Bagian 1

7 2 0
                                    


Pagi itu langit gelap gulita. Awan gelap berwarna abu-abu terus menutupi langit biru. Matahari tidak dapat memancarkan sinarnya yang terang benderang. Tersembunyi di balik gelapnya awan. Hujan rintik-rintik perlahan membasahi bumi. Orang-orang yang semula asik lari pagi mempercepat laju larinya mencari perlindungan.

Tanpa segan-segan, Tuhan memberitahukan keagungannya. Memberikan hujan yang selama beberapa terakhir sangat panas. Para petani sangat bahagia dengan hujan ini karena beberapa hari ini hujan tidak pernah turun sedangkan tanah sawah mereka kering kerontang padahal saat ini sedang musim tanam padi.

Namun berbeda dengan kebahagiaan para remaja yang ingin menikmati hari libur mereka. Yang semula sudah siap dengan kegiatan-kegiatan terpaksa harus dibatalkan karena hujan yang begitu lebat. Dan akhirnya hanya berdiam diri dirumah dengan ditemani siaran televisi yang sangat membosankan.

Sama seperti yang dirasakan oleh gadis itu. Citra Mentari. Dia sudah menyiapkan banyak kegiatan diluar rumah dari mulai pergi ketoko buku hingga membeli beberapa helai pakaian dipusat perbelanjaan terpaksa hanya berdiam diri didalam kamar kontrakan.

Dengan ditemani tumpukan buku novel yang tersebar dibeberapa tempat. Beberapa kaleng minuman dingin, telinga yang dipasangi hedseat, dan mata yang terus tertuju kepada layar laptop. Tangannya terus menari-nari diatas keyboard. Menuliskan beberapa kalimat cerita yang terus berputar-putar dikepalanya.

Sesekali tangannya mengambil air kaleng dan langsung meneguknya. Membuat tenggorokannya menjadi terasa segar. Bibirnya bersenandung merdu mengikuti irama lagu yang didengarnya.

Gadis itu menghentikan kegiatannya karena merasa terganggu dengan suara ketukan di pintu rumahnya. Gadis itu berdiam diri sebentar memastikan bila ada orang yang saat ini sedang kedinginan diluar rumahnya. Dengan cekatan dilepaskannya earphone yang menutupi telinganya dan pergi kepintu dan membukanya dengan cepat.

Seorang lelaki berperawakan tinggi dengan kulit berwarna putih pucat tengah berdiri dihadapan gadis itu. Baju lelaki itu terlihat basah karena terkena guyuran hujan. Tangannya diletakkan didepan wajahnya seraya digosok-gosokkan. Membuat lelaki itu merasa sedikit hangat.

Tanpa disuruh, lelaki itu dengan segera masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Gadis itu mengikuti dari belakang setelah menutup pintu rumah. Gadis itu berjalan kedalam kamarnya dan mengambil sehelai handuk bersih dan pakaian kering yang bisa digunakan lelaki itu.

Dilemparkkannya pakaian itu kepada lelaki itu, dengan segera ditangkap oleh lelaki itu. Dan pergi melangkahkan kakinya menuju kamar ini yang terletak diujung ruangan bersebalahan dengan dapur. Gadis itu melangkah kedapur dan membuat dua cangkir coklat hangat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, lelaki itu keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang segar. Lelaki itu mengeringkan rambutnya dengan handuk bersih itu. Diambilnya coklat hangat dari tangan gadis itu. Tanpa mengatakan apapun coklat itu habis dalam satu kali tegukan. Badan lelaki itu menjadi lebih hangat.

Diambilnya lagi coklat yang keduadari tangan gadis itu dan diminum secara perlahan. Gadis itu kembali berjalanketempatnya tadi dan mulai kembali melanjutkan aktifitasnya tanpa menghiraukanlelaki itu. Lelaki itu juga mengeluarkan handponenya dari dalam tas ransel yangdibawanya tadi dan mulai memainkan permainan

"Cit, lo buat cerita apa lagi?" Tanya lelaki itu membuka pembiacaraan.

"biasa, buat cerpen edisi minggu depan. Gue males kerjain besok jadi gue kerjain aja sekarang dari pad ague mati kebosanan gak ada kerjaan" jawab gadis itu serius dengan pekerjaannya.

"gitar lo mana? Gue pinjem dong, boring nih" Tanya lelaki itu.

"ditempat biasa Dit" jawab gadis itu.

Dengan jawaban tempat biasa, lelaki itu melangkahkan kakinya menuju ruangan yang terletak dipojok ruangan disebelah dapur. Didalam ruangan itu terdapat beberapa jenis alat musik. Dari mulai gitar accoustik hingga drum satu set full.

Lelaki itu mengambil gitar acoustic yang terletak di pojok ruangan bersebelahan dengan drum. Lelaki itu keluar dari ruangan itu dan kembali ketempat tadi. Duduk diatas sofa dan mulai memainkan lagu dengan gitar itu. Suara petikan gitar terdengar mengalun lembut memecah keheningan.

Suara lumayan berat ikut terdengar mengalir diantar petikan gitar. Rupanya lelaki itu juga ikut bernyanyi mengikuti irama gitar yang dipetiknya. Gadis itu terlihat menikmati petikan demi petikan suara merdu dari jari-jari lelaki itu. Cerpen yang dibuatnya sudah hampir akan selesai, namun pikirannya kosong karena mendengarkan suara lelaki itu. Imajinasi yang sedari tadi berputar didalam otaknya hilang begitu saja. Yang tersisa hanyalah nada-nada yang tercipta dari petikan gitar dan suara lelaki itu.

"suara lo tambah bagus aja Dit, lama-lama gue bakal tersingkirkan nih jadi vokalis di band kita" ucap gadis itu setelah lelaki itu berhenti memainkan lagunya.

Lelaki itu hanya membalasnya dengan cengirannya yang khas. Cengirannya yang membuat siapapun yang melihatnya akan ikut tersenyum. Lelaki itu bernama Aditya Fernando. Teman-temannya biasa memanggilnya Adit. Sedangkan gadis yang tadi bernama Citra Mentari. Mereka berdua adalah sahabat dari kecil. Maka dari itu mereka sangat dekat.

Orangtua mereka sudah berteman dari dulu, dan persahabatan itu juga terjalin diantara anak-anak mereka. Apalagi ditambah rumah mereka saat kecil bersebelahan. Membuat mereka menjadi sangat dekat. Bagaikan gitar dan senar yang selalu bersama-sama. Mereka berduapun selalu bersekolah ditempat yang sama.

Dan kini mereka sedang duduk dibangku kuliah, walaupun dijurusan yang berbeda namun mereka berdua tetap saja dekat. Apalagi ditambah lagi mereka berdua membuat sebuah group band yang cukup terkenal dikampus mereka. Apalagi ditambah mereka berdua bisa dikatakan sebagai siswa siswi yang berprestasi membuat para dosen sangat menyayangi mereka berdua.

Adit hampir setiap hari datang ke kontrakan Citra. Entah itu hanya untuk mencari teman untuk makan atau mengobrol, hingga bermain band bersama dengan teman-teman yang lain. Dan Citra sudah terbiasa dengan sikap Adit itu. Bahkan tanpa diminta Citra akan langsung membuat makanan untuk mereka berdua jika Citra tidak melihat Adit membawa makanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang