Bagian 5

96.3K 8.9K 967
                                    

Kevan memarkirkan mobilnya di antara mobil lainnya yang sudah terparkir di halaman rumah yang dikunjunginya malam ini. Ia mematikan mesin mobilnya dan memutuskan untuk berdiam diri sejenak. Perasaannya terasa campur aduk saat ini. Ia benar-benar tak rela wanita yang dicintainya akan resmi menyandang status sebagai tunangan dari sepupunya sendiri.

Sembari menghela napas panjang, Kevan melangkah keluar dari dalam mobil lantas berjalan masuk ke dalam rumah yang kini sudah dipenuhi oleh keluarganya dan keluarga dari pihak perempuan. Sejujurnya ia tak ingin datang ke sini, tetapi Rizkan merupakan sepupu yang paling dekat dengannya. Selain itu, ia juga tidak ingin Rizkan mencium tentang kedekatannya dengan Laura yang terbilang tidak wajar.

Ya, Laura merupakan kekasih dari sepupunya sendiri. Wanita yang hanya terpaut satu tahun di bawahnya itu berhasil mencuri hatinya sejak Rizkan pertama kali mengenalkannya pada keluarga—sekitar tujuh tahun yang lalu. Dan itu merupakan pertama kalinya ia jatuh cinta pada lawan jenis. Laura merupakan cinta pertamanya, tetapi sialnya wanita itu sudah memiliki Rizkan sebagai kekasihnya.

Dan entah bagaimana bisa, beberapa bulan setelah Rizkan mengenalkan wanita itu sebagai kekasihnya, ia mulai sering berkomunukasi via telepon dengan Laura, tentu saja tanpa sepengetahuan Rizkan. Dan sejak itupula, hubungannya dengan Laura sudah seperti sepasang kekasih. Lagi-lagi, hal tersebut tentu tidak diketahui oleh Rizkan.

Kevan tentu saja merasa bersalah atas apa yang ia lakukan selama beberapa tahun ini. Apalagi Rizkan merupakan sepupu terdekatnya. Namun, cinta telah membutakan hatinya. Ditambah lagi dengan Laura yang yang memang bersedia masuk ke dalam permainan terlarang yang dibuatnya. Ia sadar bahwa dirinya dan Laura sama-sama tidak waras.

"Bang Ke!"

Satu panggilan itu membuat Kevan segera memutar pandangannya ke sumber suara sebelum mendecak pelan mengingat panggilan yang diberikan kepadanya tadi.

"Gue pikir lo nggak dateng," ucap Rizkan dengan cengiran lebarnya seraya berjalan menghampiri Kevan.

"Setelah denger panggilan lo tadi, gue jadi pingin pulang," sahut Kevan dengan wajah kesalnya.

"Halah ngambek. Kayak anak perawan aja lo," Rizkan mencolek dagu Kevan seraya menaik turunkan alisnya.

Kevan berdecak pelan dengan ekspresi luar biasa kesal yang terpasang di wajahnya walaupun jauh di dalam lubuk hatinya, ia begitu merasa bersalah kepada sepupunya ini. Sungguh, ia tak berani membayangkan akan jadi seperti apa hubungannya dengan Rizkan nantinya jika pria itu mengetahui tentang hubungannya dengan Laura. Dan sialnya, ia juga tidak berani memutus hubungannya dengan Laura. Ia terlalu mencintai wanita itu.

"Lo kenapa di sini? Acaranya belum mulai?" tanya Kevan seraya melirik ke ruang tengah yang kini dipenuhi oleh beberapa orang keluarganya dan beberapa orang yang tak dikenalinya.

Dan saat itupula pandangannya beradu dengan Laura yang malam ini terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya dengan model tertutup berwarna putih yang membalut tubuhnya dengan indah. Jujur, ia suka melihat Laura dengan pakaian dengan model seperti itu, tetapi tentu saja ia lebih suka melihat wanita itu tanpa sehelai benang pun.

Kevan memaki dirinya sendiri saat pikirannya mulai berkelana tak tahu arah.

"Cantik ya calon bini gue?"

Satu pertanyaan itu membuat Kevan segera mengalihkan pandangannya dari Laura lantas kembali menatap Rizkan.

"Semoga lo cepet nyusul ya," ucap Rizkan seraya menepuk pelan pundak Kevan lantas berlalu begitu saja yang membuat Kevan mengernyit bingung.

Kevan mengangkat kedua bahunya dan memilih untuk mengabaikan perkataan Rizkan barusan sebelum mengambil duduk di salah satu kursi yang masih kosong yang ada di ruang depan—bergabung bersama beberapa keluarganya yang memilih untuk duduk di sini. Ia malas bergabung dengan orang-orang yang berada di ruang tengah. Apalagi saat harus menyaksikan langsung momen di mana Rizkan dan Laura akan resmi bertunangan.

Becoming His WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang