Cough

233 23 4
                                    

Langit Seoul terlihat makin mendung ketika Kyungsoo keluar dari supermarket. Dengan tas belanjaan yang cukup banyak di tangannya, ia berusaha berjalan cepat menyusuri trotoar. Menghindari kemungkinan terburuk untuk basah kuyup di musim gugur seperti sekarang. Itu akan membuatnya demam dalam beberapa jam, dan itu tidak boleh terjadi.

Cklek!
Duk!

Kyungsoo bersyukur dalam hati karna hujan terdengar turun cukup deras tepat saat ia berhasil masuk ke sebuah flat.

Ia melangkahkan kakinya ke arah sebuah kamar. Mengabaikan sebentar belanjaannya yang tergeletak di lantai juga tentang betapa kacaunya ruangan tengah tempatnya berdiri tadi.

Suara batuk tanpa henti dari ruangan itu lebih menarik perhatiannya.

Di dalam sana ada seorang lelaki yang tampak kewalahan mengatasi batuknya, belum lagi dengan kaki nya yang terlihat berbalut perban.

Sebelum lelaki itu menyadari keberadaannya, ia sudah sigap membawa beberapa obat juga air minum.

"Jangan telat meminum obatmu Jongin-ah.. "

Batuknya yang agak mereda memberi kesempatan lelaki yg dipanggil Jongin itu untuk menoleh ke arah Kyungsoo.
"Kau nyaris membuatku mengira ada pencuri yg masuk."

Setelah memastikan Jongin meminum obatnya, Kyungsoo membantu mengusap punggung lelaki itu, berusaha meringankan sakitnya.

"Kenapa kembali? Kau bilang harus pergi ke suatu tempat?"

"Aku sudah pergi ke supermarket, membeli beberapa makanan juga penghangat baru."

Jongin menatap Kyungsoo agak lama sebelum menghela nafasnya. Percuma meminta lelaki bermata bulat itu untuk tidak merepotkan dirinya sendiri. Akan ada perdebatan panjang dan bahkan Jongin terlalu lelah untuk sekedar menyela.

"Hey penguin! "

Kyungsoo menoleh akan panggilan Jongin. Ia baru selesai memasang penghangat juga membersihkan diri. Dan mendapati Jongin memanggilnya begitu biasanya lelaki itu sedang gemas.

"Ada apa beruang? "

"Aku berpikir apa setelah ini kau akan membenarkan atap dapurku yang rusak atau yang lebih ekstrim menyeretku ke rumah sakit? "

Kyungsoo berpikir sejenak. Ia mendudukkan dirinya di samping Jongin yang tengah tidur menyamping ke arahnya.

"Ide pertamamu jelek apalagi di hujan deras seperti ini. Mungkin aku lebih suka menculikmu untuk tinggal di rumahku."

"Aku akan membunuhmu."

"Dan ide yang kedua, itu Bagus. Tapi sepertinya kau tidak usah masuk rumah sakit lagi jika sudah bisa mengatakan hal seperti itu."

Jongin tersenyum menanggapinya, ia menggapai tangan Kyungsoo, memintanya untuk berbaring di sampingnya.

"Penguin, aku membencimu. "

Posisi wajah keduanya berhadapan, cukup dekat untuk bisa merasakan deru nafas juga degup jantung masing masing.

Dan suara batuk Jongin membuat Kyungsoo memberenggut kesal.

"Aku lebih membencimu."

Jongin memeluk Kyungsoo yg sudah berbaring membelakanginya.

"Kau kesal? "

"Tidurlah Jongin. Sembuhlah besok pagi. "

"Jika ada peri melintas di sekitar sini, aku ingin meminta sembuh sekarang juga. Mengatakan padanya jika penguin ini bisa membunuhku jika aku tidak sembuh di esok pagi. "

Kyungsoo mengelus lengan Jongin yg memeluk perutnya.

Dan disaat dirasa lelaki itu menjauh karna batuk, ia berbalik untuk memeluk Jongin setelah batuknya mereda.

"Kau bisa tertular, penguin bodoh! " ucap Jongin saat Kyungsoo memeluknya.

"Kapan aku peduli akan tertular atau tidak? "

Jongin lagi lagi menghela nafas.
"Penguin, keras kepala, aku membencimu."

Kyungsoo mendaratkan kecupannya pada dahi lelaki itu. Membisikkan kata yang membuat Jongin membulatkan matanya.

"Aku juga mencintaimu. "

--

CoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang