Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang sulit dijelaskan Gandy kala melihat sosok Ray pagi ini di depan sekolah PANCASILA, ia sudah menunggu sejak jam 6 pagi dibalik mobilnya menunggu kehadiran Ray. Perempuan itu tidak datang bersama Jimmy, dan Gandy bersyukur untuk hal itu.
Penampilan Ray tidak berubah dari pertama ia bertemu, ia sudah menghafalkan bentuk dan wajah perempuan itu. namun, kali ini Ray mengingkat rambut panjangnya dan ia memakai cardigan berwarna pink.
Sudah empat hari berlalu semenjak insiden tawuran, akhirnya Gandy bisa melihat Ray. Ia terhalang kondisi tubuhnya yang menolak diajak bekerja sama. Dan sekarang-pun harusnya ia masih berbaring di tempat tidur, tapi itulah Gandy. Ia tidak tahan berdiam diri di rumah hanya memikirkan wajah Ray, Ray dan Ray!
Ia tidak memiliki banyak waktu untuk memandangi Ray, begitu Ray masuk ke dalam sekolah Gandy-pun menyalakan mesin mobilnya meninggalkan tempat itu.
*
Ray menoleh ke belakang memperhatikan sedan berwarna hitam di luar sekolah, entah kenapa ada yang menganggu perasaannya tetapi lagi-lagi ia tidak dapat melihat itu. dan setiap kali bayangannya terhalau hanya satu hal yang dapat dipikirkannya, bahwa Gandy-lah penyebabnya.
Ray menggelengkan kepala mencoba mengusir nama Gandy dari otaknya, tetapi efek Gandy sepertinya sudah tinggal secara permanen di kepalanya. Tidak ada malam yang ia lalui tanpa memikirkan sosok Gandy. Dan tentu saja pengaruh laki-laki itu terhadap kemampuan meramalnya.
Ia tidak bisa mendapatkan informasi apapun mengenai Gandy, selain karena ia tidak memiliki banyak teman atau Ray memang tidak memiliki teman. Sumber Informasinya hanyalah Jimmy, Internet dan Televisi.
Media sepertinya bisa mencium apa yang terjadi pada Gandy, karena Gandy membatalkan konsernya di beberapa tempat untuk sebulan ke depan, beberapa kali mereka gencar memberikan liputan tentang kediaman rumah Gandy yang sunyi. Manajer Gandy-pun mereka wawancarai, tetapi manajernya itu berkilah bahwa Gandy sedang fokus pada pendidikannya.
Di internet informasi yang didapatkan Ray lebih banyak, tapi entahlah apakah kabar itu benar atau hoax.
“Kamu melamun.” Ucap Jimmy memecah lamunan Ray.
“Hai.”Kata Ray berusaha menutupi pikirannya.
Jimmy mengambil posisi disamping Ray, luka lebam disekitar wajah jimmy sudah pulih dan Ray bisa melihat senyum lembutnya.
“Kamu sakit?”
“Aku? Enggak. Aku pakai cardigan karena akan hujan.”
“Kamu sekarang jadi peramal cuaca ya?” Ledek Jimmy.
Tanpa disangkanya Ray tertawa lebar, seandainya benar Ray hanyalah peramal cuaca dan bukannya peramal masa depan. Pikir Ray dalam hati.
“Batas waktunya sebentar lagi.” Ucap Jimmy tiba-tiba.
Ray menghentikan langkahnya tiba-tiba, ia menatap Jimmy penuh maksud.
“Kamu udah tau siapa pelakunya?”
Jimmy menggeleng lesu, “Seandainya semudah itu cari pelakunya.”
Pikiran Ray berusaha menerawang, semua ini akan menjadi mudah apabila ia bisa meramalkan kejadian itu. Tapi lagi-lagi, apapun yang berhubungan dengan Gandy tidak akan bisa ia lihat.
Ya, jika semudah itu meramalkan Gandy!
*
Andro memperhatikan dengan saksama bagaimana satpam-satpam sekolah mulai kewalahan meladeni jumlah wartawan yang menumpuk di depan gerbang, wartawan-wartawan itu tidak mudah menyerah untuk mendapatkan informasi sekecil apapun mengenai Gandy.