Mereka berempat lalu mengangkat peti keluar. Ketika empat orang ini mengangkat peti dimasukkan di dalam kereta yang sengaja mereka bawa, duapuluh orang lebih jagoan Gak-taijin hanya mengintai saja, perintah yang mereka terima sudah jelas, yaitu berusaha menangkap hidup-hidup atau mati Dewi Suling yang tadi memasuki rumah judi.
Karena ia melihat empat orang laki-laki tinggi besar yang tidak mereka kenal itu datang dengan kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda, kemudian memasuki Po-koan dan keluar lagi membawa peti hitam yang mereka masukkan ke dalam kereta lalu membalapkan kereta dari situ, para jagoan ini hanya memandang saja dan tidak turun tangan.
Akan tetapi It-gan Hek-hauw menjadi bingung dan marah sekali ketika melihat betapa peti hitamnya yang terisi seribu tail emas itu telah dibawa pergi oleh empat orang yang agaknya adalah anak buah Dewi Suling.
"Tahan mereka!" teriaknya pada lima orang kawannya sedangkan ia sendiri melompat hendak mengejar, akan tetapi sinar merah yang menyambarnya dari samping membuatnya terkejut sekali dan terpaksa melompat mundur sehingga suling yang menyerangnya itu mengenai tempat kosong.
Akan tetapi Dewi Suling sudah menerjang dengan gerakan-gerakan seperti halilintar menyambar ke arah enam orang pengeroyoknya sehingga mereka itu sama sekali tidak ada kesempatan untuk melakukan pengejaran terhadap empat orang yang sudah melarikan peti emas itu.
Apalagi kini Dewi Suling berdiri menghadang di pintu dan sinar sulingnya bergulung-gulung berwarna merah menyilaukan mata.
Ngo-tok-hai-liong biarpun sudah tua namun masih memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Pedang mereka panjang dan berat, dan selain ilmu pedang mereka lihai, juga mereka dapat bekerja sama sehingga membentuk sebuah kiam-tin (barisan pedang) yang tak boleh dipandang ringan. Kini mereka mengurung Dewi Suling dari lima penjuru dan menyerang secara teratur rapi berganti-ganti dan bertubi-tubi, dengan gerak penjagaan saling melindungi.
Menghadapi Ngo-tok-hai-liong ini saja Dewi Suling tidak berani memandang rendah, wanita iblis ini cukup berpengalaman dan cerdik. Tahulah ia bahwa untuk dapat keluar dari kepungan kiam-tin yang digerakkan oleh lima orang jagoan tua berpengalaman, ia harus berhati-hati sekali.
Maka ia menghadapi mereka dengan tenang, memutar sulingnya menangkis sana-sini sambil mengerahkan perhatian untuk mempelajari gerakan kiam-tin untuk memecahkannya.
Akan tetapi perhatiannya terganggu oleh terjangan bertubi-tubi dari It-gan Hek-hauw Lauw Bu yang marah sekali yang melihat banyak hartanya dibawa pergi teman-teman Dewi Suling. Golok besar di tangan Si Harimau Hitam Mata Satu ini berkelebatan seperti naga mengamuk sehingga menimbulkan angin bersuitan mengerikan.
"Dewi Suling! Kembalikan emasku, baru aku ampuni jiwamu!" It-gan Hek-hauw Lauw Bu membentak sambil memutar goloknya karena dia serta lima orang kawannya mengurung, tampaknya wanita cantik itu akan bisa ditaklukkan.
Ia tidak ingin melihat wanita itu roboh di bawah tikaman senjata sehingga tewas, sehingga dengan begitu akan sukarlah buatnya untuk mendapatkan emasnya kembali yang ia tidak tahu dibawa pergi ke mana.
"Hi, hi, hik! Anjing buta, kaulah yang bakal mampus!"
Lauw Bu marah sekali, sambil berseru keras ia sudah menyerang dengan jurus mematikan, jurus simpanan, itulah jurus yang berasal dari jurus ilmu golok Bu-tong-pai yang disebut Tiong-sin-hiang-in (Menteri Setia Mempersembahkan Kebesaran). Golok yang semula berputar-putar cepat di depan dada itu tahu-tahu meluncur ke arah perut Dewi Suling, disusul dengan tangan kirinya dengan jari-jari terbuka mencengkeram ke arah dada, karena gerakan ini susul-menyusul, maka andaikata lawan dapat menghindarkan diri tusukan golok yang hendak merobek perut, sukar buat menghindarkan cengkeraman ke arah dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Cengeng
Narrativa generalePendekar yang di juluki Pendekar Cengeng selalu mengacau di Thian-an-bun yang di bantu oleh pendekar wanita Dewi Suling. Bagaimanakah pendekar tersebut mendapat julukan Pendekar Cengeng dan siapakah nama aslinya penasaran bisa di baca dalam Kisah Pe...