HOF-25 :: FOOLS & SORRY
**
BUNYI klakson yang bersahutan tidak dihiraukan Matthew, ia melajukan motornya dengan cepat. Bahkan makian-makian dari pengendara lain ia abaikan. Ia hanya pikirkan satu hal, ia ingin segera sampai ke tempat itu.
Malam kian larut, angin malam seolah ingin menguliti siapa saja yang masih berdiam diri di luar rumah. Lalu lintas kian berantakan yang selalu membuat pengendara saling memaki mengumpat tak karuan. Namun lagi-lagi Matthew tidak peduli akan hal itu.
Satu jam empat puluh enam menit Matthew berkendara akhirnya ia sampai di rumah klasik berwarna putih dan coklat itu. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, Matthew masih berdiam diri di motornya menatap rumah di hadapannya dengan mata sayu.
Matthew memutuskan mengetuk pintunya perlahan dan di buka oleh perempuan tua yang masih sangat dikenal Matt.
“Den Matthew.”
“Bik Nah” ucap Matt dengan senyum tipis lantas memeluk pengasuhnya itu penuh kerinduan.
“Anak nakal. Kenapa baru pulang sekarang? Aden nggak kangen Bibi?”
Matthew hanya mampu mengeratkan pelukannya. “Ayo masuk.”
Matthew masuk terlebih dahulu, ia menoleh ke belakang, menatap pengasuhnya dulu. “Aga udah tidur, Bik?”
Bik Nah tersenyum tipis dan mengangguk. “Den Aga baru bisa tidur setengah jam yang lalu.”
“Aku mau ke kamarnya. Bik Nah bisa istirahat lagi.”
Matthew menaiki tangga melingkar itu, sesekali mata-nya menatap tembok yang di penuhi potret dirinya dan Aga, ia tersenyum miris.
Matthew menatap pintu hitam di sebelahnya, dulu itu kamarnya tapi sekarang--ia tak tahu mungkin sudah berubah menjadi gudang atau apa pun itu Matthew tidak peduli.
Matthew beralih pada pintu putih di sebelahnya, ia memutar knop pintu perlahan. Airmata nya kembali menetes, melihat orang yang serupa dengan nya tengah tertidur pulas.
Tubuhnya semakin kurus dari terakhir kali ia bertemu, lingkaran hitam di bawah mata nya begitu kontras menyelimuti tubuh pucat pasinya. Tak tertolong, dengan gemetar Matthew menghampiri orang itu. Rasanya Matt ingin berlutut di bawah kaki orang itu, memohon ampun karena telah meninggalkannya seorang diri, melupakan semua janji yang ia buat. Matt menangis, ia mengutuk dirinya sendiri. Lalu sekarang apa bedanya dirinya sendiri dengan kedua orangtua-nya, ia sama saja dengan mereka.
Matt meringkuk di samping orang itu, ia tidak ingin menganggu tidur tenangnya. Ia baru tertidur setengah jam yang lalu dan Matt menyadari apa penyebab lingkaran hitam itu.
Matt matian-matian meredam suara tangisnya. Ia begitu mudah meninggalkan rumah, berpesta pora melupakan segalanya, ia sanggup berlari ke belahan dunia mana pun untuk menjauhi kedua orangtuanya. Namun sosok di depan nya ini tidak dapat melakukan apa-apa kecuali mau tidak mau menerima segalanya. Penolakan, terabaikan, dan tidak di harapkan.
Jika para orang bodoh berpikir hal yang paling menyakitkan dalam hidup adalah ditinggalkan. Hal itu salah besar, Nyatanya terabaikan jauh lebih menyakitkan. Kamu ada tapi tidak di anggap. Kamu bernapas namun bagi orang-orang kamu hanya manekin yang membutuhkan oksigen.
Matt tertidur dengan menggenggam erat tangan orang itu.
***
Pukul enam pagi, Ragastha masih berdiam diri di ranjangnya, ia kenal sekali dengan aroma parfum ini, ia mengenal betul tangan yang menggenggam-nya erat saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearts On Fire
Novela Juvenil[15+] ada beberapa dialog berisi kata-kata kasar. ======================= Judul sebelumnya : Double TroubleMaker . Bukan. Ini bukan kisah dua orang yang bertemu tanpa sengaja, bersahabat, lalu jatuh cinta. Ini tentang Matthew, si pembuat onar, yang...