Pandu berhenti seketika ketika seseorang dengan sengaja melepaskan pelukan tangan Pandu dipinggangku dari belakang. Aku dan Pandu menoleh seketika kebelakang. Bastian. Yang lalu datang lagi, berkunjung ketika aku tidak menginginkan seseorang untuk berkunjung.
--//--
"Stay away from her!" Bastian membentak Pandu tepat didepan wajah Pandu. Rahang Pandu terlihat mengeras, Bastian sedang membangunkan singa. Tau sendiri kan, kalau Pandu emosi bagaimana hasilnya? Akupun tidak mampu menenangkannya. "Maksutnya?" Kata itu yang akhirnya diucapkan Pandu dengan nada datar, dan reaksi Bastian? Bastian tidak mengerti apa ucapan Pandu. "You jerk. Leave me!" Aku berteriak dari belakang tubuh Pandu. Tanganku tidak melepaskan genggaman Pandu, takut di geret Bastian. "Kenapa lo harus bilang dia jerk, kalau kalian bertemu begini?" Suara nyaring penuh selidik Kyla kini mendekat kearah kami. Keributan yang baru saja kami buat, memancing perhatian orang sekitar termasuk teman-temanku yang sekarang berada didekat kami.
Bastian kalah jumlah.
"Who are you dude? Stay away from her" ucap Bastian lagi, dia berusaha keras meraih tanganku namun dihalang-halangi Pandu. "Do you know him, Queen ?" Bagai tersambar petir, pertanyaan Pandu membuat kakiku melemas. Rasanya ingin sekali mengubur diriku sendiri ditumpukan bantal-bantal empuk yang selalu bisa mengantarkanku memasuki alam mimpi.
"No! Big No!" kataku ketus dengan terus menggelengkan kepalaku. "No! You are my girlfriend. You know me so well Abigail." ucapan Bastian sedikit membuatku simpati, sedangkan Pandu sudah memasang wajah penuh tanda tanya.
"No! Don't call me Abigail. You are a coward" aku menangis lagi. Menangisi Bastian lagi. Bastian mundur satu langkah "five months more, I'm here just for you. I don't know what my fault, you dumped me. contact me after this, don't turn off your phone. I miss you Abigail Anthony." Setelah mengucapkannya, Bastian pergi dari hadapan kami. Ada perasaan lega, tapi tidak bertahan lama. Kyla dan Pandu sudah memandangku penuh selidik, lagi.
--//--
Kami berenam sudah sampai di villa. Acara hari ini gagal, karena peristiwa 1 jam lalu. Kami berenam duduk dikarpet yang ada ditengah ruang keluarga. Wajah Pandu terlihat sekali seperti sedang menahan amarah. Aku menghela nafasku kasar. "Okay. I told you anything, tapi jangan kasihani aku jika aku menangis karenanya." Aku berbicara dengan nada bergetar. "Teruskan." Nada memerintah Kyla mulai mendominasi.
Flashback ON
Dua tahun yang lalu. Tepatnya, tanggal 9 Juli, beberapa hari mendekati usiaku yang akan menginjak 16 tahun.
"Bunda, Queen keaprtemen Bastian dulu ya. Mau ambil barang yang ketinggalan. Sekalian ngomongin Senior High School." Aku berteriak dari dalam kamar, sambil merapikan penampilanku. Bunda tidak menyahut, mungkin Bunda tau kalau Bunda tidak jago berteriak. Aku keluar kamar dan menghampiri Bunda yang sibuk diruang kerja Dad.
Bunda berperan penting dalam kesuksesan perusahaan Dad yang ada di London. Kata Dad, Dad memulai perusahaan di London dari nol dan sekarang menjadi nomor 2 terbaik di London dalam bidang asuransi. Dan semua itu berkat campur tangan Bunda, hebat bukan mereka berdua.
"Bunda denger omongan aku tadi kan" aku berdiri didepan pintu ruang kerja Dad. "Jangan lama, Jangan aneh-aneh, jaga diri." Bunda selalu mewanti-wanti hal itu jika aku sedang jalan dengan Bastian. Aku menghampiri Bunda dan mengecup pipinya "thanks Bunda, aku pamit" kataku lalu berjalan keluar rumah menuju garasi dan mengarahkan mobilku ke apartemen Bastian.
Kurang lebih 20 menit diperjalanan, akhirnya mobilku memasuku basement apartment Bastian. Apartemen yang terbilang elite dan sangat mewah untuk kalangan pelajar junior high school. Aku berjalan masuk ke lift yang sudah siaga di lantai tersebut, menekan angka 14 dan alat tersebut membawaku naik setelahnya.
Ting
Bunyi pintu lift terbuka, membuatku keluar lift dan tidak lagi menghiraukan ponselku. Dari 1 jam yang lalu aku menghubungi Bastian, bahwa aku akan kemari mengambil barangku yang ketinggalan, tapi tidak ada balasan dari dia. Aku terus melangkahkan kakiku menelusuri koridor dilantai 14 tersebut. Kamar Bastian ada di nomor 2 dari pojok disisi kananku.
Aku sudah berdiri didepan pintu kamar Bastian. Aku mengetuknya beberapa kali, tapi tidak ada jawaban dari si empunya. Aku mencoba mendorong pintunya, hanya mencoba dan tidak bermaksud bertindak seperti seorang maling. Dan see, pintunya bahkan tidak terkunci. Dengan lancang aku masuk kedalam apartemen Bastian, aku tidak mendengar suara apapun, aku terus melangkahkan kakiku menuju satu-satunya kamar yang ada di apartemen tersebut. Karena biasanya, jika hal seperti ini terjadi pasti Bastian sedang tertidur dikamarnya atau mungkin sedang bermain playstation. Aku berniat masuk kekamarnya saat menyadari pintu kamar Bastian sedikit terbuka. Aku menengok, dengan posisi setengah badanku diluar pintu, setengahnya keatas meneliti kedalam.
Air mataku jatuh tidak terkontrol. Bastian sedang bertelanjang dada, setengah badannya lagi tertutupi selimut tebal, dan yang lebih mengagetkanku, Cheril, sahabat ku selama 3 tahun ini di Junior High School, sedang tertidur pulas disebelah Bastian, badanya tertutup selimut sampai ke lehernya. Apa mereka making out ? . Aku tidak tau, pikiranku kemana-mana. Penasaran, Cemas, Kecewa, SAKIT. Dan yang paling besar kurasakan hanya sakit. Detak jantungku bahkan bergemuruh, berpacu lebih cepat 3x lipt dari biasanya.
Aku tidak membangunkan mereka, melainkan aku berjalan cepat kearah pintu, keluar dan berlari kearah lift memencer tombol basement dan meninggalkan apartemen itu dengan segera.
Sesampainya dirumah, aku menyeka air mataku terlebih dahulu, sebelum akhirnya keluar dari mobil. Aku masuk kekamar, menangis tersedu-sedu ditumpukan bantal. Aku mematikan ponselku.
Hingga 10 hari kemudian, aku selalu berpesan pada siapapun yang ada dirumah, jika Bastian datang, katakan aku tidak ada dirumah, sedang berlibur. Aku tidak keluar rumah sama sekali selama 10 hari. Ponsel aku non aktifkan. Aku selalu menghubungi Kyla lewat ponsel Bunda. Awalnya Bunda bertanya selidik padaku, tapi aku hanya menjawab bahwa ponselku sedang error. Selama itu pula aku bernegosiasi dengan Bunda dan Dad, aku akan tinggal di Asia, di Indonesia bersama Kyla, Onty dan Om.
Tanggal 19, aku tiba di Indonesia. Aku masih menonaktifkan ponselku. Sampai 2 hari aku disini, aku masih menonaktifkan nya. Akhirnya, tepat saat ulang tahunkunke 16. Aku membeli nomor baru yang sampai hari ini aku pakai. Nomor yang dulu, masih aku simpan, masih ada, tapi aku tidak berani memasangnya di ponsel, karena aku takut, usahaku 2 tahun ini sia-sia.
Jadi, selama 2 tahun ini. Aku meninggalkan jejakku dari Bastian. Berharap pengecut itu pergi dari hidupku. Tapi harus aku akui, tidak pernah ada kata PUTUS yang terucap dari mulutku atau dari mulut Bastian selama ini.
Flashback OFF
"Gue inget waktu lo chat ama gue lewat akun onty Anthony." Pekik Kyla setelah aku selesai bercerita. Wajahku sudah penuh dengan air mata, dan aku tidak mengijinkan siapapun mengusapnya, mengasihaniku. "Iya. Salah satu alasan terkuatku pindah kesini karena aku menghindari disakiti Bastian lebih dari ini." Aku terisak lagi. Aku berbicara seolah hanya ada aku dan Pandu disana.
Percaya atau tidak, Pandu menguasai 98% pikiranku saat ini. Hatiku utuh karena dia. Aku bisa merasakan cinta kembali juga karena dia.
Pandu berdiri dan berjongkok mendekatiku. Tangannya menyeka air mataku. "Pasang nomormu di ponsel lamamu. Hubungi Bastian, beri dia kepastian. Aku juga pernah dikhianati, dan aku bisa memaafkan mereka. Lakukan apa yang menurutmu benar." Katanya lembut, aku menganggukkan kepalaku. "Jika kamu masih mencintainya, bertahanlah disisinya. Jika tidak dan kamu merasa membutuhkanku, kembalilah, aku menunggumu." ucapnya lagi, dengan wajah yang menahan marah, lalu Pandu pergi meninggalkan ruangan ini.
❤️💛💚
TBCvote & komen lah 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
VOLUM II: Hygge
RomanceSequel FUTURE HUSBAND CERITA TELAH SELESAI BELUM ADA REVISI SAMA SEKALI SEMENJAK 2017.