BAB VI

6 1 0
                                    

Suara bel pulang membuatku segera memasukkan seluruh alat belajar, dan berlalu tanpa mendengar Siska dan Natali memanggilku.

Ada satu hal yang membuat pikiran ku terganggu selama jam pelajaran tadi. Rey, teman kecil ku sekaligus adik Elsan menceritakan suatu cerita menarik bagiku.

Dengan geraman aku meminta Auli membawa ku dimana Elsan berada. Auli yang tak tahu segera menghubungi Elsan, dan dengan santai nya pria itu bilang sedang di perusahaan nya. Ini bagus. Aku bisa melihat apa yang di katakan Rey itu benar atau tidak.

'kau telah masuk perangkap nya. Kau tahu mengapa ia ingin menikah denganmu, bila ia tak melakukan itu ia tak akan mendapatkan warisan, dan semuanya akan jatuh atas namaku'

Sial

Dia telah membohongi ku, bagaimana bisa aku mempercayai kata katanya yang begitu menyedihkan. Ia tak di tinggalkan oleh keluarganya. Ia bahkan di dukung untuk menikahi ku. Jadi ibuku tak terlalu memaksanya.

Aku tertawa sini melihat gedung tinggi di hadapan ku. Perusahaan kecil? Harus seberapa besar lagi perusahaan ini di bilang besar.

" Maaf nona, tuan sedang-"

Auli segera membuat seorang wanita yang duduk di samping pintu Elsan terdiam. Tanpa mengetuk aku segera masuk. Dan benar saja.

'tak bisa menyentuh wanita lain'

Dia terkejut melihatku yang datang tanpa di undang, dan satu wanita dengan body indah yang sudah terbuka kemejanya segera membenarkan posisinya.

"Kau bisa mengetuk pintu" ucapnya dingin, aku hanya tersenyum miris.

"Oh maafkan aku, hanya saja aku penasaran dengan sesuatu"

Elsan mengangkat satu alisnya, dan menyuruh gadis yang tadi dia cumbui untuk pergi.

" Oh tak perlu Susan, aku hanya memastikan sesuatu, dan ternyata itu benar " ucapku menatapnya tajam

Aku segera keluar dan menyuruh Auli untuk melepaskan sekretaris Elsan yang ia bekap.

Elsan menarik ku dan mengajak ku bicara. Mendengar itu membuat ku sangat jijik. Bagaimana bisa aku percaya dengan ucapan nya.

" Walaupun kau tak mau kita harus menikah " ucapnya penuh penekanan

Ku lirik ke arah Susan di dalam yang tertunduk menahan sakit hatinya dan menatap Elsan yang masih menahan ku.

"Bagaimana ya?" Aku mencoba berfikir dan menatap sekretaris elsan.

"Nona, kalau nona di posisiku bagaimana?" Sekretaris itu terkejut dan menatap Elsan dan aku secara bergantian.

" Itu ... Aku... "

Aku tertawa membuat Elsan menatapku bingung.

"Sepertinya memang kau yang membutuhkanku"

Elsan mendengus kesal dan melepaskan tangan ku yang di pegang nya.

"Aku juga wanita, mana mungkin aku menyakiti hati Susan"

Susan menatap mataku yang menatapnya, dan menunduk kembali.

***

Auli menatapku tak percaya, ia menanyakan berulang kali mengenai kesepakatan ku dengan Elsan.

Ya aku akan tetap menikah dengan elsan, dengan syarat, tak ada sentuhan dan tak ada perasaan. Ia tak bisa berkutik karena bisa saja aku meminta untuk menjadi biarawati saja di Spanyol. Hanya saja, melihat posisiku yang lebih aman darinya aku lebih tertarik bermain dari pada mengalah.

"Nona, apakah nona akan baik baik saja?" Tanya Auli kembali sebelum aku memasuki rumahku

" Apa yang kau khawatirkan Auli?" Tanyaku dengan senyuman senang atas kemenangan ku

"Nona, bagaimana perasaan nona melihat calon suami nona bercumbu dengan gadis lain?"

Aku menghela nafas, menghentikan langkahku yang sudah ingin menaiki tangga. Aku mencoba berfikir dan tersenyum tenang.

" Mungkin bila aku menyukainya, saat itu aku sudah membunuh Susan. Tapi kau lihat, siapa yang kebakaran jenggot?"

"Nona" kini aku melihat kekhawatiran di wajah Auli. Aku hanya bisa tersenyum, dan menatapnya mantap.

"Aku akan menang Auli, dan mengakhiri kekonyolan ini tanpa Mati"

***

Rey menatapku kesal dan menghentikan makanku, dia tak pedulikan para wanita yang memujanya menatapku kesal karena sejak pagi dia sudah seperti Auli yang selalu menempel padaku.

"Kau masih meneruskan perjodohan ini?" Tanyanya sudah sekian kali dan aku hanya mengangguk. Sudah malas menjawab pertanyaan yang sama di waktu yang berdekatan.

"Rei, lu liat si Elsan sama Susan kan?"

Aku mengangguk lagi.

"Dan lu masih mau sama dia?"

Aku mengangguk.

"Rei sadar Rei sadar!!!"

Aku terbatuk karena tersedak dan menatap Rey kesal karena sudah membuatku terbatuk batuk.

"Lu kenapa sih? " Tanya ku kesal, dia malah mengacak rambutnya kesal dan menatapku kembali.

"Lu yang kenapa? Kenapa lu masih mau sama dia Rei? "

Aku hanya tertawa dan menatap nya yang menatap heran diriku.

"Nggak masalah buat gua dia tidur sama siapapun, masalah buat gua kalau dia tidurin gua"

Rey terdiam di tempatnya dan menatap ku selidik. Aku pun menghela nafas, dan menatapnya tenang.

" Gua baik baik aja ko, karena gua mang gak ada perasaan sama dia. Terserah dia mau apa, gua gak peduli"

***

silent loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang