Always in My Heart (9)

828 100 18
                                    

Oii oii, maafkan daku ya kawan kawan, seperti biasa otak ku lagi gak jalan jadinya ya telaaaaatt banget update nya, sekali lagi maaf /sungkem

Buat recommend aja sih, kalo baca part ini enaknya sambil dengerin lagunya mbak joy sama om selang /ehh

Oke deh selamat membaca~

25 December 2016

Aku sudah berdiri di depan cafe favorit ku semenjak SMA, biasanya aku akan langsung masuk dan mencari tempat duduk. Tapi berbeda dengan sekarang, aku masih berdiri di samping pintu, sambil beberapa kali membuang nafas frustasi.

Dimana keberanian ku yang biasanya? Kenapa aku jadi pengecut seperti ini? Hwaaa eomma ottokae?!!

Beberapa kali menarik lalu membuang nafas sama sekali tidak berhasil. Padahal yang harus ku lakukan adalah masuk dan menemui dia yang dari tadi sudah menunggu ku. Percayalah ini tidak semudah yang di bayangkan.

Akhirnya setelah berperang melawan diriku sendiri, aku berhasil masuk.

Benar dugaan ku, dia sudah duduk di bangku favorit ku. Apa itu kebetulan? Atau memang di sengaja? Mengingat cafe ramai karena bertepatan dengan natal.

"Annyeong haseyo", sapa ku dengan gelagat yang sangat kaku.

"Eoh? Annyeong Sooyoung-ah", astaga, apa lagi ini? Kenapa dia bertingkah seperti benar benar dekat dengan ku. Kami tidak akrab dan ku yakin tidak pernah.

"Jeosonghaeyo, saya terlambat", ucap ku tulus, lalu duduk di depan nya.

Untuk beberapa saat kami terdiam tanpa ada bahan untuk di biacarakan, memori ku kembali memutar ke masa lalu, masa dimana aku benar benar mencintai dia yang tak seharusnya aku cintai.

Entahlah apa memang ini di rencanakan. Cafe ini benar benar menjadi sejarah bagi hubungan abstrak kami berdua, pertama kali bertemu hingga akhir kami bersama sebagai couple RP. Banyak yang kami lakukan di cafe ini.

Flashback,
25 December 2015

aku hanya menatapnya yang masih menunduk di depan ku. Sebenarnya aku tau dari awal, hari ini akan tiba, hari dimana kami harus berpisah dan melanjutkan kehidupan normal kami, ini untuk kebaikan kami.

Melihatnya, aku hanya bisa menahan air mata, tanpa sepatah kata pun yang keluar. Sekarang aku mengetahui apa itu cinta juga memahami patah hati. Cinta dan patah hati mereka memang bertolak belakang tapi tak bisa di pisahkan juga.

Bahkan hingga akhir aku tak bisa mengatakan 'aku mencintaimu' bukan sebagai Binah, tapi sebagai Yook Sungjae.

"Setelah waktu berlalu dan masing masing dari kita tak tersakiti lagi, mari bertemu sesekali." ucapnya yang membuat air mata ku lolos

Aku tahu ini akan sulit dan tiba-tiba, segalanya terasa menakutkan bagi ku, aku sudah terbiasa dengan adanya dia. Dan saat kami mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya, yang bisa ku lakukan hanya menutup mata dan tersenyum seolah perasaan ku ini hanya bagian dari roleplay.

"Annyeong- Sooyoung-ssi".

Back to  25 December 2016

"Annyeong- Sooyoung-ssi", kalimat terakirnya kembali terdengar di telinga ku.

"Sooyoung-ah, gwenchana?", tanya nya sambil melambaikan tangan di depan wajah ku.

"Animnida, gwenchanseumnida", aku harus bicara seformal mungkin, bagaimana pun dia adalah dokter yang merawat ku.

"Sooyoung-ah, tidak bisa kah kita bicara sedikit lebih santai. Bukannya kau sendiri tidak suka bicara formal padaku?"

"Aniyo, Dokter Yook, biar bagaimana pun anda adalah dokter yang merawat saya. Saya tidak bisa sembarangan berbicara dengan anda",sejujur nya aku juga muak berbicara seformal ini dengan mu Yook Sungjae! Huh!

"Kalau begitu, kau hanya perlu menganggapku sebagai teman mu, atau seseorang di masa lalu mu"

Sinting, dia bilang apa tadi? Seseorang di masa lalu ku? Tidak bisakah dia sadar saat ini aku dalam Senggol baper mode on?

Hwaaaaa sial. Cukup Sooyoung-ah,jangan perlihatkan perasaan mu yang sebenarnya pada maniak angka 6 ini.

"Hahaha, geurae~ ayo bicara banmal. Chingu chorom!", ayo Sooyoung kau pasti bisa. Cukup berakting seperti tak tersakiti. Karena itulah tujuan ku datang kesini.

"Apa kabar Sooyoung-ah? Apa perut mu masih sering sakit?"

"Ya~ apa kita dalam sesi kontrol?", sindir ku.

Dan lihat reaksinya setelah mendengar sindiran ku. Dia hanya tertawa menunjukkan deretan giginya. Ahhh astaga, bagaimana bisa aku menahan iman jika cobaannya seperti ini? Ini sama saja melihat es kelapa saat puasa. Menggugah selera 😌

"Sooyoung-ah, aku benar benar merindukan mu", kata Sungjae sambil berusaha menetralkan suaranya yang jadi tak enak didengar setelah puas tertawa menistakan ku. Huh!

"Heol, kau masih bisa menggoda ku huh! Sana urusi-" ku hentikan ucapan ku sebelum semuanya semakin jauh. "Lupakan, ku rasa aku terlalu banyak bicara", seperti biasa penyesalan datang terlambat, dan sekarang aku menyesal datang kemari. Aku benar benar merusak hati ku sendiri.

Sudah tau luka yang di buat laki laki di depan ku ini belum sembuh total. Dan sekarang aku malah datang menyuguhkan diri, seolah minta dihancurkan lagi hati ku. Ini sama saja uji nyali di kuburan.

"Mianhae Sooyoung-ah, ku rasa tidak seharusnya kita bertemu seperti ini. Aku terlalu banyak menyakiti mu"

"Ani. Percayalah, semua yang terjadi di masa lalu sudah ku lupakan.", dan percayalah saat ini aku sedang berbohong pada mu.

Flashback end

Aku tersenyum saat menyadari tangan kami yang masih tertaut, entah bagaimana tangan besar ini bisa selalu meng-cover tangan ku. Disaat beberapa kali sudah ku coba untuk melepaskannya, tangan ini selalu meraih ku kembali.

Aku benar banar beruntung memiliki Sungjae.

"Sooyoung-ah, sebelum kembali kedalam apa kau tak ingin mencium ku eoh?"

"Kau sudah mencium ku tadi"

"Tapi aku mau lagi."

"Ya~ berhenti lah rewel, huh! Eomma benar, lebih mudah mengurus Jangmi dari pada mengurus mu.", perdebatan kecil seperti ini sering terjadi, jadi kami sama sekali tak menganggapnya serius. "Sana urus diri mu sendiri, aku mau masuk. Di luar dingin", ucap ku sambil berlalu meninggalkan Sungjae yang masih kesal.

Baru beberapa langkah aku menjauh, tiba tiba saja ide gila mulai terlintas di otak ku. Sepertinya aku benar benar tertular Yeri.

Ku balik tubuh ku, di belakang ku masih ada Sungjae yang hanya menatap ku penuh harap. Apa dia berharap aku menghampirinya, lalu menciumnya dan membawanya pergi? Seperti cerita dongeng yang pernah ku dengar saat balita? Ya! Itu tidak benar, mana ada Gongju mengejar Wangja! Bahkan sel telur saja tidak mengejar sel sperma, maaf ini terlalu fulgar.

Persetan dengan asumsi asumsi ku yang tak berguna, toh aku mengejar suamiku sendiri.

Dengan cepat ku dekati Sungjae yang masih berdiri beberapa meter di depan ada dengan bodohnya.

Aku sedikit menjijit karena tingginya dan tinggi ku memang tak terlalu jauh bedanya, terlebih lagi flat shoes yang ku gunakan.

Cup

Kecupan singkat ku daratkan di permukaan kulitnya, sedikit lumatan mulai ku lakukan, menyedot kulitnya kuat kuat. Bukan di bibir tapi di leher, ya~ aku akan membuat kissmark disana, Yook Sungjae! Kau milik ku!

"Ya!! Kau vampire ya? Kenapa mencium ku di leher?", protes Sungjae yang ternyata baru sadar aku sudah menandainya.

"Salah mu terlalu tinggi", ucap ku singkat lalu pergi meninggalkan Sungjae, kali ini aku serius, aku benar benar masuk ke dalam cafe.

"Ya!! Sooyoung-ah! YAK!!! YOOK SOOYOUNG!"

Reply Me 2013 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang