Kumpulan OneShot JKT48

Shania...

Aku menunggu kedatangan dia, kami memang sengaja membuat janji di cafe ini. Aku datang lebih cepat dari waktu yang kami janjikan, dan dia juga sebelumnya mengabarkan bahwa akan datang terlambat. Tidak tahu apa penyebabnya, aku juga tidak perlu tahu apa itu. Yang aku tahu, dia harus datang malam ini juga, sudah lama kami tidak bertemu semenjak kami sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Aku memutar memori beberapa tahun silam, saat pertama kali kami bertemu di area konser. Dengan tidak sengaja aku menginjak kaki wanita itu karena kerusuhan penonton, aku tertawa renyah. Bahkan aku masih belum bisa mengetahui apa hal yang membuatku bisa melabuhkan hati pada dia. Gadis yang mempunyai senyum manis seperti gula, gadis yang mempunyai rambut hitam berkilau, serta gadis yang sedikit teledor. Aku tidak pernah lupa hal apa saja yang dia suka, baik itu makanan, selera berpakaian, dan novel-novel apa saja yang sudah dia punya.

"ini ke delapan kalinya aku baca novel ini." Dia dengan semangat bercerita padaku, sambil memegang novel itu.

"kamu ga bosen? Bukannya kamu sudah tau betul apa isi novel itu, konflik-konflik apa aja yang di ceritain, kamu juga udah tau kan endingnya gimana." Aku menyesap teh hangat yang dia buat.

"emang sih, tapi tetep aja penasaran. Kalo aku baca novel ini, aku kaya pemeran utamanya. Aku ngerasain kaya di tarik masuk kedalam cerita itu" dia meletakan novel itu, lalu mengambil kacamata. "nanti kamu mau kan nemenin aku ke toko buku? Bacaan ku udah habis" dia tersenyum yang langsung kujawab dengan anggukan kepalaku.

Aku ingat saat itu, aku terlambat menjemputnya karena ada kelas mendadak. Untungnya dia tidak terlalu marah, tapi aku harus membelikannya beberapa novel. Bahkan, sampai sekarang struk pembelian novel itu masih tersimpan rapi di laci mejaku. Kebiasaanku, apa saja yang berhubungan dengan dia selalu saja aku simpan rapi. Entah ada berapa puluh lembar tiket bioskop yang aku simpan, atau berapa banyak barang-barang pemberian dia yang aku pajang dalam lemari kaca kecil dalam kamarku.

Ada beberapa hal yang membuatku bingung belakangan ini. Gadisku yang selama ini ku kenal sudah berubah menjadi monster yang menyeramkan, ah maksudku bukan monster seperti yang ada di dalam film. Tetapi gadisku ini berubah menjadi sosok yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, aku tidak tahu hal apa yang membuatnya berubah seperti ini. Dia bukan gadisku yang dulu, dia bukan gadis yang penuh kelembutan lagi. Dia bukan gadis yang selalu bahagia ketika berada disampingku, dia... dia benar-benar berbeda.

"maaf aku telat, tadi ada keperluan mendadak." Ucapan dia membuat lamunanku hilang, aku tersenyum lalu menarik bangku untuk dia duduki. Aku memanggil pelayan untuk memesan makan malam kami berdua. Aku memandangi wajah lelahnya, kantung mata hitam dan juga beberapa parasit menjengkelkan merusak kulit wajahnya.

"ada yang mau aku omongi, tapi kayaknya bukan sekarang deh" aku memegang tangannya, ku usap dengan ibu jariku. Dia mendengus kesal.

"kalo itu penting, ya omongi aja. Aku bakal tanggepin kok" Dia menatap datar padaku. Aku menarik nafas panjang, baiklah. Aku harus berbicara jika tidak ingin terus merasakan takut sendirian.

"ada beberapa hal yang bikin aku takut dengan hubungan ini. Aku ngga tahu apa aku yang terlalu khawatir, atau kamu yang emang udah benar-benar berubah" Dia melepaskan pegangan tanganku.

"maksud kamu apa, sayang?" Ku hela nafas lelahku, sepertinya ini memang bukan waktu yang tepat. Emosinya pasti akan tersulut.

"jelasin ke aku, apa yang bikin kamu berfikir kalo aku berubah!" Baiklah, jika dia sudah memakai nada tinggi seperti ini, maka dia sedang serius.

"aku udah mikirin ini baik-baik, berfikir kalo emang aku yang terlalu over thinking sama perubahan sikap kamu, tapi tetep aja. Ujung-ujungnya aku kalah, kalah sama hati aku. Susah buat aku jelasin karena aku tahu, pada akhirnya kamu bakal nyalahin fikiran aku." Ku tatap mata indahnya, iris biru yang selalu membuatku jatuh cinta.