Chapter 23

10.1K 523 15
                                    


Salah satu surga bagi murid-murid selain bel istirahat berbunyi adalah, disaat murid-murid sedang mempersiapkan diri untuk ulangan Geografi ditambah lagi dengan guru killer, tapi tiba-tiba mendapat kabar bahwa guru tersebut tidak masuk. Dan itu benar-benar surga! Salah satu keajaiban yang selalu dinantikan murid-murid.

Seperti kelas 2 IPS 1 contohnya, yang baru mendapat kabar bahwa Buk Indah--Guru Geografi, tidak dapat hadir disebabkann pertemuan keluarga. Dan otomatis seluruh kelas berseru senang dan tak lupa mengatakan, "yesss!!"

Bahkan Robi, sang ketua kelas menjadi pelopor keributan dikelas itu, bukannya mendiamkan para warganya, malah mengatakan pada warga kelasnya, "HARI INI KITA BEBASSS..!" Dan otomatis seluruh penduduk kelas berteriak tak karuan, padahal yang sebenarnya dibalik kata bebas, terselip kata, 'Buk Indah nyuruh kita belajar sendiri dulu sebelum ulangan harian minggu depan'. Tapi dasarnya memang mau main-main jadi mau bagaimana lagi?

Della, Clara dan Elsa berdiri didepan kelas yang menghadap lapangan sedang menonton pertandingan bola anak kelas 12 IPS 1, yaitu kelas suaminya. Sebenarnya bukan mereka saja yang menonton, murid-murid lain juga banyak, apalagi siswi-siswi yang menjadi fans setia dari Alby dan kawan-kawan. Bahkan sampai ada yang membolos mata pelajaran dengan alibi permisi kekamar mandi, tau-taunya malah menonton Alby dan kawan-kawan bermain bola kaki saat jam pelajaran Olahraga.

Della melihat Alby sudah mulai bosan bermain, tampak dari raut wajah Alby yang sudah tak se-semangat pertamakali ia masuk kelapangan. Apa yang Alby katakan memang benar, Alby tak pintar urusan olahraga tetapi untuk Matematika dan piano, ia juaranya.

Alby keluar dari lapangan dan digantikan dengan murid lain, padahal belum sampai setengah jam. Membuat siswi-siswi mendesah kecewa, namun masih tetap bertahan menonton kawan-kawan Alby yang masih bertahan di lapangan.

"Yahh.. Si Alby mah cemen! Padahal belum setengah jam udah keluar lapangan," Elsa berseru kecewa karena tak lagi mendapati Alby bermain dan tak sadar ada Della disampingnya berdiri.

"Ehem!" Della berdehem, "Lo bilang apa tadi?" Della menatap Elsa dengan mata yang menyipit.

Elsa menyengir seolah baru sadar ada Della disampingnya, "Hehe.. ada Della, keceplosan Dell," ujar nya menggaruk tengkuk.

Della hanya mendengus tak menjawab, dan memilih mengalihkan pandangannya kembali tertuju pada Alby yang sekarang terlihat duduk di pinggir lapangan.

"Dalam urusan olahraga ginian mah, Risky juaranya," ucap Clara dengan bangganya menatap Risky yang sedang mengoper bola kearah gawang. "Tapi, Joshua juga jago sih," tambahnya.

Della mendesis, "Setiap orang punya kemampuan dibidangnya masing-masing kali," ujar Della tak mau kalah. "Trus si Paul jagonya apa?" tanya Della kali ini.

Walaupun mereka berbeda satu tingkatan, Alby dan kawan-kawan melarang Della dan kawan-kaawan memanggil mereka dengan embel-embel 'kak'. Alby mengatakan mereka merasa tua dan disegani, padahal semuanya setara.

"Si Paul jagonya main basket sama mainin perempuan!" Jawab Clara sedikit tak suka dengan hobby Paul yang memang mendapat gelar Playboy tak terkalahkan itu.

"Woi! Jangan ngejekin Abang gue dong," Elsa berujar membela Paul.

Della dan Elsa menyerngit, "Sejak kapan Paul jadi Abang lo?" tanya Clara yang diangguki dari Della.

Elsa tersenyum, pipinya memerah, "Paul bilang, gue mirip sama almarhum Adeknya dia yang udah meninggal. Dia bilang, mulai sekarang gue jadi Adeknya," jawab Elsa sedikit malu-malu.

"Lo gak bohong kan, Sa? Maksud gue, artian adek itu gak dalam tanda kutip kan?" Della yang berujar sedikit terkejut sambil membuat gerakan jarinya seperti tanda kutip.

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang