Bab 2

20 4 5
                                    

Gadis itu telanjang. Hanya menggunakan kedua tangannya untuk menutupi dadanya dan daerah selangkangannya. Ada apa? Kenapa dia tidak lari? Bukankah yang harus dilakukan oleh seorang gadis dalam kondisi seperti ini adalah lari? Apakah dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan laki-laki dalam kondisi seperti ini? Kenapa dia malah diam menatapku? Tentu saja aku tidak akan berbuat yang aneh-aneh, seperti coli seketika atau apapun itu. Tapi tetap saja itu tidak mengubah kenyataan bahwa tubuh yang dimilikinya merupakan tubuh sempurna yang bisa dimiliki seorang gadis seusianya. Aku harus mengakui bahkan diriku merasa sedikit tidak nyaman dengan pemandangan indah ini.

"Kamu..." Mulut gadis itu mulai terbuka.
"Kamu kenal aku kan?"
"Hah!? Enggak kok enggak kenal." Balasku.
"Tapi aku tahu kamu, wajah kamu tidak asing buatku!"
"Lah? Tapi aku serius enggak kenal kamu."
"Tolong aku..." Gadis itu melangkah mendekatiku.
"Hei! Hei! Jangan mendekat!"
Gadis itu berhenti, tatapan matanya memelas kepadaku, menggambarkan kesedihan dan keseriusannya.
"Tolong aku! Aku tidak ingat apapun! Sejak aku sadar aku sudah dalam kondisi seperti ini! Satu-satunya yang aku ingat hanyalah bahwa aku kenal kamu!"
Ini konyol, bagaimana bisa aku kenal gadis cantik seperti dirinya. Dan bagaimana bisa dia tidak ingat apapun! Terlebih lagi, dia terbangun dalam kondisi seperti itu. Apa yang terjadi padanya sebelumnya?

Aku masih terpaku menatapnya. Aku belum bisa berkata apa-apa, berusaha untuk mencerna apa yang terjadi. Situasi seperti apa yang sebenarnya sedang aku alami ini?
"Kamu bilang jangan mendekat, sekarang malah kamu sendiri yang melangkah mendekat."
"Hah?" Aku menunduk melihat ke arah tanah tempat aku berdiri, aku sangat yakin aku tidak ada bergerak sedari tadi.
Saat aku mendongakkan kepala, aku mendapati gadis itu telah berada di depanku. Dia menerjang ke arahku. Lalu menangkapku dan memelukku dengan sangat erat.
"A.... Argghh!" Aku meronta-ronta berusaha melepaskan pelukan gadis itu.

Aku tidak mengerti. Aku adalah seorang cowok SMA cupu, lemah, dan tidak bisa diandalkan. Selama 18 tahun aku tidak pernah melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupku. Aku lebih sering melakukan perbuatan buruk daripada perbuatan baik. Aku bahkan enggan untuk membantu orang lain. Dan sekarang aku didekap oleh seorang gadis cantik yang telanjang bulat. Tubuh kami bersentuhan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kenikmatan ini terlalu indah bagiku. Aku pikir aku tidak terlalu pantas mendapatkan hal seperti ini. Lalu mengapa? Mengapa aku berada di situasi ini? Gadis didepanku ini, apa yang sebenarnya dia rencanakan?

"Tolong aku! Aku bahkan tidak bisa mengingat namaku! Kamu satu satunya harapanku untuk bisa keluar dari masalah ini!" Kata gadis itu sambil terus menundukkan kepalanya. Di samping kenyataan bahwa dia masih memelukku dengan sekuat tenaga, dia terlihat sangat malu dan gugup menempelkan tubuh telanjangnya kepadaku. Kalau malu kenapa kamu lakukan! Dasar gadis aneh!
"Engg... Kamu enggak mau lepasin nih? Kamu enggak malu apa lengket-lengket begini? Udah lama banget loh ini kamu peluk, anu-ku nanti nonjol."
"Bodo amat! Yang penting kamu bantuin aku!"
"Gimana cara aku bantuin kamu!?"
"Ya gimana aja dong!"
"Apa yang mau aku bantuin!?"
"Akuu!"
"Ya masalah kamu apaa!?"
Tiba tiba gadis itu memutar badanku ke belakang dengan sangat cepat. Di luar dugaan tenaganya ternyata lumayan kuat. Kemudian dia menutup mulutku dengan tangan kanannya lalu menarikku ke balik salah satu bongkahan beton besar di situ.
"Aphgwa-apghghwaam qwwinhigh!?" (Apa-apaan ini!?)
"Sst! Diam!" Bisik gadis itu.
Tak berapa lama kemudian aku melihat seorang pria muncul dari arah yang aku lalui. Pria itu terlihat celingak-celinguk mencari sesuatu. Sementara aku bersandar di tubuh setengah telentang gadis ini, dengan mulutku yg masih ditutup dengan tangannya. Bila ada orang yang melihat kami sekarang, kami akan terlihat sangat mesum.

"Heii! Kau sedang apa dibawaah?" Suara seorang wanita.
"Tidak, tidak ada apa-apa! Aku dengar tadi ada yang berkelahi disini, ternyata aku salah. Aku naik sekarang!" Pria itu pergi naik meninggalkan kolong jembatan. Setelah memastikan bahwa pria itu telah pergi, gadis itu akhirnya melepaskan tangan kanannya dari mulutku.
"Apa-apaan sih kamu?"
"Kamu tuh yang apa-apaan! Ini pasti gara-gara kamu makanya orang itu kemari!" Bentak gadis itu.
"Lah kan kamu yang duluan ngomong keras-keras!"
"Aku kan perempuan! Suaraku enggak begitu keras!"
"Gadis inii!" Aku berusaha memutar kepalaku agar gadis itu melihat wajah kesalku.
"Hei jangan berbalik!" Gadis itu langsung memutar kepalaku ke posisi semula, sungguh gadis dengan tenaga hewan buas.
"Dasar mesum!" Bentak gadis itu kemudian.

ImigranWhere stories live. Discover now