27. Undangan Paksaan Kepala Bajak Sungai

2.2K 48 2
                                    

Waktu menjelang pagi, ketika tiba-tiba perahu itu berhenti di tengah-tengah sungai, Yu Lee terkejut, ia menengok ke kanan kiri sungai itu yang penuh rumput alang-alang, kemudian ia melihat bahwa yang menahan perahunya adalah sebuah tambang yang dipasang melintangi sungai. Kemudian ia melihat bahwa di balik alang-alang di kanan kiri sungai tampak banyak sekali perahu-perahu kecil hitam!

"Eh, mengapa berhenti...... Ada...... ada apakah......?"

Yang berseru ini adalah A-bouw si tukang perahu. Biarpun sedang tidur pulas, sebagai seorang tukang perahu yang ulung, begitu perahunya berhenti meluncur, ia terbangun dan seketika ia menduga hal yang tidak baik. Apa lagi setelah ia menengok ke arah rumput alang-alang tubuhnya menggigil dan ia cepat mengambil dayung dari tangan Yu Lee seraya berbisik.

"Harap segera bangunkan lihiap (nona pendekar)! Ada bajak......!"

Pada saat itu dari tepi sungai meluncur sebuah perahu hitam yang amat cepat dan tampaklah tiga orang di atas perahu itu, yang seorang memegang obor, yang kedua mendayung serta yang ketiga berdiri di kepala perahu, yaitu seorang laki-laki tinggi besar dan sebatang golok besar tergantung di pinggangnya. Setelah perahu ini dekat, laki-laki tinggi besar itu memegangi tambang dan perahu terhenti, itu saja sudah membuktikan bahwa laki-laki itu mempunyai tenaga yang kuat.

"Huang-ho Sam-liong mengundang Sian-li Eng-cu untuk datang berkunjung!" Suara laki-laki tinggi besar itu parau namun keras sekali.

Yu Lee dapat menduga bahwa yang berjuluk Huang-ho Sam-liong (Tiga Naga dari Huang-ho) tentulah kepala bajak. Selagi ia hendak bersikap pura-pura gugup dan memanggil Siok Lan tampak berkelebat bayangan nona itu yang tahu-tahu telah berdiri di sisinya dan nona itu menghadapi perahu bajak sambil membentak nyaring.

"Akulah Sian-li Eng-cu dan selamanya aku tidak bergaul dengan bangsa perampok dan bajak sungai! Apakah kehendak kalian menahan perahuku di tengah sungai?"

Laki-laki tinggi besar itu membungkuk sedikit tanpa melepaskan tambang, lalu ia berkata, "Ketiga orang Tai-ong kami telah mendengar nama besar Sian-li Eng-cu yang diketahui akan lewat di sini. Oleh karena hari ini ketiga orang Tai-ong kami sedang menjamu beberapa orang gagah, maka apabila benar-benar Sian-li Eng-cu adalah searang wanita gagah seperti yang dikabarkan orang, maka tiga Tai-ong kami mengundang dan menantang Sian-li Eng-cu untuk mengunjungi markasnya di lembah sungai kalau memang memiliki keberanian!"

Kata-kata itu biarpun nadanya menghormati namun mengandung tantangan yang hebat dan sekaligus mengandung tekanan bahwa kalau Sian-li Eng-cu tidak menerima undangan berarti dia takut dan tidak memiliki keberanian.

Undangan macam ini tentu saja sukar ditolak tanpa menimbulkan kesan bahwa yang di undang takut. Akan tetapi Yu Lee yang tidak ingin melihat nona itu terlihat dalam kesukaran sudah cepat menjawab.

"Eh, twako yang baik. Nona majikanku adalah seorang wanita yang sedang melakukan perjalanan jauh, bagaimana mungkin memenuhi undangan ketua-ketuamu? Harap kau maafkan kami dan beri kesempatan perahu kami lewat. Biarlah lain kali saja nonaku memenuhi......"

"Baik! Kuterima undangan Huang-ho Sam-liong! Jangan kira bahwa Sian-li Eng-cu takut akan sarang tiga ekor naga Huang-ho! Eh tukang perahu hayo dayung ke pinggir!" Bentak Siok Lan tanpa memperdulikan ucapan Yu Lee tadi.

Yu Lee diam-diam menghela napas panjang. Dia benar-benar telah melakukan sebuah kesalahan besar membohongi nona ini dan membiarkan dirinya terlibat dalam akibat-akibat dari pada watak gadis yang ugal-ugalan dan tidak pernah mau kalah ini!

Apa boleh buat, pikirnya, ia harus menanggung akibat daripada kebohongannya dan kelemahan hatinya sendiri!

Begitu perahu itu didayung ke pinggir, muncullah beberapa buah perahu kecil dari kanan kiri dan diam-diam Yu Lee harus mengakui bahwa kalau tadi Siok Lan nekad tidak menerima undangan, tentu pelayaran mereka akan mengalami banyak gangguan yang berat.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang