangkan keputusan Junghan. Alasan memangkas surai panjang nan pirang kebanggaannya karena tidak ingin dianggap wanita oleh orang lain. Junghan sudah lupa berapa kali orang yg melihatnya salah mengira bahwa ia wanita. Hei, Junghan itu manly dan Jisoo sering merasakannya, seharusnya yg dianggap wanita itu sang kekasih -proporsi tubuhnya mirip seorang gadis.

"Jadi kau lebih menyukai rambut panjangku dibanding pemiliknya? Oh, hatiku sangat sakit mendengarnya sayang"

Mendudukkan Jisoo di tepi meja makan sementara dirinya pergi ke dapur mengambil masakannya. Jisoo yg tidak terima dituduh demikian segera turun dan menyusul Junghan.

Tell Me What To DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang