Bagian 4

106K 9.3K 420
                                    

Namira menatap Kevan dengan wajah cemberutnya yang menandakan betapa kesalnya dirinya setelah bertemu dengan pria yang paling ingin dihindarinya ini. Ia benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan Kevan di sini. Yang lebih menyebalkannya lagi, pria itu meminta dirinya untuk menungguinya selagi pria itu menyantap sarapannya.

Namira melihat jam tangannya yang baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Masih ada waktu sekitar setengah jam lagi sebelum jam masuk kantor. Sejujurnya, ia ingin sekali pergi sekarang juga dengan alasan takut terlambat. Namun, Kevan tahu kantor tempatnya bekerja ada di depan kafe ini sehingga ia tidak bisa menggunakan alasan tersebut karena hanya dengan jalan beberapa menit saja, ia akan langsung sampai.

Bertemu dengan Kevan menambah daftar kesialannya hari ini. Demi Tuhan, ini masih pagi, tetapi ia sudah mendapatkan dua kesialan sekaligus. Yang pertama tentu saja saat bosnya menyuruhnya untuk datang lebih awal. Ia pikir ada rapat pagi ini, tetapi rupanya bosnya itu hanya ingin berbicara empat mata dengannya dan melontarkan ajakan untuk menjalin hubungan dengannya.

Sungguh, dua tahun ia bekerja sebagai sekretaris dari seorang pria bernama Kanaka, baru kali ini ia merasa tidak nyaman. Bosnya itu biasanya selalu bersikap dingin dan tak acuh terhadap siapa pun. Namun, semenjak dirinya menikah sekitar empat bulan yang lalu bersama seorang wanita yang kemarin menampar wajahnya dengan seenaknya, pria itu mulai berubah.

Dan sialnya, perubahannya itu melibatkan dirinya. Selama empat bulan ini, Namira sadar bahwa Kanaka sering sekali menatapnya secara diam-diam. Awalnya ia tak terlalu memedulikan hal tersebut. Namun, sejak beberapa waktu yang lalu, pria itu dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia mencintainya.

Walaupun Kanaka merupakan tipenya, tetapi ia tetap tidak ingin menjalin hubungan dengannya. Saat ia berkelit bahwa dirinya sudah bertaubat, itu memang kenyataannya. Ia sudah lelah merusak rumah tangga orang. Hal itu sudah tidak menarik lagi baginya.

Satu tepukan pelan yang mendarat di bahu Namira membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia lalu menoleh ke samping dan menemukan Elsa—sahabatnya sejak zaman SMA. Ia tidak heran melihat kedatangan Elsa karena ia memang sengaja meminta gadis itu untuk menemuinya di sini saat Kanaka mulai memaksanya. Hanya Elsa lah satu-satunya orang yang bisa mengusir segala jenis pria yang mulai memaksa dirinya.

Namun, dia datang terlalu lama karena sang target sudah lebih dulu pergi. Tetapi itu tak masalah karena masih ada satu lagi pria yang ingin disingkirkannya saat ini.

"Siapa?" bisik Elsa saat ia sudah mengambil duduk di samping Namira.

"Kevan," jawab Namira yang juga ikut berbisik.

"Bos lo udah ganti?"

Namira sudah ingin menjawab pertanyaan Elsa barusan, tetapi suara deheman yang berasal dari Kevan membuatnya mengurungkan niatnya. Ia lalu mengarahkan pandang ke arah Kevan yang kini tengah menatap mereka berdua dengan sebelah alis yang terangkat ke atas.

"Kamu Elsa?" tanya Kevan yang membuat Namira mengernyit bingung. Sepertinya ia belum mengenalkan sahabatnya ini kepada pria itu. Lalu, bagaimana dia bisa tahu?

Sama seperti Namira, Elsa pun mengernyit bingung saat mendapat pertanyaan tersebut dari Kevan. Namun, saat ia meneliti wajah pria itu, ia akhirnya sadar bahwa Kevan adalah pria yang beberapa waktu lalu mengiriminya pesan ke salah satu media sosialnya untuk menanyakan seperti apa sosok Namira. Pantas saja ia merasa wajah pria itu tidak asing.

"Lo yang waktu itu whatsapp gue karena pingin nanya-nanya soal Nami, kan?" tanya Elsa yang tampak begitu bersemangat.

Kevan meminum kopinya terlebih dahulu sebelum menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Elsa sebelumnya dengan senyum yang bertengger di bibirnya.

Becoming His WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang