M&M -1

166 17 90
                                    

"Memangnya lo siapa, hah? Kenal enggak. Temen bukan. Pacar apalagi. Kok lo seenaknya nyuruh gue ini-itu?" -Monic

{***}

10 tahun kemudian.

Tahun pertama kuliah semester 1 dimulai. Sekarang, gadis kecil tersebut sudah bertumbuh menjadi gadis dewasa cantik nan anggun. Ia baru saja akan memulai masa kuliahnya.

Masa kuliah yang menyenangkan.

Monic tengah berjalan dengan santai dikoridor sayap kiri kampus barunya. Sahabatnya sedang mengikuti acara MOS yang diadakan oleh BEM kampus.

Monic tidak mengikuti acara tersebut. Terlalu malas. Ia sudah pernah 2 kali menjalani MOS. Benar-benar melelahkan, omong-omong.

Monic tidak suka.

"EH!" Sontak saja Monic menengok kearah belakang. Dengan raut wajah datar, Monic menatap manusia yang baru saja memanggilnya.

Laki-laki berbalut jas berwarna biru telur asin tersebut menghampiri Monic, "Lo anak baru 'kan?" Tanya laki-laki itu dengan tampang kesal ditambah dengan napas yang setengah-setengah.

Monic mengangguk. Masih dengan raut datar, "Kenapa?" Monic mengalihkan pandangannya pada lapangan yang berada disebelahnya.

Laki-laki tersebut berdecak tidak suka, "Kalo lo anak baru, kenapa gak ikut MOS, oon?" Monic kembali menoleh kearah laki-laki tersebut.

"Memangnya lo siapa, hah? Kenal enggak. Temen bukan. Pacar apalagi. Kok lo seenaknya nyuruh gue ini-itu?" Sindir Monic sedikit membetulkan bajunya yang agak kusut.

Laki-laki tersebut mengerjapkan matanya sebentar dan setelahnya mengeraskan rahangnya. Sungguh, ia tidak pernah merasa terhina seperti ini. Harga dirinya sudah diinjak-injak. Ketua BEM seperti apa yang harga dirinya diinjak-injak?

Dengan kasar, Nando-Ketua BEM, menarik Monic keruang BEM. Tangan besar Nando mencengkeram erat tangan mungil milik Monic. Ada sedikit rasa hangat dan nyaman menelusup masuk ke dalam relung hati Monic.

Tersadar, Monic melirik tangannya yang menjadi korban Nando dan berusaha sekeras mungkin melepasnya, "Geblek, manusia apa manusia, sih, lo?! Sakit gila tangan gue." Gerutu Monic sambil memukul kencang tangan Nando yang berada diatas tangannya.

Nando meringis, "Anjay abis, pukulan lo leh ugha. Sakit lho." Ujar Nando dengan nada datar. Monic mencibir dan masih berusaha melepaskan cengkeraman Nando, "Eh lo, gue gak tau nama lo siapa tapi tolong lepasin tangan gue. Demi apapun, tangan putih gue merah!" Sungut Monic sembari mengerucutkan bibirnya.

Tidak ada jawaban. Nando telah kehabisan pasokan kesabaran hari ini. Masalahnya dengan anggota BEM yang lain belum selesai, ditambah dengan Monic. Yasudah, pecah kepala Nando.

Mana mahasiswa barunya sangat urakan lagi.

"EH! BUDEK ABIS, LO! SAKIT WOI!" Jerit Monic tepat dibelakang leher Nando. Nando merasa bahwa bulu kuduknya meremang saat merasakan hembusan napas Monic. Sangat memburu.

"Diem atau lo bakal gue cium disini. Sekarang juga!" Ancam Nando yang menghentikkan langkahnya dan menatap Monic dengan nyalang. Monic mendengus kesal dan memilih bungkam.

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang