BAB II

12 1 0
                                    

aku meminta ayah ku untuk merahasiakan ini semua. sejujurnya sedikit demi sedikit, aku bisa melupakan panik disorder ku. aku sudah belajar selama 10 tahun oleh dokter dan Auli yang selalu mendampingiku.

aku tahu apa yang di rencanakan ibuku bila dia tahu aku sudah sembuh. jadi aku harus sakit di depan matanya.

" Rei.. terimakasih sudah ingin makan bersama kami" Ucap nya menatapku dengan senyuman, aku hanya diam dan mengangguk.

" Siang ini, apa kau ingin ikut dengan ku?"

" Rei baru saja tiba, apa kau-"

Aku melihat ibuku menatap ayahku dengan tajam, dan menatapku kembali dengan senyuman.

" Ibu ingin memperkenalkan seseorang padamu"

" Tidak bisa, Utami kau tahu Rei tidak bisa"

" Juan, sudah waktunya untuk Rei. dia harus menata masa depannya"

Aku mengerutkan dahiku heran. apa yang di bicarakan oleh kedua orang tua ku ini. aku menatap ke arah Auli yang ada di sampingku, tapi ia hanya menggidik kan bahunya.

***

" Bawa dia ke salon dan belikan gaun yang paling tercantik. buat dia se-elegan mungkin kau mengerti" Ucap ibuku ke Auli

mulutku terbuka lebar ingin bertanya, hanya saja ku urungkan niatku. dan mengikuti kemana Auli membawaku.

Di mobil aku pun ingin menanyakan padanya, hanya saja melihat supir yang mengamatiku, aku hanya bisa diam dan melihat lurus ke depan.

sesampainya di butik, dan salon. akhirnya Auli bisa membuka suara, aku hanya mendengarkan apa yang ia katakan.

" Sepertinya nyonya ingin nona bertemu seseorang, seperti seorang pria, atau nona ingin di jodohkan?"

Aku terkejut, tak mengeluarkan suara apapun. Auli tahu bagaimana pemikiranku, dengan melihat ekspresiku saja dia sudah mengerti.

" Tenang aja nona, kalau nona tak suka, langsung bilang ke saya. nanti saya kasih tau nyonya"

Dia tersenyum dan menyuruh aku untuk masuk ke mobil kembali setelah mendapatkan polesan make up dan dress pink soft selutut. Auli tersenyum dan menyuruhku untuk tenang.

" Nona kalau tak suka lihat saja wajahnya dengan datar, kalau suka senyum aja. dan kalau bisa" Auli menggigit bibirnya lalu tersenyum

" Kalau bisa, nona berbicara padanya"

Aku melihat auli menatapku berharap, aku hanya mengangguk dan pergi ke ruangan VIP yang sudah di pesan ibuku.

tempatnya cukup luas, dengan meja makan di tengah. hanya ada 2 kursi, jadi benar aku di jodohkan. aku melihat sekitar, tak ada jendela dan CCTV. ruangan ini cukup baik untuk pertemuan rahasia.

suara pintu berdecit dan aku menoleh.

kakiku lemas, dan jantungku berdegup kencang. saat seorang pria dengan balutan jas mendekatiku dan memandangku dengan malas. ia duduk santai di bangku dan menatapku yang sudah berkeringat dingin.

" kau akan berdiri di sana?" tanyanya padaku, segera aku pergi ke arah pintu dan mencoba membukanya. sial. pintunya terkunci. aku pun menggedornya tapi tak ada yang menyahut.

air mataku sudah mulai tumpah, ya tuhan aku mohon keluarkan aku dari ruangan ini.

" Ini ruangan kedap suara, walaupun aku memperkosamu di sini tak ada yang mendengar"

kaki ku jatuh ke lantai dan beringsut di pojok ruangan. bagaimana bisa lelaki brengsek ini ada di sini, bersama ku, dan ini semua di atur ibuku.

" Hah.. aku malas sekali menjelaskan padamu, aku langsung saja. ibumu ingin aku menikahimu" Ucapnya tanpa melihat ku yang sudah tersungkur di belakangnya. ku lihat dia menyantap makanan nya dan memakan nya santai.

" Apa kau tak bilang ke orang tua mu yang aku lakukan itu hanya menggunakan jari, tapi mereka bersikeras kalau aku merkosamu"

Aku menggeleng, menutup telinga ku. bagaimana bisa dia berkata begitu di hadapanku. apakah ia tahu bahwa aku memiliki trauma karena masalah itu.

" Saat itu kau juga masih kecil, mana mau aku bersetubuh dengan anak kecil, kau kira aku pedofil"

Nafas ku sesak, ingin sekali berteriak dan menyumpal mulutnya yang selalu mengoceh itu.

" Karena kau sudah 18 tahun sekarang, mereka ingin aku bertanggung jawab. orang tuaku pun terhasut dengan orang tuamu, jadi dia ingin kita menikah"

" Tidak!!!"

Dia terkejut dengan teriakan ku, mataku sudah panas, tubuhku gemetar dan dadaku sudah naik turun.

" oh ternyata kau beneran kena panik disorder? ku fikir orang tuamu hanya berlebihan" Ucapnya santai, dan membersihkan sisa makan di ujung bibirnya.

dia mencoba mendekatiku, aku segera berdiri dan menjauh. tapi dia segera menangkap tangan ku dengan kuat. segera aku berteriak tak jelas, meronta, aku panik, aku sangat takut.

" Dengarkan aku"

Tidak, aku tak bisa berfikir jernih. aku harus lepas dari bajingan ini. ku tendang selangkanganya. dan pergi menjauh saat dia meringis. ku ambil botol minuman di meja makan dan melemparkan ke arah nya.

dia tergeletak. botol itu terkena kepalanya. aku terdiam sesaat. tidak, bukan maksudku untuk membunuhnya. ya tuhan bagaimana ini. aku mendekatinya dan ia tak sadarkan diri. aku menyentuhnya, mengguncangkan tubuhnya, tak ada respon. hanya ada darah yang bergelinang dari kepalanya.

***
TBC

silent loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang