"maksud gue anak kelas 10 itu bilang 'itu mah si Ray bukan? Mantannya Shinta' Gue kan langsung liat kearah itu juga, gue kaget dong pas bilang mantannya Shinta, spontan gue bilang dia mah pacarnya Daralis temen kaka, wajar gue bilang gitu karna emang fakta..."
"Shinta? Mantan Ray? Kapan mereka jadian?" Ucapku pelan yang ternyata masih bisa didengar oleh Emma
"Denger gue dulu Ra.. Dia nanya ke gue Ra 'emang Ray masih sama ka Dara?' tegas gue bilang ya masih lah, belum lama juga mereka annive 1thn, gue balik tanya ke dia kan, emang mereka jadian kapan? Di jawab tepatnya sih 2 minggu dari sekarang, galama putus..."
Entah apa yang aku fikirkan, Ray? Oh God. Aku menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku di atas meja kelas. "Ra gua ga bermaksud buat----" ucap Emma di ikuti dengan tangannya yang menyentuh lenganku.
"Iyah gue ngerti ko, makasih udah kasih tau" selaku yang sambil melepaskan telapak tangan yang menutupi wajahku.
Entah apa yang aku fikirkan selama jam pelajaran berlangsung.
Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dia berbuat seperti itu, sedang aku masih bersamanya. -Batinku
Sampai akhirnya waktu istirahat tiba, Erika mengajakku ke kantin tapi aku menghiraukannya. Ka Rena mencoba mengajakku juga tapi aku menggelengkan kepala dalam lamunanku yang bertanda tidak mau ikut ke kantin.
"Ra jangan ngelamun. Emang ga ke kantin?" tanya Nayla, aku hanya menyaut dengan gelengan kepala dan memberikan senyum.
Pertengkaran kecil terjadi antara aku dan Ray. Kecewa, kesal, and whatever is it, semua perasaan campur aduk, and i just want to cry right now.
Aku terus tertunduk di meja dengan tasku sebagai penopang. Terus tertunduk sampai akhirnya aku merasa sudah tidak kuat dan hanya ingin menangis. Air mata itu keluar membasahi tasku.
Tidak.. Tidak ada satu orang pun yang tau saat ini aku menangis, meski itu Erika yang tepat duduk di sampingku.
Tidak sadar aku sedikit menggigit bagian atas tasku untuk menahan suara tangisan.
Beberapa menit kemudian aku merasa ada seseorang yang menghampiriku dan mencoba agar aku mengangkat kepalaku yg tertunduk "Raa.. Raa.. Daraaa.. " ucapnya, aku mengenal suaranya. Itu suara ka Rena.
Awalnya aku tidak menyautinya "Erika ini Dara kenapa?" tanya ka Rena kepada Erika "Ga tau ka, dari sebelum istirahat diem aja. Lagi ada masalah kayanya, dia belum cerita" Ka Rena menghela nafas, lalu
"Daraa.. Raa kenapa?" aku masih terdiam
"Daraaa.... " panggilnya sambil mencoba menegakkan kepalaku yang sedang tertunduk. Akhirnya ka Rena berhasil menegakan kepalaku, aku langsung melihat ke arahnya dengan wajah yang memerah dan basah karena air mata "Ka Renaaa" ucapku dalam isak tangis dan memeluk ka Rena.
"Ihh Dara kenapaa?" tanya Erikaa
"Ehh ini kenapa?" tanya Dennis, aku mendengar ka Rena menyuruh jangan bertanya apapun. Aku sedikit melihat Dennis yang melangkah keluar kelas dan berkata "Eh temen lu nangis kenapa tuh" ucapnya pada Emma. Emma bergegas menghampiriku.
"Ihh Daraaaa.. Udahh jangan nangis, gue ga ada maksud apa-apa" aku terus menangis
"Daraa kenapaa? " tanya naylaa. Ka Rena menggelengkan kepala lalu berkata "Emang kenapa ini bisa nangis kaya gini?" tanya ka Rena
"Itu Ren si Ray........ (#%'$,":!?*')" cerita Emma kepada ka Rena lengkap, aku masih terus menangis
"Duhh Raaayy... Gitu terus dari dulu" ucap Nayla
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terlarang (Maka Aku Mencintaimu Dalam Diam)
Подростковая литератураMencintai seseorang itu hal yang paling membahagiakan, tapi sangat menyakitkan. And if you know, it will make me so fall down in the darkness. -Daralis-