Italic for flashback
Hari yang sama, tempat yang sama, namun keadaan yang berbeda.
Disini aku duduk, masih di bangku yang sama dan aku hanya sendirian sekarang.
Tanpamu disisiku, seperti dulu.
Kupandang langit yang mendung, tidak ada satupun bintang pun yang menghiasi langit seperti dulu. Bahkan langit pun tahu semua ini tak akan sama seperti dulu. Dia bahkan tak mengizinkanku melihat keindahannya barang sedikit saja.
Oh, apa semua ini memang pantas kudapatkan?
Mungkin benar aku memang pantas dihukum seperti ini. Semua memang salahku. Salahku karena tak menjaganya dengan baik. Salahku karena tidak pernah memperhatikannya. Salahku karena tak pernah menganggapnya ada dalam hidupku.Masih kuingat dulu, saat ia mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Disini, ditanggal yang sama, dibangku yang sama. Wajahnya yang ceria menyanyikan sebuah lagu untukku. Ditangannya, sebuah kue besar dengan lilin berbentuk angka 19.
"Saengil chukka hamnida, hyung..." katanya sambil menyodorkan sebuah kado padaku. Aku benar-benar kesal padanya. Dia menyuruhku meninggalkan latihan basket hanya untuk ini? Benar-benar menyebalkan. Basket sangat penting bagiku dan dia tahu itu. Tapi kenapa dia menyuruhku meninggalkan latihan?"Bukalah kadonya, hyung.. Kau pasti suka" katanya dengan mata berkaca-kaca.
Dengan malas, kubuka kotak berwarna merah itu. Didalamnya kutemukan sebuah sweater putih panjang. Aku tersenyum hambar.
"Kuharap kau menyukainya, hyung"
Kutatap dia, dia tersenyum. Membentuk matanya menjadi garis lurus. Aku muak dengan senyum itu, muak dengan wajah itu, muak dengan orang itu.
"Kau!" tunjukku padanya "kau menyuruhku meninggalkan latihan basket hanya untuk ini?" kataku sambil menggoyangkan sweater ditanganku. Kulihat dia gugup dan menggigit bibir bawahnya.
"Maaf hyung, aku hanyaㅡ"
"Aku kecewa padamu!" Akupun beranjak meninggalkankanya, namun langkahku terhenti karena sebuah tangan menahanku."Hyung, maaf. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin-"
"Lepaskan tanganku!"
"Hyung.."
Aku berbalik, kutatap manik mata sendunya. Kelihatannya ia merasa bersalah. "Setelah kubiarkan kau menjadi sahabatku, ini yang kudapatkan? Kau membuatku dikeluarkan dari tim basket sekolah!" bentakku padanya.
"Maaf, hyung" Dia melepaskan tanganku yang sedari tadi dipegangnya.
"Jangan pernah temui aku lagi. Mulai sekarang dan seterusnya, kau bukan lagi sahabatku. Aku sangat kecewa padamu." Aku pun pergi meninggalkannya yang masih terdiam ditempatnya berdiri.
Saat itu aku memang aku tak peduli padanya. Tapi entah kenapa keadaan berubah setelah peristiwa itu. Hari-hariku jadi sepi tanpa ocehannya. Tak ada lagi yang mengekoriku kemanapun aku pergi, ataupun menungguku di perpustakaan atau bahkan menyorakimu saat aku bermain basket.Bulir-bulir bening air mataku mulai turun membasahi pipiku. Bodohnya aku karena baru menyadarinya sekarang, disaat semuanya telah berubah. Dia tidak akan kembali lagi kesisiku. Aku telah melepasnya, tidak, aku telah mengusirnya.
Kucengkeram sweaterku erat. Ya, sweater inilah hadiah darinya tahun lalu. Aku selalu berharap dia akan kembali lagi, dengan kue dan senyum yang sama. Di taman ini, di bangku ini.
Namun itu mustahil, ia tidak akan kembali lagi. Aku telah membuatnya pergi. Harapanku hanyalah harapan yang sia-sia. Kini aku duduk sendirian, melewati hari ulang tahunku di tahun ini.
Tiba-tiba hujan mengguyurku. Kutengadahkan kepalaku menghadap langit dan tersenyum hambar.
"Terima Kasih sudah mau menangis bersamaku." Air mataku meluap-luap tanpa bisa kubendug lagi. Aku menangis sangat keras, hatiku rasanya sangat sakit jika memikirkannya.
Tiba-tiba sebuah payung menghalangi tetesan hujan yang mengguyur tubuhku. Sebuah lengan terjulur memberikan sebuah mantel padaku.
"Pakailah, nanti sakit."
Aku terpaku melihat tangan itu. Tangan yang bahkan sudah sangat kukenali hanya dengan melihatnya.Dan suara itu.. Aku mendongak, mencoba mencari kepastian. Aku tidak sedang berhalusinasi kan?
Walaupun sekitar minim pencahayaan, aku tahu siapa dia. Sebuah senyum langsung merekah dibibirku. Refleks aku memeluknya dengan cepat. Sepertinya dia terkejut, sampai-sampai payung yang dipegangnya terjatuh. Alhasil kami berdua basah terkena guyuran hujan.
"Hyung.." lirihnya"Terima Kasih." hanya kata itulah yang sanggup kukatakan saat ini. Aku benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana.
"Untuk apa?" tanyanya tak mengerti
"Semuanya..." Samar kurasakan dia mengangguk. Dia pun membalas pelukanku, mengusap pelan punggunguku dengan tangan kekarnya.
Aku semakin terisak. Lihat, bahkan sifatnya tak berubah padaku, padahal aku sudah menyakitinya dulu."Hyung, kenapa?"
"Maaf, aku tahu aku salah. Tapi bisakah kau memaafkan kesalahanku dan kembali padaku?" Dipelukanku dia mengangguk. Aku tersenyum. "I miss you, Jimin-ah.." bisikku ditelinganya.
"I miss you too.. Dan, selamat ulang tahun Min Yoongi.."
END
Republish
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed ㅡMy✔
Short Story(Oneshoot) Hari yang sama, tempat yang sama, namun keadaan yang berbeda. Yoongi tau ini semua salahnya. Salahnya karena tak menjaganya dengan baik.