(Ampun, gue habis ngelahirin jadi sibuk nimang bayi. Hoho. Tapi kismis tetep berlanjut)
Kata orang, setiap rumah yang memiliki tangga pasti ada penunggunya.
Gue sih cuma bisa iya iya aja. Karena logikanya tangga itu penghubung dunia melayang dan dunia jejak.
Pas kebetulan temen gue nitipin anaknya ke gue karena dia mau urus imigrasi di santo domingo yang perjalanan kesana aja bisa 3 jam bolak balik lumayan 6 jam-an.
Gue sibuk nyiapin cemilan. Berhubung anaknya 2 krucil - krucil yang lagi lincah - lincahnya jadi pengaman kita pasang di tangga.
"What do you want?" Kata gue sambil megang nampan.
"I want like him auntie!"
Gue nengok ke sebelah gue. Marissa ngegeleng dia belon nyomot apapun. Sementara Kara sibuk ketawa sendiri sama sosok dibelakang gue.
"Donatnya keliatan enak ya? Aku kok dapet pancake sih tante?"
Gue langsung sadar ni anak ngeliat begituan.
No, no, no jangan hari ini. Gue belum siap. Apalagi gue ngejagain anak orang. Kalo kenapa - kenapa bisa mati gue.
Ngomong - ngomong Kara umurnya 4 tahun dan Marrisa umurnya 3 tahun.
"Honey, habis makan kita bobok siang yuk."
"Aku gak boleh main dulu?"
"Marissa cape tuh keliatannya."
Intermezzo. Pas gue nulis bab ini. Mainan di box bayi gue bunyi ndiri.
Gue langsung ngegendong Marrisa dan narik tangan kara ke atas. Rencana lantai atas memang buat kamar bayi jadi kamar horror itu udah di bersihin dan terang karena dipasang lampu di berbagai titik.
Dua anak itu seperti gak mau lepas dari gue.
"I DONT WANT SLEEP IN HERE!" Jerit Marrisa sambil jambak rambut gue.
"Why?"
"Dia gak suka monyet tante."
Hah? Monyet? gue celingukan nyari dekorasi monyet yang dibilang Kara. Mungkin si jon udah mulai dekorasi kamar bayi.
No. Gak ada apa apa.
Gue paham sih. Kamar ini emang horror jadi gue tawarin buat tidur di kamar gue. Daripada sawan anak orang ya kan.
"Jangan pada ngompol." Pesen gue sambil nutup pintu kamar dan turun ke lantai bawah.
Dua anak itu keliatannya cape banget dan langsung senyap. Gue langsung balik ke dapur buat masak makan malem si jon.
Belum lima belas menitan kayanya. Gue denger suara anak - anak itu ketawa sendiri dan heboh. Gue biarin aja. Bagus lah ketawa nanti abis bercanda kan cape terus tidur deh sampai sore. Pikir gue sih waktu itu.
Belum gue selesai mikir gitu tiba - tiba.....
"Tanteeeeeee tolooooooooonggggg!"
Gue langsung panik dan lari ke atas.
"Tanteeeeeee saaaakiiiitttttttt!!!"
Gue coba buka pintu kamar gue yang mendadak kekunci.
Ya Allah apalagi sih ini. Anak orang nih masalahnya. Gue jujur panik dan ketakutan merekanya kenapa - kenapa dibandingkan sama setannya.
Gue langsung lari ke ruang tamu ambil kunci serep kamar.
"AAAAAAAAAAKKKKhhhhh."
Ya ampun ya ampun gue panik banget lagi mau lari ke tangga tiba - tiba sosok cewek putih tinggi besar melintas diatas gue.
(Ya Allah gue masih merinding sampai sekarang kalau inget itu)
Ketakutan gue sama sosok itu hilang karena nasib dua anak cewek itu lebih penting.
Sambil baca baca gue buka pintu kamar dan dua anak kecil itu ternyata masih tidur nyenyak.
Nyenyaaaak bro.
Nafas gue ampe abis dan liatin wajah mereka satu - satu. Mungkin pada ngigo kali yah.
Masakan gue keliatannya angus karena bau asap dari bawah. Gue gak berani turun karena keingetan sosok yang melintas sekilas tadi.
(Walau siang. Rumah ini gelaaaap banget kalau gak ada lampu)
Bunyi bunyian tek tek tek tiap malem mungkin dari sosok itukah?
Tau deh.
Tiba - tiba kara bangun dan sembunyi di belakang gue.
"Are you ok?" Tanya gue.
"Aku gak bisa napas."
"Asap?"
Dia ngegeleng.
"Dia nyekek aku tadi."
"So, Kara yang jerit panggil tante tadi."
"Bukan. Aku baru bangun. Dia liatin aku tante. Aku takutttt."
Gue mengernyitkan dahi.
Dia? Siapa lagi sih nih. Bintang tamunya banyak amat dirumah ini.
"Dia siapa, ra?"
"Dia yang tadi makan donat."
"Anak laki - laki?"
Kara mengangguk.
Gue langsung narik tangan Kara dan ngegendong marrisa yang masih bobo itu turun ke bawah.
Baru mengarah ke arah tangga. Kara jerit lagi.
"I can't move!!" Kara pun nangis dan membangunkan marrisa yang ikutan nangis.
No. Plis. Jangan ganggu anak kecil plis. Gue langsung teriak kaya orang gila. Mirip cewek yang kesel masih dikejar - kejar ama mantannya (lah curhat.)
"Heh, tolong ya masing - masing aja. Dunianya udah beda! Tolong jangan ganggu anak anak ini."
Senyap.
Shu shu shu shu shu. Hummmm.
Suara aneh dibelakang gue. Bikin marrisa tambah gede nangisnya. Duh, gue pengen nangis juga kalo bisa saat itu.
Gue narik Kara sekuat tenaga.
"Kita harus kuat ya Kara."
Kara berhenti nangis dan mulai nurunin anak tangga. Matanya merem dan tangannya kuat mencengkeram baju gue.
"I dont want stay here anymore!"
Iya. Gue juga mau bilang gitu ama si jon kalo bisa. Capek banget digangguin. Mana lagi hamil. Lah tuh bule betah amat ama nih rumah.
Gue langsung ambil kunci mobil dan langsung ke restoran gue. Biar mereka tidur dikantor aja deh.
Sambil jalan gue tanya - tanya kara yang masih bengong.
"Jadi apa yang kamu lihat?"
"Anak kecil baik jadi jahat tante."
"Dia nyekek aku.Terus tadi ada yang pegangin kaki aku. "
"They dont like me."
Gue diem. Mampus. Apa kata emaknya kalo nih anak ampe cerita beginian.
"And...,"
Perasaan gue mendadak gak enak.
"DAN APA?"
" Dan dia masih ada disini. Dimobil ini."
Gue berhenti tengah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baca Sendirian
HororKisah - kisah ini merupakan kumpulan kisah misteri yang terjadi dalam hidup orang - orang disekitar gue dan gue sendiri. Suami gue adalah salah satu orang yang sama sekali gak percaya adanya makhluk lain disekitar kita namun beberapa pengalaman mis...