Taksi yang ditumpangi Kara akhirnya memasuki halaman hotel tempat ALPHA menginap beberapa saat kemudian. Dan, seperti yang sudah Kara perkirakan, fans ALPHA memenuhi halaman depan hotel, menunggu kemunculan ALPHA sambil membawa berbagai macam bentuk dan ukuran spanduk dan sejenisnya dengan tulisan Alpha dan nama-nama membernya. Poster-poster para member pun tidak ketinggalan mereka acung-acungkan sambil meneriakkan nama para member kesayangan mereka.
Semua tampak sangat bersemangat. Sama seperti yang dirasakan oleh Kara.
"Pak, saya turun di sini aja deh." Kara berujar sebelum taksi mendekati bagian lobi hotel. "Rame banget lobinya, nanti Bapak susah lewatnya."
Supir taksi tersebut menganggaruk kepalanya sebelum akhirnya mengangguk dan mencari tempat untuk menepi. "Maaf ya Mbak cuma sampai sini," ucapnya sambil menoleh menatap Kara. "Lagi ada artis kali ya? Soalnya banyak anak-anak cewek bawa-bawa spanduk. Kayak mau demo aja." Supir itu terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Justin Bieber kali, Pak," jawab Kara asal sambil terkekeh pelan.
"Wah, yang benar? Kalau iya, anak saya juga suka banget tuh sama Justin." Supir taksi tersebut tampak bersemangat sambil berusaha melihat ke kerumunan para fans ALPHA. "Saya sampai pusing dengerin anak saya nyetel lagunya yang, apa itu, 'Baby baby baby'. Kok bisa lagu diulang-ulang gitu pada demen ya, Mbak? Mending juga lagu cublak-cublak suweng."
Kara pun tertawa mendengar ucapan supir tersebut. "Kan Justin ganteng, Pak."
"Ah, gantengan Andre Taulani menurut saya. Atau Sule," jawab supir tersebut sambil tersenyum lebar.
Kara masih tertawa saat mengulurkan selembar uang kepada supir tersebut. "Ambil aja sisanya. Makasih ya, Pak."
"Makasih, Mbak." Supir itu memberikan senyuman terlebarnya kepada Kara sebelum gadis itu menuruni taksi.
Kara berjalan menuju lobi sambil memperhatikan kerumunan fans ALPHA. Bersikap senormal mungkin, seakan dia adalah tamu di hotel tersebut, meskipun dia tidak dapat menahan senyuman lebarnya saat ini karena terlalu bersemangatnya dia ingin bertemu Jian. Para penggemar ALPHA yang mayoritas ABG melihat Kara sekilas sebelum kembali mengobrol dengan riuhnya. Obrolan yang pasti tidak jauh-jauh dari ALPHA.
Sesampainya di lobi hotel, Kara kemudian menghubungi ponsel Jian dengan jantung berdebar semakin cepat. Dalam waktu beberapa menit lagi, dia akan bertemu dengan Jian. Hal yang sudah ditunggu-tunggunya sejak lama. Kara meremas tali tas tangannya dengan tidak sabar sambil menunggu jawaban dari seberang.
Setelah lima kali nada panggil, akhirnya suara lembut itu terdengar. "Baby!" Sorakan penuh kebahagiaan yang terdengar dari Jian, menunjukkan bahwa lelaki itu pun sama bersemangatnya dengan dirinya. "Sudah sampai?" tanyanya dalam bahasa inggris dengan aksen Cina-nya yang lucu.
Di awal-awal pertemanan mereka, Jian selalu dibantu Sam atau Ken saat membalas chat dari Kara. Kara sudah menduga ada yang membantunya, karena setahu Kara, Jian tidak pintar berbahasa inggris. Demi bisa berkomunikasi dengan Kara, Jian bahkan sampai belajar dengan serius bahasa inggris di tengah-tengah kesibukannya. Hingga akhirnya di bulan ke-enam, Jian sudah bisa berkomunikasi dengan Kara tanpa bantuan lagi. Walaupun bahasa inggrisnya masih seadanya.
Dan, setelah dua tahun, Jian pun akhirnya lancar berbahasa inggris.
"Ya. Aku sudah di lobi." Kara merasakan wajahnya menghangat karena rasa malu yang tiba-tiba muncul. "Kamu baru bangun?"
"Tidak. Sudah dari tadi. Aku sudah bangun dari subuh karena tidak sabar ingin bertemu denganmu." Jian terdengar hampir histeris padahal sebenarnya Kara lah yang ingin teriak kegirangan sejak tadi. "Astaga, aku benar-benar memalukan."
YOU ARE READING
A Thousand Miles [JianKara Story #1] [5/5]
Fiksi PenggemarWhen two hearts are meant for each other No distance is so far No time is so long And no other love can break them apart -Jakarta, 26 November 2016-