Kiara menggosok matanya, tidak biasanya matanya terasa gatal seperti ini. Ia seperti mendapat firasat sesuatu akan terjadi.
Dengan pasti ia melangkah anggun dengan sedikit mengangkat gaun lebar yang dipakainya. Ia mengeluh, gaun ini sangat berat. Dan ia harus memakai ini setiap hari. Bersyukur mahkota ibunya tidak seberat gaunnya. Karna kalau iya~
"Selamat pagi, Yang Mulia." Sapa seorang pria menunduk hormat saat Kiara melewatinya. Semua orang melakukan hal yang sama setiap kali berpapasan dengan Kiara, Ratu dari Winter Kingdom. Siapa yang tidak mengenalnya?
Kecantikan, kepintaran dan kepiawaiannya mengurus seluruh urusan kerajaan dalam umur yang masih berada di angka 16. Ia menjadi pribadi yang berbeda setelah orang tuanya meninggal. Ia menjadi tertutup, bahkan tidak mempunyai teman.
Tanpa mengindahkan sapaan yang baru saja di terimanya sang Ratu kembali melangkahkan kakinya acuh, sebelum ia menyadari sesuatu. Ia berdehem membuat pria yang menunduk tadi mendatanginya dan kembali menunduk hormat.
"Aku merasa akan terjadi sesuatu paman Efron, perketat penjagaan istana." Ujar Kiara dingin tanpa menatap Efron sama sekali.
Efron yang sudah mengabdi pada keluarga Graythorn sejak ia masih muda, membuat Efron memaklumi sikap Ratunya ini. Ia tersenyum kemudian mengangguk.
"Akan segera hamba lakukan, Yang Mulia."
"Bagus." Kali ini Kiara benar-benar melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia lelah dan butuh istirahat sekarang juga.
Kiara tidak mempedulikan maid yang sedang membereskan kamarnya. Ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Ini masih pukul 3 sore tapi tubuhnya sudah selelah ini.
Ia terdiam menatap nanar ke luar jendela besar di dalam kamar mandi itu. Ia suka sekali tempat ini, tempat yang membuatnya tenang. Tidak jarang ia bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mandi.
"Yang Mulia, ampuni hamba karena menganggu Anda. Tapi kerajaan kedatangan tamu penting. Anda harus segera menemuinya." Ucap seorang wanita dari luar pintu.
"Aku tidak punya janji temu hari ini. Suruhlah paman Efron yang menemuinya." Seru Kiara dengan nada marah.
"Ampuni hamba Yang Mulia." Suara pelayan itu kian mencicit. Ia takut Ratunya akan menghukumnya.
Dengan malas Kiara bangkit dari bathup dan membilas tubuhnya. Karena ia tahu, kalau bawahannya sudah mengatakan 'ampuni hamba Yang Mulia' berkali-kali. Tandanya tamu itu memang mencari masalah dengan tidak mau hanya di temui paman Efron tapi juga dirinya.
Begitu keluar dari kamar mandi ia menganga melihat pakaian yang disiapkan pelayannya.
"Elsa! Kenapa aku harus memakai gaun kerajaan ini? Aku hanya akan menemui seorang tamu, bukan?" Tanya Kiara tanpa berbalik. Ia tahu pelayannya sudah datang dan membungkuk di belakangnya.
"Ampuni ham-"
"Kau sudah mengatakan itu 3 kali. Cukup jawab aku, Elsa. Siapa yang sebenarnya akan kutemui?" Datar sekali. Elsa merinding mendengar Ratunya berbicara. Wajah cantiknya sangat tidak kontras dengan sikap dinginnya.
"Pangeran dari kerajaan Bulan, Yang Mulia."
Mata Kiara membulat. Ia segera berbalik dan memandang tajam Elsa yang kian menunduk.
"Apa yang kau katakan? Istana Bulan itu hanya dongeng, Elsa."
"Tidak Yang Mulia. Hamba tidak berani berbohong." Jawab Elsa cepat. Dahinya mengucurkan keringat dingin. Berbicara langsung dengan sang Queen of Winter sangat menguras adrenalinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Winter and The Moon Prince (SUDAH DITERBITKAN)
FantasíaKiara Graythorn, si Putri musim dingin. itulah sebutan orang-orang untuk dirinya. kulit putih, bibir semerah darah dan sikap yang lebih dingin dari es. ia memerintah kerajaan Winter sebagai seorang Ratu setelah ayah dan ibunya dibunuh saat perjalan...