Part 3. Lagi

46 5 0
                                    

Pagi ini seperti biasa aku berangkat ke kampus. Hari ini masih sama seperti hari di mana aku dibuat bingung dengan situasi yang tidak jelas.

Entahlah, rasanya sulit untuk menghilangkan pikiran seperti ini.

Dengan perasaan-perasaan tidak enak selalu menderap hati dan pikiran. Dibuat bingung dengan keadaan.

Ini cukup tidak jelas bagiku. Aku hidup diantara orang-orang yang telah banyak menggoreskan luka didiri ini. Walau aku tidak tahu pasti. Hanya saja, ini yang selama ini aku rasakan.

Ramai. Keadaan kampus selalu seperti ini.

Aku melanjutkan sekolah di salah satu universitas terbaik yang berada di kota ini. Banyak dari orang tua mempercayakan anaknya untuk melanjutkan menimba ilmu di sini. Aku pun bersyukur dapat diterima disini. Dengan banyaknya pesaing yang sama-sama mengharapkan diterima.

Hal yang selalu aku lakukan saat sampai di pintu masuk kampus adalah tersenyum dan berdoa "buatlah hari ini menjadi lebih baik dari kemarin."

Aku terus melangkah, melawati koridor kelas. Mencari keberadaan orang yang mungkin aku kenal.

Seketika aku menghentikan langkahku.

"Kenapa mereka lagi?"  Pikirku. "Tidakkah mereka lelah?"

Ya. Putri dan Dhiva berada tepat 7 meter di depanku. Sedangkang yang aku lakukan hanya berdiam diri, memperhatikan kegiatan mereka.

Mereka seperti biasa sedang mengobrol bersama. Sesekali mereka tertawa bersama, membuat siapapun yang melihat iri.

Begitu denganku. Tapi, ah, sudahlah. Tidak ada gunanya lagi sekarang.

Ketika aku hendak melanglah kembali memutar arah. Menjauh dari mereka.

"Tiana!" Sial. Itu suara Putri.

Aku pun membalikan badan dengan senyum seadanya. "Kemari." Ajak Putri. Aku hanya menghela nafas. Menormalkan detak jantung yang mulai bertalu.

"Mau kemana?" Tanya Putri saat aku sampai di depannya.

"A..aku.. mau.." sial. Kenapa aku jadi gugup seperti ini?

Aku sempat melirik ke arah Dhiva. Ia terlihat lebih diam setelah aku berada di dekat mereka. Padahal tadi sebelum aku berada di sini, dengan jelas aku melihat Ia bercanda dan tertawa bersama Putri.

Kenapa jadi seperti ini?

Atau karena keberadaanku mengusiknya?

"Sepertinya aku mau ke perpustakaan. Mau cari beberapa novel untuk dibaca." Jawabku setelah mengendalikan diri.

"Kebetulan. Aku mau ke perpustakaan juga. Mau cari referensi buku untuk tugas yang dikasih Pak Bayu, sama Dhiva. Bareng saja yuk." Putri tersenyum.

Inilah yang aku tidak suka. Selalu dikaitkan dengan keberadaan mereka.

Tidakkah mereka tahu, aku muak?

"Mm.. boleh." Jawabku seadanya.

Kami jalan beringan. Aku, Putri, lalu Dhiva. Sambil sesekali Putri bercerita apa yang Ia lakukan.

Rasanya lama sekali, hanya untuk sampai ke perpustakaan. Padahal aku sering ke sana dan jarak tempuh kira-kira hanya 5 menit. Tapi kenapa ini rasanya seperti sudah jalan selama 1 jam?

Sepanjang jalan yang mereka lalukan hanya saling melempar candaan. Aku sesekali hanya tersenyum, tanpa berniat membalasnya. Sambil mengalihkan padangan ke arah berlawanan.

Mungkin dulu aku akan ikut saling melempar candaan saat jalan bersama. Namun sekarang berbeda. Ada tembok yang sengaja aku bangun agar tidak jatuh ke jurang yang sama.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang