"Ges!" panggil Aura sambil cepat-cepat membereskan buku-buku geografinya ketika melihat Gessa berlari kecil menuju pintu kelas. Gessa yang merasa dipanggil segera menoleh dan mendapati sahabatnya berlari ke arahnya.
"Mau kemana? Baru juga bel, udah mau keluar aja."
Gessa berfikir sebentar. "Aku mau ke perpustakaan."
"APA?!"
Teriakan Aura membuat beberapa murid yang ada di kelas menutup telinga rapat-rapat. Sudah tidak heran ketika mereka mendengar suara gadis cantik itu.
"Aku nggak salah dengar, kan? Kamu benci buku, bagaimana mungkin..."
Ucapan Aura segera dipotong oleh Adit yang ada di belakang mereka. "Minggir! Nggak ada tempat lain buat ngobrol?"
Gessa memandang sengit cowok yang saat ini menampilkan wajah datarnya. Sedangkan Aura menganggap ucapan Adit ada benarnya. Dia dan Gessa memang salah karena berdiri di depan pintu, pikir Aura.
"Dit! Mau kemana buru-buru?" Gilang yang ada di sudut kelas berjalan kecil dengan gaya coolnya.
"Ada urusan penting," jawab Adit tenang. "Kenapa?" tanyanya balik sambil mengedikkan dagunya.
Gilang terkekeh. "Kaya orang sibuk aja lo sok-sok an ada urusan penting. Jangan-jangan lo punya gebetan baru," tebak Gilang yang di balas tonjokkan kecil di lengannya. Tanpa menoleh ke Gilang, Adit berlalu begitu saja.
"Wow, sahabat gue ternyata bukan gay," ucap Gilang dengan nada pamer pada Aura dan Gessa yang daritadi mendengarkan percakapan mereka. Aura yang mendengarnya ikut mangut-mangut. Sedangkan Gessa menepuk dahinya cukup keras.
"Aku duluan ya. Keburu telat." Lalu dia berlari meninggalkan teriakan Aura.
Setengah berlari, Gessa berusaha menerobos kerumunan siswa yang berjalan di tangga. Ia mamaki dalam hati ketika beberapa murid berjalan seperti siput. Ada juga yang sengaja berhenti sambil mengobrol bersama teman lainnya.
Akhirnya Gessa berputar arah menuju tangga dekat gudang. Langkahnya tergesa-gesa dan menghiraukan tali sepatunya yang lepas. Ia ingin segera sampai di perpustakaan.
"Lo ngikutin gue?"
Gessa berteriak kaget. Nafasnya tercekat beberapa waktu sebelum ia melihat cowok yang ada di hadapannya. Dua kali ia menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. "Siapa yang ngikutin kamu?"
"Siapa lagi kalau bukan lo?"
"Jangan gr ya. Aku ada urusan sehingga lewat sini," ungkap Gessa kesal.
Adit mendesis tak percaya lalu berjalan kembali. Sedangkan Gessa berjalan pelan di belakang Adit. Ia berusaha memelankan langkah kakinya supaya tidak terdengar Adit. Bisa saja Adit mengira ia mengikutinya lagi.
Lorong belakang sekolah memang terkesan sunyi. Sehingga hanya terdengar langkah sepatu Adit dan deru nafas kedua pelajar itu.
"Lo mau apa sih sama gue?"
Gessa terkejut bukan main. "Aku hm, aku ada urusan penting. Siapa juga yang mau ngapa-ngapain kamu!"
Adit menatap Gessa jengah. Bibirnya tersenyum sambil menahan tawa. Ia hafal dengan mantan sahabatnya yang pintar mencari alasan ini.
"Gue nggak percaya."
"Terserah!" sahut Gessa sambil berjalan mendahului Adit.
Langkahnya terhenti karena cengkraman Adit pada lengan tangan kirinya. Gessa memandang Adit tak suka. Tatapan itu beradu cukup lama hingga Adit melepaskan tangannya dan berjalan lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Novela JuvenilHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...