Part 1

39 7 4
                                    

Siang itu seorang gadis kecil bernama Alia terduduk di rerumputan,
Kulitnya mengeluarkan keringat begitu banyak, bajunya terlihat kotor..
Sorot mata gadis kecil itu tertuju pada anak-anak yang sedang bermain bola.
Alia suka bermain bola..
Kala itu Alia yg baru saja duduk di bangku sekolah menengah petama menemukan cinta pertamanya.
Berawal ketika dimana siang itu pertandingan sepak bola tengah berlangsung ia duduk bersama teman-temannya untuk menyaksikan.
Alia yang baru saja pindah ke lingkungan baru begitu cepat akrab di lingkungan rumah barunya...

Siang itu pertama kalinya
Tatapan mata tajam
Tatapan mata nan teduh
Mebembus jantung hati gadis kecil itu..

Ditepisnya keringat di dahi, kemudian alia mundur satu langkah kebelakang
"Raraa!!!!! "
"apa sih al teriak aja malu tuh diliatin"
rara menepuk pundak alia, rara berbeda, rara adalah gadis kalem yg jauh lebih feminin dibanding alia, kulitnya putih dan rambutnya hitam tergerai
"Ra, itu siapa?" tanya alia sambil mendongakan kepalanya ia menunjuk laki-laki berpakaian setelan pemain bola
"mana? Itu? Oh Adit itu al.. Kenapa??? "
"gak kok nanya aja"
"naksir lo?" mata rara melotot tajam kearah alia
"apaan sih gak ra gak"
"jangan bohong sama gue al"
"bener ra"

"hmmm bagus deh jangan naksir dia deh gebetannya mira tuh, Adit sih gak suka" suara rara setengah berbisik

"oh hehe iyaa rara makasih" alia tersenyum melihat mimik wajah rara yg memerah karena memakan spageti pedas

"tapi dia itu kembar tau al, itu kembarannya yang pake baju merah yg lagi tanding di bawah namanya Dhika" rara menunjuk sosok yangbia maksud,
Alia hanya mengangguk baginya dhika sama seperti anak komplek sekitar sini sama-sama sombong.

"Ra.. Gw mau pulang kayanya mamah gw nyariin gw nanti diomelin lagi"
Ucap alia sambil mengikat rambutnya.
Rambutnya tidak hitam pekat seperti rara namun alia tak ingin rambutnya tergerai menurutnya tidak praktis ketika main bola rambutnya terurai

"ohh oke sip al, nanti malem gua kerumah lo ya.. Nyokap gw kan mau belajar masak sekalian aja gw nginep libur juga kan?"
Nada bicara rara begitu semangat ia memang senang dapat alia sebagai sahabatnya, ketika berteman dengan mira yang notabane lebih tua darinya ia kerap kali di bully

"okey ra see you"
Alia melambaikan tangannya sambil matanya melirik ke arah Adit

"mau sekalian gue salamin sama Adit al? " goda rara

"Ra... " mata alia melotot tajam mendadakan ia tidak ingin rara melakukan itu

"iya al iya ya ampun serem deh lo"

'namanya Adit rumahnya nomor 17 dan dia punya kembaran, tapi dia gebetan Mira, Mira tidak suka denganku sejak aku pindah kesini ia selalu mengerjaiku ketika ada kegiatan rutin anak kompleks'

Alia bergumam sepanjang jalan
Setibanya ia dirumah ia disambut wangi semur khas buatan ibunya.

"eh eh eh alia cuci tanganmu dulu" teriak ibu maya dari arah dapur
Ia menghampiri putri semata wayangnya

"ya ampun alia kamu seharian ngapain aja alia? Kotor sekali mandi dulu baru makan sama mamah, alia denger mamah ya kamu sudah smp bukan lagi anak sd al berubahlah"
Ibu maya kembali menasihati putrinya, ia tak tahan melihat putrinya bak seorang anak bujangan ketika pulang dari bermain dengan anak kompleks.

"iya mamah sayang siap deh alia berubah"
Alia memeluk manja ibunya

"ehhh mandi dulu kamu, abis itu kita makan"

"hahaha siap bu boss"

~~~

Adit
Sebuah nama biasa tapi ketika menyebutnya alia merasakan getaran hebat di dadanya
Alia hanya bisa mengagumi adit

~~
"Ra, kayanya gue mau bergabung di karang taruna"
Ucapan alia mengagetkan rara yg sedang memakan kudapan dikamar alia

"serius al? Al.. Tapi karang taruna kan ada Mira, nanti lo digangguin, gua aja udah jarang ikut rapat di karang taruna gue males aja liat Mira yg kecentilan sama Adit"
Rara mengebu2 memberi tau alia

"iya serius kok ra, nyokap bilang gue mesti berubah ya jadi ketimbang main bola mulu mending gue ikut kartar kan?"

"okey al okey bsk kita ke kartar daftarin lo ya.. "
Ucap rara sambil menguap

"tidur ra, makasih ra lo baik bgt"
Alia. Sepontan memeluk rara.

Hari itu, malam itu
Alia teringat adit pikirannya terpecah kesana kemari
Hari itu ternyata adalah hari yang tak akan pernah terlupakan 8 tahun kedepan

Dan, ketika cinta memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang