Nah, di tahun ini yang pertama kali aku langsung ingat adalah tahun aku lepas kawat gigi.
Sebenarnya aku adalah gadis yang pernah pakai kawat gigi dari SMA kelas 11. Dulu yang suka mengantarku ke klinik dokter gigi di Jalan Surya Kencana adalah si Bayu itu, yang suka berantem dengan aku, yang pernah kesal padaku lalu mengatakan, “Gue gaplok lu, pake bibir tapi!” Aku waktu dulu hanya bisa ketawa dikatai seperti itu hahaha. Dia bercanda, sebenarnya dia tidak pernah bisa marah padaku, aku sangat tidak suka dengan laki-laki yang pemarah atau tempramental. Sejahat apapun aku padanya dulu, dia yang justru minta maaf padaku, minta maaf karena telah membuat aku jadi jahat padanya. Aku menulis ini sambil tertawa mengingatnya. Dia itu berandal yang sangat polos. Pernah aku suruh membawa dan membeli pembalut di minimarket saja dia mau hahaha.
Di tahun 2014 ini, Bayu sudah jarang sekali menghubungi aku. Aku pertegas, sangat jarang sekali. Aku yakinnya dia sudah move on. Namun nyatanya aku malah terkejut karena suatu hari pernah mendapatkan pesan whatsapp darinya yang pembahasannya aku lupa, intinya dia mau menikah denganku, mau aku menjadi istrinya, mau aku menjadi ibu untuk anak-anaknya nanti, katanya cuma aku yang membuatnya nyaman, membuatnya bahagia, begitu.
Padahal aku sudah sangat jutek padanya, aku sudah hampir menyerah waktu itu, sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menjelaskan padanya bahwa aku mau sendiri, mau memperbaiki diri, aku mau lulus kuliah dengan tenang, perkara jodoh atau tidak itu adalah urusan Allah.
“Perbaiki diri dulu saja, insya Allah perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik.” Begitu kataku sebagaimana mengutip Al-Quran surat An-Nur ayat 26.
Kau tahu, tahun 2012 itu saat aku masih duduk di bangku SMA kelas 12, Bayu juga pernah tiba-tiba mengirimkan pesan padaku yang masih aku ingat,
“Yuy…”
“Apa?”
“Tunangan yuk!”
“Gue bukan anjing, gak mau diiket!”
“SIapa yang bilang kamu anjing?”
Memang tidak ada yang mengatakan aku anjing sih, itu hanya pengalihan topik hahaha habisnya aku tidak mau, jangan paksa aku, lagipula aku bukan pacarmu! Seperti itu kataku, tapi tidak diucapkan padanya, hanya berputar di pikiran.
Dulu aku sudah percaya bahwa jodoh itu tidak akan tertukar sebagaimana sandal yang tertukar antara kiri dan kanannya saat Yayah pulang dari shalat Isya, mungkin malam hari jadi gelap jadi tertukar, makanya kalau kau mau mencari jodoh jangan malam hari hahaha. Tenang saja tidak akan diambil orang, kalau memang suatu hari ada yang mengambilnya berarti itu bukan jodoh. Biarpun kau berpacaran bahkan bertunangan dengannya tapi Allah mentakdirkan dia bukan jodohmu, tetap saja kau tidak akan pernah duduk di pelaminan bersamanya. Sesederhana itu kan?
**************************
Hari ini tanggal 29 November 2016, saat aku menulis ini aku sedang memakan susu bubuk Dancow putih yang tidak diseduh. Memakannya jadi mengingatkanku pada si Putro, teman sekelasku yang waktu kelas 12 sering meminta susu Dancow bubuk yang suka aku bawa ke sekolah, biasanya dia menghampiriku dengan sudah memasang senyum sambil melihat benda yang berada di tanganku, “Bagi dong yuuuuuy.” Katanya sambil menengadahkan tangan kanannya, setelah aku tuang secukupnya dia langsung pergi.
Aku mau menceritakan kisahku dengan orang-orang di tahun 2014.
Suatu hari ada seorang laki-laki yang aku tahu namanya Rijal berdiri di depan kelasnya yang berada di Fakultas Agama Islam. Dia salah satu orang yang banyak dikenal, satu fakultas mungkin mengenalnya. Aku sering mengunjungi fakultas yang satu ini karena Nenden, sahabatku, ada disana. Tiba-tiba sambil senyum-senyum Rijal yang berdiri di seberangku bertanya padaku, “Jurusan apa, kak?”
Aku yang saat itu sedang bersama Kak Hana menjawab, “PBI.” PBI itu singkatan dari Pendidikan Bahasa Inggris.
“Oh, PBI. Namanya siapa, kak?” Katanya lagi masih sambil senyum-senyum. Dia senyum-senyum lebih kepada senyum malu bukan karena senyum tidak waras. Tapi kalau kau mau menilainya tidak waras silakan.
Saat itu Nenden berada di belakangya, dengan sambil melambai-lambaikan kedua tangannya dan mulut yang megap-megap yang mengatakan jangan tapi tanpa suara, dia memberikan kode padaku untuk tidak memberi tahukan namaku pada Rijal. Aku mengerti.
Kak Hana yang justru malah meladeni pertanyaannya.
“Kak, Kak, dia seangkatan kali sama lu!” Kata Kak Hana agak sinis.
Suatu hari ada seorang laki-laki yang mengirimkan friend request di halaman facebook-ku. Ternyata Rijal. Dulu aku mengira dia perempuan, karena nama lengkapnya seperti perempuan, bukan Rijal. Dalam hati aku berkata, ini orang udah tau nama gue kayaknya.
Masih ada sampai hari ini pesan facebook darinya pada bulan April tahun 2014,
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam.”
Dua pesan itu dia yang menulisnya, dia yang bilang assalamualaikum dia juga yang menjawab waalaikumussalam. Jadi aku aneh membacanya. Kau merasa aneh tidak? Hehehe.
Lalu beberapa hari kemudian dia mengirimkan pesan lagi,
“Assalamualaikum, kak”
“So imut”
itu balasan yang pertama kali aku tulis, so imut karena dia sok-sok an memanggilku kakak padahal dia sudah tahu aku seangkatan dengannya.
“Astagfirullah, bukannya dijawab salamnya.” Katanya.
Aslinya aku menjawab salamnya tapi tidak ditulis.
Rijal pernah meminta tolong padaku untuk menerjemahkan sebuah artikel berbahasa Inggris, dia mengatakan padaku bahwa dia bodoh sekali masalah bahasa Inggris oleh karena itu dia minta tolong. Aku kira itu tugas kelas tapi Nenden tidak meminta tolong padaku jadi aku katakan padanya,
“Nenden gak minta tolong terjemahin kaya beginian kok”
“Iya memang bukan tugas kelas, itu cuma artikel yang dibuat sama dosen idola gue, Pak Hendri, tolong bantu sesama muslim ya yuy.”
Pernah juga suatu hari dia mengirimkan sebuah tulisan yang katanya adalah tulisannya, dia meminta aku untuk menilainya, kata dia sebuah tulisan itu harus dinilai. Asli aku malas menilainya, membacanya juga aku malas, karena tema tulisannya tidak jelas, tapi masalahnya adalah di bawah permintaannya itu dia menuliskan, DITUNGGU SAMPAI KIAMAT.
Aku jadi agak risi, ya sudah akhirnya aku baca lalu aku beri penilaian sekenanya. Makasih ya, katanya.
Beberapa bulan setelahnya nama Rijal masih ada di dalam kisahku di kampus.
Aku pernah iseng berfoto menggunakan cadar, kalau tidak salah fotonya ada di facebook. Lalu kau tahu apa, si Rijal men-download foto tersebut ke handphone nya. Aku tahu hal ini dari Nenden. Aku sebal sekali padanya. Kemudian aku tahu dari Kak Hana bahwa Rijal pernah menyukai perempuan bercadar waktu SMA yang matanya mirip aku. Entah dia mengira itu aku atau seperti apa. Pokoknya Rijal suka ke perempuan yang senang menggunakan busana warna hitam.
Aku memang sangat suka berbusana hitam, dari kerudung sampai jilbab aku suka. Tapi bukan berarti Rijal boleh menyukai aku. Justru aku sebal padanya, aku tidak akan mengatakan alasannya pokoknya aku tidak suka.
Eh aku belum mengatakan ya bahwa sejak semester satu Rijal itu menyukai Nenden seperti sukanya fans ke idola, tapi Nenden tidak pernah meladeninya hahaha.
**************************
Hari itu aku lupa bulannya, aku sedang menghadiri rapat organisasi khusus akhwat. Karena aku ada mata kuliah yang harus diikuti akhirnya aku tidak bisa menghadiri rapat sampai selesai. Aku berjalan sendiri melewati koridor Fakultas Agama Islam. Aku cukup deg-degan melihat segerombolan mahasiswa yang duduk-duduk di ujung koridor yang harus aku lewati. Parahnya disana duduk pula si Rijal dan teman-temannya.
Kau tahu apa yang terjadi setelah aku melewati gerombolan mahasiswa itu? Kira-kira dua meter jarak aku dengan mereka, jadi aku sudah membelakangi mereka. Tiba-tiba ada suara laki-laki berteriak,
“Uyuuuuuuy, bagi nomor handphone nya dooong!”
Aku terus berjalan pelan-pelan menaiki empat anak tangga di ujung koridor tidak mempedulikan suara-suara yang menggelegar di sepanjang koridor fakultas.
“Yuuuuuuy, sebenarnya Rijal punya nomor Uyuy tapi Rijal malu mau sms nyaaaaa”
Lu teriak-teriak kayak begitu juga udah malu-maluin diri lu sendiri, Jal! Aku ingin mengatakan seperti itu tapi tidak jadi.
Pas di anak tangga terakhir aku berpapasan dengan teman Rijal, aku tidak tahu dia siapa karena aku terus menunduk “Uyuy dapat salam dari Rijal.” Katanya saat berada persis di samping kananku.
Aku masih tetap tenang, pura-pura tidak dengar dan terus berjalan kemudian terdengar suara orang-orang tertawa.
Sialaaaaaaaaaaaaan.
Asli, aku malu sekali. Kalau aku bisa bercermin saat itu juga, maka dapat ku pastikan bahwa aku akan melihat wajahku merah padam karena malu. Aku berusaha tetap tenang untuk menjaga kehormatanku sebagai perempuan, yang saat itu aku pikir sedang tidak dihormati oleh si Rijal.
Sepertinya Rijal memang senang sekali mempermalukan aku di tempat umum.
Waktu itu aku mau makan siang bersama Kak Arin di kantin, Kak Arin ini kakak kandungnya Kak Hana. Aku memesan soto mie, Kak Arin juga sama. Aku memesan dua porsi soto mie ke si ibu yang jualannya di pojok kanan kantin. Setelah memesan dua porsi soto mie, aku duduk di tempat duduk yang sudah ditempati oleh Kak Arin.
Ibu soto mie, yang aku tidak tahu namanya sampai hari ini, datang membawa nampan berisi dua mangkuk soto mie dan dua gelas air teh, air teh disini gratis, tapi kalau kau mau air teh tanpa membeli soto aku tidak menjamin itu gratis.
Sambil menaruh mangkuk soto mie ke atas meja, si Ibu berkata,
“Teh dapat salam dari si Aa yang itu.” sambil telunjuknya mengarah ke warung soto tempat jualannya. Pas aku tengok ternyata di depan warung soto si Ibu ada si Rijal sedang duduk sepertinya juga sedang memesan soto.
Kak Arin langsung tertawa menutup mulutnya, tertawanya seperti orang tersedak kalau tidak salah. Aku jadi malu ke si Ibu soto.
Pas aku sudah selesai makan siang, aku berjalan menuju warung ibu soto, sengaja aku membayarnya setelah Rijal sudah tidak ada disana. Aku pikir si Rijal akan ngebayarin aku juga ternyata tidak hahahaha.
**************************
Aku pernah lagi berjalan melewati kantin bersama Nenden, tiba-tiba dari arah kantin ada suara laki-laki berteriak,
“Uyuuuuuy.. Nendeeeeen..” nadanya seperti fans yang sedang meneriaki idolanya.
“Suaranya kayaknya aku kenal deh.” Kata Nenden sambil melirik padaku.
Pas aku tengok ke kantin, lagi-lagi si Rijal! Akhirnya aku sama Nenden ketawa.
Suatu siang aku pernah dapat invitation di BBM, tertera nama lengkapnya Rijal. Aku agak kaget, saat itu Nenden persis berada di sampingku. Itu sedang dalam kondisi rapat gabungan organisasi. Sambil agak berbisik aku bertanya padanya,
“Den, dia tahu pin aku dari mana ya?”
“Ciyeee”
“Ih serius! Kamu gak ngasih pin aku ke dia kan?”
“Engga. Ya sudah ignore aja.”
“Oke.”
Beberapa hari kemudian Rijal mengirim invitation lagi, aku ignore lagi, mengirim lagi, lalu akhirnya aku accept dengan catatan kalau dia macam-macam aku delete kontaknya.
“Assalamualaikum” Dia mengirim pesan di BBM.
Aku baca tapi tidak aku balas.
Pas aku lihat statusnya, dia tulis, KORAN! Ditambah emoji tangan sedang mengepal.
Hahaha kau tahu tidak itu adalah status yang biasanya dibuat oleh seseorang yang chat-nya hanya dibaca tapi tidak dibalas.
Aku tidak benar-benar tahu statusnya ditujukan untuk siapa pokoknya aku yakin reaksiku dengan tidak membalas pesannya adalah benar.
Jangan ganggu aku Rijal, aku perempuan yang sedang menjaga diri waktu itu!
Hari ini sudah tidak ada lagi namanya di kontak BBM aku, hilang, Alhamdulillah. Kemungkinan dia yang menghapus kontakku atau aku yang tidak sadar menghapus kontaknya. Tapi sampai hari ini pun aku tidak pernah tahu dari mana Rijal mendapatkan pinku dulu, aku tidak butuh tahu juga, biarkan itu tetap menjadi misteri.
**************************
Bulan Agustus tahun 2014, tepatnya tanggal 17, aku dan keluargaku menetapkan Bandung sebagai destinasi liburan. Aku dan keluarga besarku, dua kepala keluarga, berangkat ke Bandung dengan dua mobil.
Kenapa ya menjadikan Bandung sebagai destinasi liburan? Karena banyak tempat wisata dan Ibuku suka semangat kalau aku ajak ke Bandung. Dulu rencananya kami mau ke Kawasan Kawah Putih Bandung.
Kami berangkat pukul 2 pagi dari Bogor. Shalat subuh di masjid yang ada di salah satu tol, aku lupa nama masjidnya, cukup bagus pokoknya.
Setelah pagi cukup terasa hangat, matahari sudah mulai memantulkan sinar pagi, kami melanjutkan perjalanan. Melalui tol cipularang, kami melihat rel kereta gantung yang jadi rute kereta parahyangan. Aku yakinkan bahwa suatu hari aku harus kembali ke Bandung dengan menumpang kereta.
Matahari 17 Agustus 2014 ku lihat sudah menyinari daratan Bandung. Waktu itu kami melewati daerah kabupaten Bandung. Ada gunung kapur yang menjulang tinggi. Kabut pagi masih menyelimuti atap-atap rumah warga. Aku membuka kaca mobil demi menghirup sebanyak-banyaknya udara paginya kota Bandung yang masih segar. Wangi pagi, Ah, aku suka.
Kendaraan kami terus melaju membelah jalanan kota Bandung, lewat Pasteur, lewat Kopo, terus sampai di kaki gunung menuju kawasan wisata kawah putih. Kami tidak tahu kalau Bandung punya tradisi yang beraneka ragam dalam rangka merayakan 17-an. Saat itu yang ku ingat adalah jalanan menuju kawah putih macet total. Banyak warga yang ramai-ramai melakukan pawai, lomba-lomba, dan sebagainya. Masih aku simpan videonya, rekaman para pemuda Bandung yang sedang melakukan pawai dengan segala macam atributnya serta riasan wajah seperti Joker. Mereka menabuh semacam gendang atau bedug yang dibawa menggunakan gerobak, salah satu dari pemuda mendekati kameraku yang sedang mengabadikan momen itu, kemudian memonyongkan bibirnya ke kameraku, gaya seperti orang yang mau mencium, aku tertawa melihat bibirnya yang berlipstik merah itu. Teman-teman dia tertawa melihatnya.
Lama sekali kendaraan kami tidak berjalan, kawasan wisata menuju kawah putih macet total. Saat itu kami sudah agak dekat sebenarnya tapi orang-orang yang ada di sekitar sana bilang gak mungkin bisa sampai disana siang hari karena macetnya sangat parah. Akhirnya kami memutuskan untuk putar arah, benar-benar yang kami lakukan adalah berkendara tanpa punya tujuan. Paling kami beristirahat mengunjungi masjid terdekat saat sudah memasuki waktu shalat.
Waktu itu kami mengunjungi Masjid Agung Bandung yang hari ini alun-alun yang berada di depannya sangat popular sebagai tempat berfoto, tahun 2016 aku kembali ke Bandung bersama Maiw dan Kak Hana, nanti aku ceritakan.
Selain mengunjungi Masjid Agung, kami juga mengunjungi salah satu masjid lain, aku lupa itu daerah apa, yang aku ingat adalah masjid itu cukup sepi, dan di depan masjid ada kolam berisi ikan-ikan kecil yang kalau kita memasukan kaki kita ke dalamnya, maka ikan-ikan kecil itu menggigiti kaki kita hingga membuat kita tertawa tidak tertahankan karena geli. Katanya itu terapi.
Aku bertanya pada ibu-ibu yang saat itu sedang melakukan terapi ikan juga disana. Katanya beliau memang tinggal di daerah situ dan suka mengunjungi kolam di depan masjid tersebut. Memang terbuka untuk pengunjung masjid sih aku rasa. Tidak ada penjaga kolam atau tarif yang diberlakukan jika kita melakukan terapi ikan disitu.
**************************
Tahun 2014 sekitar bulan Desember, fakultasku menyelenggarakan acara LKMM, singkatan dari Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa. Sebenarnya itu acara yang dikhususkan untuk mahasiswa baru, dulu aku sudah semester lima tapi aku belum pernah mengikuti acara tersebut, sehingga menyebabkan Pak Muhajir yang adalah dekan kemahasiswaan harus menyeret-nyeret mahasiswa semester atas yang belum pernah ikut untuk ikut.
Aku, Maiw dan teman-teman sekelas yang belum pernah ikut akhirnya harus mendaftar, akhirnya harus rela berkelompok dengan junior-junior semester bawah.
Dulu aku sekelompok dengan beberapa mahasiswa dari semester bawah, ada juga dari yang seangkatan denganku. Panitia menaruh nama Ghani di kelompokku sebagai ketua kelompok. Nama lengkapnya Ridwan Ghani. Namanya seperti actor Indonesia ya hehehe. Ghani ini satu semester denganku, semester lima. Kalau tidak salah, dulu Ghani satu organisasi denganku tapi belum terlalu aktif jadi jarang ku lihat. Tahun 2016 tiba-tiba Ghani jadi ketua umum organisasi yang berkoordinasi dengan Opi selaku koordinator akhwat.
Kau tahu tidak Ghani ini orangnya apa ya, kalau meminjam bahasa anak sekarang, koplak gitu. Dulu pas LKMM kami disuruh membuat lingkaran per kelompok, untuk kemudian membuat yel-yel.
Ah, aku malas dengan yang seperti itu, membuat aku hanya diam memperhatikan yang lain saja. Akhirnya Ghani yang membuat yel-yel, menyuruh anggota kelompok mengikuti yel-yel yang dia nyanyikan. Apa ya aku lupa isi yel-yelnya, hanya satu yang aku ingat di ujung yel-yel itu dia mengatakan, WAKWAAAAW! sambil memperagakan adegan cilukba. Kau tahu, cuma aku yang diam saja tidak bergeming, lebih ke menjaga harga diri sebenarnya. Aku dulu ingin ketawa melihatnya begitu.
Setelah dari situ akhirnya aku memanggilnya si Wakwaw. Pokoknya yang aku ingat darinya adalah adegan dia saat ber-wakwaw hahaha. Sampai dia menjadi ketua umum di 2016, aku masih saja mengingat dia yang dulu ber-wakwaw padahal tahun 2016 dia sudah harus dianggap berwibawa dengan jabatannya.
Nanti di memoriku tahun 2016 akan ku ceritakan dia yang menyuruhku olahraga jalan kaki jam 5 pagi ke kontrakan ikhwan!
YOU ARE READING
Seperti Permen Karet
Non-FictionAku namakan saja perjalananku ini Hijrah, tapi tidak ditambahkan 'si' di depannya. Ini catatan perjalananku dari tahun 2012, kalau aku panjang umur, aku mau menuliskan catatan hidup hingga 2078 hingga aku punya anak dan cucu, hingga aku tidak bisa m...