tak berujung

27 3 5
                                    

Pukul lima sore,hujan turun rintik rintik diluar. Udara terasa lembab dan dingin. Aroma khas tanah, aroma khas dedaunan dan aroma khas alam semesta begitu mistik menggetarkan sukma.
Aku sedang mendendangkan senandung sendunan lagu yang syahdu tentang seorang yang merindu.
Karena terperangkap dalam prasangka, Orang berlarut dalam perasaannya sendiri. Ia seakan jatuh cinta akan pikirannya sendiri. Ruang dan waktu selalu menjadi saksi akan kisah cintanya. Itan sedang dilanda kebingungan,dengan seorang yang bernama Awan. Awan nama panggilannya. Ia cowok yang pintar,dan pemalu,tidak terlalu populer. Kisah ini bermula saat ia menjahili teman sekelasnya yang sedang bermain.catur. Ia mengganggu,lalu Awan membantunya dan tanpa sengaja Itan mengucapkan kata "Aku suka Kamu". Lantas berdoalah teman sekelas Itan,dan terjadilah muka bersemu merah diantara merah berdua. Dari kalimat yang tanpa sengaja itu mulai terjadilah olok mengolok,setiap hari malah jikalau ada kesempatan. Apa bagusnya Awan itu,menarik tidak,apalagi spesial pendek pula. Huh,tidak mungkin lah aku menyukainya,lagipula itukan tidak sengaja(kataku,berbicara didalam hati). Malam terlihat buram,keindahannya seketika tenggelam. Sejalan dengan perasaanku sekarang. Kata kata itu menghantuiku,selalu. Kekuatan waktu ini cepat sekali,tahu tahu perasaanku sudah menjadi cinta. Iya rasa ini sudah berubah,berbeda. Dan ternyata aku termakan akan kataku sendiri tentang Awan. Pagi itu pukul sembilan,Awan tahu ada orang yang mengkasih tahu,dan semenjak itu hubungan kami perlahan lahan merekah. Itan merasakan sakit. Itan pun kesal salah apa aku ini? Bukan aku yang menciptakan tetapi hati,aku juga tidak membentuk perasaan ini. Dan Itan pun meminta penjelasan, Itan meminta keadilan. Kenapa tiba tiba merekah? Apa aku salah menyukaimu? Baak terinjak duri kaktus sikapnya yang cuek itu,yang begitu jauh sekrang,begitu asing. Sangat sangat tidak perduli. Tetapi entah mengapa terdengar bisikan,relungku bicara"Bukankah orang cuek biasanya memperhatikan dalam diam?". Didiamkan oleh mu adalah kebenaran yang tidak menyenangkan,tapi mencintaimu? Itu menenangkan. Dan aku sempat bertanya "Kau benci?" Awan menjawab :"ya,setengahnya"(katanya). Berarti setengahnya kau mencintaiku?(pikirku).Bukankah cinta dan benci itu beda tipis? Kebencian juga bisa membuat paling cinta dan setia bukan? Atau jangan jangan Ia tidak benar benar paham akan rasanya,seperti aku dahulu mencintainya. Mungkinkah gengsi mengalahkan rasa? Itan mengeluarkan pertanyaan pertanyaan yang tidak pernah tau jawaban ataupun penyelesaian nya..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak berujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang