Chapter 2

181 22 7
                                    

Chapter 2 is ready. Wohoo.. Sebenernya, chapter 2 ini duluan dibuat dari chapter 1 nya. Kalo nanya, kok bisa? Jawabannya...

Chapter 2 ini gegara mimpi hina saya disiang bolong yang sejuk. Apa lagi bagian nakalnya. Yawla. Hina banget gak sih.. Saya malu-malu mau lah kalo kedatengan mimpi begitu lagi. Muahahaha..

Well, here you go.. Happy Reading..!!!

.

Dengan terburu - buru, Junhyung melangkah kesal ke lantai 3. Sebagai salah satu komposer muda dari klub musik, ia bertanggung jawab atas publikasi karyanya sendiri, termasuk harus menyerahkan demo lagu ciptaannya (yang dinyanyikan oleh vocalist dari klub musik) ke klub radio. Junhyung masih terus bermuka masam. Seandainya ia lebih cepat, ia tidak akan menggunakan tangga darurat untuk ke lantai 3. Well, universitasnya punya fasilitas lift tapi hanya beroperasi sampai jam 4 sore. Aktifitas unit kerja mahasiswa tidak masuk dalam jam resmi operasional kampus.

Junhyung menarik nafas lega. 5 anak tangga lagi, ia tiba dilantai 3. Sedikit gambaran tentang lantai 3, lantai 3 bukan lantai yg luas. Hanya koridor dengan lebar 1,5 meter dan 4 pintu ruangan di sisi kiri sedangkan sisi kanannya hanya jendela kaca sebagai pembantu pencahayaan dan ventilasi udara. Pintu ke-3 di sebelah kiri adalah ruang klub radio. Junhyung membuka pintu ruang klub dan menemukan sofa kosong. Ia mengerenyit bingung, tidak biasanya klub radio sepi.

"Kemana semua orang? Apa di ruang siaran?" Pikirnya kemudian berjalan lebih dalam ke ruang klub radio dan benar saja, ruang 2,5x2,5 meter itu tampak ramai. Aah.. Sedang ada wawancara eksklusif ternyata dan tumben sekali senior Oh siaran. Biasanya senior Oh siaran hanya saat ada tamu istimewa. Junhyung melambaikan tangan saat ia bertemu mata dengan Yeseob. Salah satu juniornya di kelas musik dan salah satu penyiar hari ini. Setelah berbisik pamit sebentar dengan senior Oh, Yoseob pun keluar dan menghampiri Junhyung.

"Yo hyung! Wae ?"

"Ah,. Ini. Demo lagu yg kita record kemarin." Ucapnya sambil menyerahkan wadah kaset bertuliskan 'Junhyung'.

"Ini yang Hyunseungie-hyung duet dengan Gikwangie?" Tanyanya tertarik. Junhyung mengangguk pelan.

"Track nomor 2 itu lagu yang kau nyanyikan kemarin. Dan yang ke-3 lagu rap ciptaanku juga."

"Wah.. Kau yang terbaik hyung!"

"Yeseob-ah.. Ayo closing." Ucap senior Oh yang tiba-tiba muncul dari dalam ruang siaran hanya dengan kepala yang menyembul.

"Eh.. Ada Junhyung-ie~" ucapnya menggoda waktu melihat Junhyung. Junhyung memutar matanya bosan.

"Stop bertingkah menjijikan hyung" ucap Junhyung datar.

"Aih.. Kau sungguh junior dengan attitude yang krisis." Ucapnya lebay yang membuat Junhyung memasang tampang stoic andalannya.

"Aku pulang dulu." Ucapnya sambil berlalu, mengabaikan senior Oh yang merengut kesal. Yoseob pun tertawa dan menyusul masuk senior Oh. Sedangkan Junhyung, ia mengenakan tutup kepala jaket gombrong kesukaannya dan mengenakan masker abu-abu kemudian memasang headphone. Sebelum pergi dari ruang klub radio, junhyung mengatur playlist lagu dari iphonenya. Selagi ia mengatur playlist lagu, bintang wawancara pun keluar dari ruang siaran. Junhyung menoleh sebentar dan mencoba mengingat siapa lelaki dengan mata sipit dan tajam itu. Dahinya berkerut tanda berfikir.

"Aaah.. Jadi itu Yoon Dujun. Yang kapten bola kaki sekaligus pencetak three point andalan dari tim basket." Batinnya. Junhyung mengangguk sendiri tanda mengerti. Tanpa sengaja, ia dan rombongan Dujun yang terdiri dari 5 orang pun turun bersama melalui tangga darurat. Junhyung fokus pada headphonenya, mengabaikan serombongan disekitarnya yg heboh berbicara. Saat berada di antara lantai 1 dan 2, junhyung menyingkir sedikit, membiarkan rombongan cheerleaders lewat. Manajer mereka yang memiliki ukuran hampir 3 kali lipat dari anggota pun sulit lewat hingga Junhyung harus benar-benar menepi, ia agak terdorong ke belakang dan bersandar pada Dujun. Ntah apa keributan yang terjadi hingga orang di depannya tidak melanjutkan perjalanan. Ia merasa pergelangan tangannya dipegang dan ditarik lagi ke lantai atas. Junhyung bukan orang bodoh, tapi juga tidak pintar mengartikan suasana secara tiba - tiba seperti ini. Ia kembali ke lantai tiga dan kembali masuk ke ruang radio. Cengkraman tangan yang ternyata Dujun pelakunya pun terlepas. Ia berkesempatan menurunkan headphonenya. Ia mengerenyit bingung. Ia menatap Dujun minta penjelasan, tapi Dujun malah menatap wajah sang ketua kapten cheerleader.

RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang