Hmm? Jam berapa ini? Hah, jam delapan?!
Aku bergegas masuk ke kamar mandi. Tetapi seseorang meneriakkiku.
"Heh! Hari ini kan gak sekolah?"
Oh, itu suara Putri.
Benar juga katanya, hari ini kan hari Sabtu.
Putri terkekeh. "Lo lama banget pingsannya. Gila sampe pagi, bo."
"Memangnya gue pingsan?" Aku bertanya dengan muka polos.
"Aduh, nih anak gak nyadar kayaknya."
"Kok gue bisa pingsan?"
"Ya mana gue tahu. Abis lo bukain pintu pagar buat gue, lo langsung pingsan. Spontan gue kaget. Ya udah gue bopong lo masuk ke dalam kamar lo."
"Oh."
"Lo kenapa sih? Lagi ada masalah?"
Aku kepingin menjawab jujur pertanyaannya itu. Tapi kalau dia tahu alasan sebenarnya...
"Kan gue udah bilang kalau gue lagi gak enak badan."
"Oh iya, gue lupa. Eh, daripada lo lesu begitu, mending kita masak habis itu makan bareng. Gimana?"
"Gue ikut aja deh."
***
Selesai makan, Putri pun pulang ke rumahnya. Fiuh... Sepertinya aku harus merapikan diri.
Ketika aku menatap cermin, aku kaget sekali. Wajah ini tidak seperti diriku. Wajah pucat pasi dengan bibir pecah-pecah. Mata sembap seperti habis menangis semalaman. Gila, wajahku hancur benar. Mungkin efek stres beratku...
Aku mengambil handuk dan sikat gigi untuk mandi. Sesampainya di kamar mandi, aku dikejutkan dengan tulisan darah di tembok.
"Semua ini salah lo. Lo harus mati."
Sial.
Siapa yang menulis itu di tembok? Gak mungkin Putri kan? Tapi siapa lagi yang masuk ke rumahku selain Putri?
Aku mengabaikan tulisan itu dan mandi.
***
Prom night. H-1. Mampus lah aku!
Aku belum mencari dress sama sekali. Aku membuka lemari pakaianku dan membongkar isinya. Buset, dari sekian banyak dress yang ku punya, gak ada yang berwarna hitam. Gimana ini...
Seolah-olah aku mendapat pencerahan, aku mengetik nama Putri di hapeku.
"Halo?"
"Eh, temenin gue ke mall yuk hari ini. Gue mau beli black dress nih."
"Yodah. Gue nyampe dalam waktu 5 menit."
Putri memang paling bisa diandalkan. Tapi gak heran sih, soalnya rumah kami dekat dan hanya dia yang bisa kuandalkan.
"Cat, Cat!"
Sial.
Dikira aku kucing?!
Tapi memang nama panggilanku begitu sih.
Aku keluar dari rumahku dengan membawa tasku.
Putri membawa motor rupanya.
***
Setelah mengunci pintu pagar, aku pun naik ke jok belakang motor.
***
Sesampainya kami di Sunny Mall, aku turun dari motor dan Putri memarkirkan motornya di parkir motor khusus wanita.
Ladies first?!
Kami langsung mencari dress di departement store. Dress nya bagus-bagus ya...
"Eh, ini kayaknya cocok buat lo, Cat."
Mataku menatap dress yang ditunjukkan Putri.
Black dress itu bermotif floral dengan warna hitam transparan di bagian atasnya. Dress itu tidak mempunyai lengan di kedua sisinya. Wow.
"Boleh juga. Gue coba yang ini ya."
Aku masuk ke dalam fitting room. Kutanggalkan pakaianku dan memakai dress tersebut.
Baru saja aku keluar, Putri segera menyambutku dengan decak kagum.
"Tuh kan, apa gue bilang. Tuh dress cocok buat lo."
"Iye."
Aku melambaikan tangan dan memanggil pegawai perempuan yang berada di dekat counter tas.
"Mbak, saya beli yang ini ya."
Sesampainya kami di kasir, aku mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu kepada petugas kasir. Petugas kasir itu memberikan kantong plastik berisi dress kuinginkan.
***
Baru saja kami keluar dari departement store, pemandangan kami sudah tidak enak. Lebih tepatnya aku.
Sepasang kekasih bergandengan tangan layaknya tokoh utama.
Siapa lagi kalau bukan Michael dan... you know who.
Mereka melihatku dan Putri.
"Tuh, gebetan lo, Cat."
Michael hanya tersenyum kaku.
?
Perempuan itu melambaikan tangannya ke arah kami.
Memangnya dia kenal kami?!
Aneh.
Memangnya dia kenal kami?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Life [COMPLETED]
Tajemnica / ThrillerCatherine. Umur 15 tahun. Adalah seorang anak yang populer di sekolahnya. Wajah cantik, prestasi bagus. Tetapi tak seorang pun tahu rahasianya yang gelap. Peristiwa teror di sekolahnya mengungkap rahasianya itu.