Casandra

198 5 0
                                    

Namanya Casandra, gadis paling cantik dan paling populer se-SMA Angkasa. Sekaligus, gadis paling ceria. Paling banyak prestasi, dan oranisatoris sejati. Casandra berambut panjang sedikit kepirang-pirangan, kulit wajahnya putih bersih tanpa jerawat satu pun, hidungnya mancung, matanya sipit, dan bulu matanya lentik. Menurut orang-orang, Casandra adalah sosok sebagaimana seorang gadis semestinya, hal ini tentu karena mereka tahu bahwa Casandra juga jago memasak.

'Sandra, lo dapet salam dari Aldi,' hari ini sudah berapa laki-laki yang menitipkan salam untuk Casandra melalui teman-temannya. Sandra hanya tersenyum setiap mendengar kalimat-kalimat itu, bagaimana tidak? Jika setiap hari dia selalu mendapat 'salam'dari para lelaki. Dan tidak jarang, bahkan dia tidak kenal pada mereka yang menitip salam.

"Sandra, lo normal gak sih sebenernya?" tanya Ayu teman sekelas Casandra yang tidak terlalu dekat.

Sandra tersenyum
"Menurut lo?"

"Bingung, abis ada banyak cowok cakep ndeketin lo gak mau. Apalagi Aldi, ya ampun Casandra Aldi itu kan ganteng banget, tajir mampus, vokalis band, dan anak OSIS lagi,"

"Gue normal kok, tenang aja, belum dapet yang pas aja buat disukain. Haha," Sandra tertawa

"Yelah, pasti selera lo tinggi. Tapi ya wajar sih, lo kan primadona,"

"Nah, itu lo tahu. Eh, gak deng becanda. Gue suka sama orang yang sederhana aja kok," Sandra tersenyum sambil membayangkan seseorang.

"Jadi, udah ada cowok yang lo suka, Ndra?"

Sandra mengangguk mantap.

"Kasih tahu dong, siapa? Ini bakal jadi berita heboh," Ayu menutup mulutnya sebelum akhirnya berkata lagi
"keceplosan,"

"Rahasia, dianya juga belum ada tanda-tanda kalo suka sama gue," untuk pertama kalinya Ayu melihat Sandra tersenyum miris. Dan dari situ Ayu tahu bahwa Sandra benar-benar menyukai laki-laki itu.

"Semoga sukses ya, Ndra. Beruntung banget dia bisa buat seorang Casandra jatuh cinta," Ayu menepuk pundak Casandra sebelum pergi meninggalkannya menuju kantin.

***

Hujan mengguyur SMA Angkasa. Casandra yang baru saja selesai memimpin rapat OSIS untuk acara ulang tahun SMA duduk seorang diri di koridor sekolah sambil menatap bulir-bulir yang jatuh dari langit. Sebenarnya, bukan tanpa alasan Casandra duduk disana. Dia, tengah menunggu seseorang, yang sama sekali belum pernah berbicara dengan Casandra. Hari ini, Casandra berniat untuk mengajaknya bicara.

Setelah sekitar 20 menit menunggu akhirnya Casandra melihat seseorang yang dia nanti datang. Berjalan sambil membawa setumpuk buku ditangan kanannya. Laki-laki berkacamata itu tidaklah tampan, tapi dia manis. Tidak tinggi, tapi tidak pendek juga. Menurut perkiraan Casandra, tingginya 172 cm yang artinya lebih tinggi dia 4 cm dari Casandra.

"Emmm... Maaf, nama gue Casandra. Wakil ketua OSIS. Bisa bicara sebentar?"

"Kenapa?"

"Ulang tahun SMA kan bentar lagi, malam puncak nanti, ada penampilan teater sanggar seni, kekurangan pemain sebagai Professor, gue kira lo cocok. Jadi, bisa gabung?" Casandra bertanya tanpa basa-basi.

"Emmm maaf, gak tertarik,"

Deggg. Untuk pertama kalinya Casandra ditolak.

"Oke, gak apa,"

Orang ini benar-benar membuat Casandra penasaran. Casandra jadi ingat, pertama kali bertemu dengannya lelaki itu sedang membaca sebuah novel sambil menangis di perpustakaan. Dan, itu pertama kalinya Sandra melihat laki-laki menangis. Dan menurut Sandra, laki-laki yang bisa menangis bukanlah laki-laki yang lemah, tetapi yang mempunyai hati lembut. Apalagi menangis ketika membaca novel. Dan sejak hari itulah Sandra menyukainya. Dan esok lusa, ini akan menjadi berita besar.

"Emmm. Ohya, nama kamu siapa?" Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sandra menanyakan nama seorang laki-laki. Tuhan, tidak kah ini suatu keajaiban? Apakah kekuatan perasaan begitu dahsyat hingga mampu membuat seorang Casandra yang biasanya cuek dengan semua jenis laki-laki hari ini justru 'mendekati' laki-laki?

"Nama gue? Ray. Ray Aditya. Kenapa?" Ray menyidik.

"Emmm. Enggak, tanya aja,"

"Masih ada perlu?" Ray bertanya tanpa basa-basi.

"Udah gak,"

Casandra mengambil payung dari dalam ranselnya, lantas berlarian menuju gerbang sekolah untuk menunggu Mas Imam 'Sopir pribadinya' yang selalu mengantar jemput Casandra kemana pun pergi. Kemanapun.

Dalam hati, Sandra berkata pada dirinya sendiri: gue gak percaya, ternyata dia cuek banget. Mungkin, gue kena karma kali, banyak yang suka gue, guenya cuek. Kali ini, gue suka sama orang. Orangnya cuek. Ah, berat.

***

Dua bulan setelah percakapan di koridor sekolah, Casandra tidak pernah berani untuk mengajak Ray berbicara lagi. Tapi, siapa kira? Seolah bumi telah berkonspirasi, Casandra dan Ray justru terlibat dalam pembuatan buku tahunan SMA Angkasa. Casandra sebagai wakil ketua OSIS dan Ray sebagai fotografer yang dipilih langsung oleh kepala sekolah sekaligus yang akan membuat beberapa tulisan dibuku tahunan itu akhirnya cukup sering berinteraksi. Dan, Casandra baru tahu bahwa Ray cukup mahir dalam dunia fotografi dan literasi, jika tidak, mengapa kepala sekolah memilihnya?

*bersambung*

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang