UNTUK seketika Sumi Primbon menatap tertegun pada dua orang yang berada di dalam kamar tidurnya itu.
"Mas Broto, kok bisa masuk ke sini?" tanya pedagang lesehan itu heran.
Dia berpaling pada Boma.
"Anak ini siapa?"
Pak Broto alias Si Muka Bangkai tidak menjawab. Dia tarik Sumi Primbon ke dalam kamar lalu menutup pintu.
"Siapa di luar sana?" tanya Pak Broto.
Nada suaranya cemburu berat.
"Kamu bawa lelaki ke sini ya? Awas kamu Sum, Jangan bikin aku muuarrah..."
Sumi Primbon tidak menjawab. Perempuan gemuk ini dudukkan diri di tepi tempat tidur, sesaat menutup wajah dengan dua tangan.
Ketika dua tangan diturunkan kelihatan dadanya yang gembrot besar bergerak turun naik. Boma seperti kelagapan menyaksikan pemandangan itu.
Wajah Sumi Primbon kemudian kelihatan seperti mau menangis.
"Mas Broto, aku punya masalah...."
"Masalah apa?"
"Gara-gara gelang yang tempo hari Mas Broto kasih saya."
"Gelang? Mana gelang itu?" Pak Broto singsingkan lengan kanan kebaya lurik Sumi Primbon. Dua gelang emas tak ada di lengan itu.
"Gelang itu di Pos Polisi. Disita, katanya sebagai barang bukti."
"Disita? Kok bisa? Polisi gila!"
"Mereka ada di luar Mas. Nungguin aku..."
"Mereka siapa?"
"Polisi. Ada empat orang. Aku dibawa ke Kantor. Katanya gelang itu barang curian. Kecuali kalau aku bisa ngunjukin surat bukti pembelian. Aku bilang gelang itu hadiah orang. Surat bukti belinya ada di rumah. Mereka mengawal aku ke sini. Mas, situ tau sendiri. Gelang itu nggak ada surat-suratnya. Mas Broto memberikan nggak ada surat-suratnya. Aku bingung Mas, jangan-jangan tuduhan Polisi itu betul. Gelang itu barang curian. Aku pernah baca berita di surat kabar...."
"Bilang aja suratnya nggak ada. Hilang, keselip dimana."
Sumi Primbon berpaling pada Boma yang barusan keluarkan ucapan.
"Betul, dia betul. Bilang saja begitu sama Polisi" kata Si Muka Bangkai pula.
"Aku nggak bisa bohong terus-terusan Mas, Aku bisa disel."
"Aku bakar Pos Polisi itu kalau mereka berani menahan kamu tanpa bukti." Ancam Pak Broto alias Si Muka Bangkai.
"Justru mereka minta bukti. Lalu bukti apa aku berikan sama Polisi. Wong gelang ini aku dapat dari Mas Broto. Atau kita keluar sama-sama menemui mereka. Bilang Mas Broto yang memberikan padaku."
Si Muka Bangkai memandang pada Boma. Anak ini gelengkan kepala.
"Mas Broto, jujur aja. Gelang itu Mas Broto beli atau...."
Si Muka Bangkai silangkan jari telunjuk di atas mulut. Di luar sana ada suara orang melangkah mendekati kamar. Lalu terdengar ketukan di pintu.
"Mbakyu Sumi, sudah ketemu suratnya?"
Suara orang di luar kamar bertanya.
"Nganu, belum Pak. Nggak tau ketelingsut dimana."
"Kalau tidak ada kita kembali saja ke Kantor."
"Baik, sebentar Pak."
"Gimana sekarang?" Sumi Primbon bingung sekali.
Berulang kali dia menyeka keringat yang membasahi wajahnya yang bulat putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA DENDAM CANDI KALASAN
حركة (أكشن)Bara Dendam Candi Kalasan adalah episode kedelapan serial Boma Gendenk karya Bastian Tito yang mengisahkan tentang upaya Boma untuk menemukan dan menyelamatkan Ibu Renata, guru Bahasa Inggris SMA Nusantara III yang diculik oleh Pangeran Matahari dan...