11. Rayuan Kewanitaan Dewi Suling

2.9K 48 1
                                    

"Cukup!" bentak Ouwyang Tek dengan marah. "Aku Ouwyang Tek dan suteku ini Gui Siong bukanlah orang-orang macam itu! Kami sengaja datang diutus oleh Suhu untuk menangkapmu dan mengakhiri kejahatanmu. Kami sama sekali bukan sekutu siapapun juga. Kalau hanya perbuatanmu di Lok-nam Po-koan, belum tentu kami sudi turun tangan. Akan tetapi kami sudah mendengar tentang perbuatanmu yang keji terhadap pengantin laki-laki she Bhok, kemudian Gak-kongcu! Kau patut dibasmi dan lebih baik kau menyerah untuk kami bawa ke Ho-pak!"

Dewi Suling kembali tersenyum mengejek, sambil menatap wajah Ouwyang Tek yang gagah itu. "Hm...... hm...... Ouwyang Tek dan Gui Siong. Nama yang bagus sesuai dengan orangnya. Eh, siapa guru kalian yang begitu kejam menyuruh kalian membunuh seorang gadis yang tak berdaya seperti aku ini?"

"Guru kami adalah Siauw-bin-mo Hap Tojin!" kata Gui Siong yang tentu saja bermaksud mengecilkan hati lawan dengan nama gurunya.

"Hap Tojin?" Dewi Suling nampak kaget. "Kalau begitu mampuslah kalian!" Belum habis kata-katanya, sulingnya sudah datang menotok ke arah dada Ouwyang Tek yang berdiri paling dekat.

"Trangggg......!"

Bunga api berpijar ketika pedang Ouwyang Tek menangkis suling itu. Dewi Suling terkejut. Begitu cepatnya pemuda tinggi besar ini mencabut pedang dan menangkis sulingnya dan ketika dua senjata bertemu, ia merasa betapa telapak tangannya panas. Maka tahulah ia bahwa ia bertemu lawan yang berat, jauh sekali bedanya dengan para pengeroyok di rumah judi tadi malam. Di lain pihak, Ouwyang Tek terkejut bukan main karena biarpun tadi ia menangkis dengan pengerahan tenaga dalamnya, tapi tangkisan ini malah membuat tangannya tergetar hebat, tanda bahwa tenaga nona itu hebat sekali.

"Sute, mari kita tangkap dia!" teriak Ouwyang Tek yang menerjang dengan pedangnya.

Gui Siong memang sudah menduga bahwa kepandaian wanita ini hebat sekali, maka tanpa ragu-ragu lagi ia lalu mencabut pedangnya dan menyerang dengan gerakan yang amat cepat sehingga Dewi Suling harus memutar sulingnya menangkis serangan dua batang pedang yang sama kuat dan cepatnya itu.

Pertandingan di pinggir sungai dalam hutan yang sunyi sepi di pagi hari itu hebat sekali. Segera Dewi Suling mendapat kenyataan bahwa dua orang muda itu benar-benar tangguh sekali. Terpaksa ia mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan semua kepandaian untuk melayani pengeroyokan mereka.

Sulingnya menjadi sinar bergulung-gulung berwarna merah yang bermain-main dan berkelebatan di antara dua sinar putih yaitu sinar pedang dua orang pemuda lawannya itu.

Dewi Suling maklum bahwa melawan seorang saja di antara mereka ini pasti akan menang. Juga dikeroyok dua oleh orang-orang muda ini ia sama sekali tidak takut dan masih akan mencapai kemenangan kalau saja hatinya tidak terganggu seperti itu.

Ia merasa tidak tega untuk membunuh mereka begitu saja! Ada sesuatu dalam kepribadian dua orang pemuda ini yang membuat ia Iebih ingin membelai mereka dengan kasih mesra daripada menyerang mereka dengan sulingnya. Kalau ia tidak dipengaruhi oleh rasa ini, tentu saja ia dapat mengeluarkan tipu-tipunya yang mematikan, atau menggunakan jarum-jarum merahnya. Pendeknya dari gurunya ia mengenal banyak tipu dan siasat untuk merobohkan lawan kuat. Mulailah iblis betina ini memutar otaknya mencari akal.

Tiba-tiba ia tersenyum girang. Beberapa kali ia sengaja memperlambat gerakan sulingnya dan ketika pedang di tangan Gui Siong sudah hampir mengenai tubuhnya, pemuda tampan halus itu menahan pedang! Ah, jelas bahwa pemuda tampan halus ini tidak tega melukainya! Mungkin juga jatuh cinta dan tergila-gila kepadanya.

Hatinya senang sekali, bukan hanya karena pemuda itu cinta kepadanya, juga karena perasaan pemuda ini mendatangkan akal baginya. Tentu saja ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini dan ketika pedang Ouwyang Tek mengancam ke arah lehernya, ia menangkis sambil mengerahkan seluruh tenaganya.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang