5. Being Bullied
Nathan Pov.
Demi apapun yang pernah ada didunia, demi rasa sakit yang pernah ada didunia, apa yang lebih menyakitkan daripada ditolak oleh pasanganmu?
"Dia menolakmu? Poor you big boy" ucap Alex, aku mendengus sebal. Pasalnya belum pernah ada satu wanitapun menolakku. Mereka pasti akan memohon untuk terus berada disisiku.
"Shut up you motherfucking".
"Chill dude" pria berkacamata itu membenarkan posisi kacamatanya.
"Tapi, ditolak oleh pasangan bagi Alpha sangatlah -sakit" Alex menepuk dadanya, bertingkah seperti hatinya remuk tersakiti.
"Kalian tidak membantuku sama sekali. Aku datang kesini, meminta bantuan kalian. Bisakah kalian membantuku untuk keluar dari masalah ini? Please" aku memohon pada teman-teman anehku
"Kau harus mendekatinya dengan cara manusia, bukan seperti kaum kita. Mengingat dia adalah manusia biasa. Kau harus meyakinkannya, dalam artian dia menerimamu sebagai werewolf, pemimpin pack" Blake menarik nafas
"Ada saatnya kau harus menurutinya, ada saatnya kau harus mendekatinya. Karena cinta membutuhkan perjuangan. Jika kau berjuang dengan sepenuh hatimu, percayalah tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan pengikutnya"
Aku mengusap wajahku kasar. Wanita merupakan salah satu kelemahanku. Sekuat-kuatnya diriku, aku akan tetap menjadi lemah karena satu wanita. Bagi kami mate adalah segalanya. Tanpanya kami bukan apa-apa.
"Dude dia sangatlah keras kepala maksudku aku bahkan harus memaksanya. Aku bahkan memintanya untuk tetap dirumah dan aku akan memenuhi semua kebutuhannya, tetapi dia menolaknya. Dengan alasan 'aku yidak bisa diam saja tapi mendapat uang, aku ingin uang tersebut berasal dari hasil kerja kerasku sendiri'" aku menggeram gusar
"Thats the problem, mengapa ia meninggalkanmu? Kalian berdua sama-sama keras kepala. Jangan mengatakan hal apapun yang berkaitan dengan kaum kita. Jangan langsung membahas tentang 'keluarga' padahal kalian baru saja bertemu. Manusia akan berfikir bahwa kau hanyalah stranger yang berusaha untuk melakukan sesuatu diluar batas" aku berfikir sejenak. Memang benar apa yang di ucapkan Alex.
Tidak seharusnya aku membicarakan hal itu padahal kami baru bertemu. Betapa bodohnya seorang Nathan dihadapan wanita.
"Jadi aku harus bagaimana?" Tanyaku setelah menjernihkan pikiranku
"Dekati dia secara perlahan" ucap Blake kesal
"Hah? Bagaimana caranya?" Tanyaku lagi, aku akui seberapa tenarnya aku didunia manusia. Para wanitalah yang mendekatiku, jadi bisa dikatakan bahwa aku tidak pernah mendekati wanita.
"Kita berdua akan membantumu! Tenang saja, kau dan Luna-mu akan segera berbahagia. Dan ohh aku ingin keponakan kembar! Tidak perlu mirip denganmu, cukup mirip dengan ibunya saja! Arghh aku jadi tidak sabar untuk menggendong keponakanku!" Ucap Alex dengan wajah berbinar.
Aku melemparkan pukulanku ke kepalanya. Ia mengaduh kesakitan. Seenaknya saja kalau berbicara. Tetapi ada benarnya juga. Jika aku dan Zaphyr bisa hidup bahagia, kami akan mempunyai keluarga kecil yang harmonis. Ditambah beberapa Alpha kecil.
"Hei Nath, kau baik-baik saja kan?" Ucap Blake kepadaku
"Tentu saja aku baik. Memangnya ada apa?"
"Kau tersenyum seperti orang aneh yang ada di pinggir jalan" ucap Alex. Memangnya aku tersenyum seperti itu apa? "Atau kau membayangkan malam dimana kalian membuat Alpha kecil yang lucu lalu mempunyai keluarga kecil yang bahagia?" Sambungnya
Aku merasakan pipiku memanas, astagaa mengapa Alex sangat suka mengolokku?
"ASTAGAAA KAU LEBIH TERLIHAT SEPERTI SEORANG GADIS YANG BARU SAJA DI GODA!! NATHAN MENGAPA KAU SANGAT CUTE?" teriak Blake saat melihat wajahku
"ASTAGA ASTAGA NATHAN, JIKA SAJA KAU ADALAH WANITA AKAN AKU BAWA KAU KE KAMAR SEKARANG!!" Seketika tawa mereka memenuhi ruangan ini. Yatuhan kenapa harus aku??
"Stoppp it guys! Puas kalian mentertawakanku?"
"Merasa terganggu Mr. Rhys?" Ucap Alex tidak terima. Dia pikir dia siapa huh?
Aku mengerucutkan bibirku. Menunggu nasibku selanjutnya. Menunggunya agar menerimaku. Menunggunya agar kami bisa membangun keluarga kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted To Her
WerewolfBerawal dari mimpi yang terus membayanginya. Sampai aku menemukannya. Bertemu dengannya langsung tanpa perantara mimpi. Maukah ia menerimaku? Menerima takdirku? Menerima kenyataan bahwa aku adalah monster yang ada di dongeng? Akankah ia pergi saat t...