Bab 2

1.6K 137 4
                                    

"Hoam."

Aku merasa cukup tidur. Aneh. Biasanya aku selalu mengantuk setiap pagi. Mana hapeku?

Aku meraba-raba tempat tidurku dan mendapatkan hapeku.

Hah?! Sudah jam setengah tujuh?!

Aku segera melompat dari tempat tidurku dan masuk ke dalam kamar mandi. Eits.. aku lupa membawa sikat gigi.

Aku keluar lagi untuk mengambil sikat gigi.

Aku masuk lagi dan langsung menghambur-hamburkan air secara membabi buta. Air sabun menggenang layaknya air sungai.

Habis mandi, aku langsung memakai seragam dan menggendong tasku keluar rumah.

Aku berlari sampai sekolah. Ting-tong. Fiuh. Aku datang tepat waktu.

Eh, ada apa? Kok banyak siswa yang berkerumun di depan mading?

Aku menghampiri kerumunan itu dan melihat pengumuman di mading.

Prom night.

Aku melihat tanggal yang tertera di pengumuman itu.

29 November.

Astaga! 1 minggu lagi!

Pikiranku mulai dipenuhi oleh pakaian apa yang harus kupakai pada prom night.

Tiba-tiba aku tersadar bahwa ada yang menguntitku. Tapi, aku tak menemukan seorang pun.

Akhir-akhir ini, aku merasa ada yang menguntitku.

Penggemar rahasia?

Penculik?

Pembunuh berantai?

Ah, imajinasiku terlalu tinggi. Lebih baik aku masuk kelas saja.

***

Proses belajar mengajar berjalan seperti biasanya. Membosankan. Yap, walaupun aku pintar, aku tidak suka belajar. Katakanlah aku pemalas, tapi memang itu kenyataannya. Malas tapi pintar. Hahahaha. (Aku mulai gila.)

***

Setiap hari Jumat, OSIS mengadakan rapat. Yap, kalian pasti bisa menduga mengapa aku ikut OSIS. Aku ikut OSIS karena ada Michael.

Dia adalah ketua dari divisi musik. Dan tentu saja, aku sebagai wakilnya.

Hahahaha. *evil laugh

Bagi yang belum tahu, aku memiliki keahlian di bidang musik, khususnya piano.

Aku belajar piano sejak umurku 6 tahun. Walaupun orang tuaku sudah lama tidak di Indonesia, aku masih belajar piano sampai sekarang.

Michael memiliki keahlian di bidang drum. Dengar-dengar, dia sudah lama belajar drum. Kalian tahu kan betapa kerennya kalau piano dan drum dipadukan bunyinya?

Jadi, setiap ada acara penting, kami berdua disuruh memainkan alat musik.

Walaupun demikian, aku dan Michael tidak pernah berbicara sedikit pun. Kalau boleh jujur sih, aku kepingin banget ngobrol sama dia. Cuma, sifatnya yang pendiam membuatnya tidak suka berbicara. Argh...

"Catherine?" Aku tersentak dari lamunanku.

Spontan aku menjawab.

"Ya. Hadir!"

Tak lama kemudian terdengar gelak tawa menggema di seluruh ruangan.

Sial. Kenapa lagi?

"Catherine, Catherine..."

Ketua OSIS berdecak keheranan.

"Kamu kenapa lagi sih? Lagi lamunin apa? Sekarang lagi rapat. Masalah pribadi yang gak penting gak usah dipikirin."

Argh! Lagi-lagi sok tahu. Kenapa sih semua orang sok tahu tentang diriku?

"Oke. Kembali ke topik. Sebentar lagi kan prom night, kita belum menentukan dress code. Ada yang punya usul?"

"Gimana kalau cewek pakai black dress dan cowok pakai kemeja dan black suit?" usul Michelle, teman sekelasku.

"Ide yang bagus. Ada yang lain?"

"Semua sepertinya setuju dengan usul Michelle. Ada tambahan?"

Orang-orang mengusulkan hal yang aneh-aneh. Salah satunya adalah topeng. Tapi menurutku, topeng adalah usul yang paling bagus.

"Oke. Jadi, baik cewek maupun cowok harus memakai topeng. Ada yang mau protes?"

Keheningan meliputi ruangan yang cukup luas ini.

"Kalau begitu, rapat hari ini selesai. Terima kasih atas partisipasi kalian."

Ketua OSIS meninggalkan ruangan.

Fiuh. Akhirnya selesai juga.

***

Sekeluarnya aku dari sekolah, aku melihat Michael dan pacarnya sedang beradu mulut.

Kenapa?

The Meaning of Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang