Alisha Albert Smith merupakan seorang primadona SMA Pelita, gadis asli tanah air campuran adat Jawa dan Sumatera, dia bukan hanya terkenal karena wajahnya yang menawan, tapi dia juga memiliki segudang prestasi yang membanggakan sekolahnya meskipun dia masih kelas XI.
Siapa yang tak kenal Alisha si gadis cantik berotak cemerlang tersebut, seantero sekolah dijamin mengenal gadis manis tersebut. Namun, Alisha tidak pernah sombong karena kecantikan atau kepintarannya. Dia memiliki banyak teman, dan tak lepas darinitu dia juga mempunyai banyak musuh.
Alisha terlahir dari keluarga kaya, dia memiliki seorang kakak laki laki yang bernama David Alfiano Smith, tak jauh berbeda dengan Alisha, David juga memiliki wajah menawan dengan segudang prestasi yang membanggakan sekolahnya, jika Alisha hanya di bidang akademik, David memborong semuanya. Remaja itu selalu mengharumkan nama sekolah di dalam bidang akademik mau pun non akademik.
Mereka bersekolah di tempat yang sama dan selalu bisa membawa nama sekolah mereka mendunia berkat kemampuan yang mereka miliki.
~~~
Berbeda dengan Alisha dan David, Gerald Fairuz Orlando seorang cowok blasteran Inggris-Indonesia yang terkenal akan kesombongan dan sifat dinginnya. Awalnya Gerald bersekolah di tanah kelahirannya, Manchester. Namun, Gerald dipaksa pindah oleh sang mama dengan alasan supaya Gerald lebih mencintai tanah kelahiran sang Mama.
Dikarenakan Gerald sangat sayang kepada sang mama, dia bersedia pindah ke Indonesia karena sedari kecil Gerald menempuh pendidikan di Manchester.
Hari ini Gerald resmi menjadi siswa SMA Pelita, Gerald diantar oleh sang mama dengan alasan Gerald belum paham denah lokasi sekolah barunya.
Awalnya Gerald ingin menolak, tapi apa daya jika sang mama sudah bertindak. Vira--mama Gerald mengantar cowok dengan hoodie cream itu menuju ruang kepala sekolah SMA Pelita.
Setelah hampir menjelahi semua bagian gedung lantai satu, mereka baru menemukan ruangan kepala sekolah.
Tok...tok...tok..
"Masuk," ucap seseorang dari dalam sana.
"Permisi pak, saya Vira mamanya Gerald, siswa yang baru pindah dari Inggris," ucap Vira kepada Beril--kepala sekolah SMA Pelita.
"Oh iya, silahlan masuk,"
"Baik, terima kasih pak,"
"Perkenalkan saya Beril Bramamtyo kepala sekolah SMA Pelita," ucap Beril sambil menjabat tangan orang tua Gerald.
Setelah menjelaskan mengenai hal hal yang dirasa perlu diketahui Gerald selama menempuh pendidikan di sini, Ibu Susi selaku wali kelas Gerald dipanggil Kepala Sekolah untuk mengantar Gerald ke kelasnya, setelah itu Vira lansung pamit pulang.
***
Cowok itu berjalan di koridor lantai satu, mengikuti jejak perempuan paruh baya didepannya untuk mengantarkan Gerald ke kelas barunya. Sekolah ini tidak terlalu buruk, malahan sangat bagus menurut Gerald. Lantai satu hanya ada gedung-gedung penting seperti kantor guru dan ruangan kepala sekolah. Lantai dua hanya untuk kelas sepuluh dan seterusnya.
Untuk sampai ke kelasnya, Gerald harus naik ke lantai tiga. Mereka naik menggunakan lift. Lihat, sekolah ini tidak seburuk itu.
Setelah sampai di depan sebuah kelas, guru tersebut masuk dan tampak berbincang dengan guru yang sedang mengajar.
"Gerald, ayo masuk," ucap Bu Susi selaku wali kelas Gerald.
Gerald melangkahkan kakinya memasuki kelas XI IPA 1. Tatapan semua orang lansung tertuju padanya. Terkecuali gadis yang duduk di sudut kanan. Dia masih sibuk dengan buku catatannya dan tak menghiraukan apa yang sedang terjadi.
"Selamat pagi anak-anak, kalian kedatangan teman baru, saya harap kalian saling bekerja sama dengan teman baru kalian, Gerald silahkan perkenalkan dirimu"
Saat Gerald ingin memperkanalkan diri semua siswa yang ada di kelas itu mendadak membisu, termasuk gadis yang tadi sibuk dengan buku kesayangannya. Seolah terhipnotis dengan tiap aksara yang akan dilontarkan Gerald.
"Hello my friends. I am Gerald, i come from England. Nice to meet u all, thank you,"
Lalu Ibu Susi menyuruh Gerald untuk duduk di sudut belakang. Hanya kursi itu yang tersisa. Derald duduk bersama seorang cowok yang nampaknya sedang berbahagia karena akan mempunyai teman sebangku setelah sekian lama duduk sendiri.
"Hai, nama gue Hans. Gue yakin lo bisa Bahasa Indonesia, iya kan?"
"So pasti bro, gue Derald, salam kenal ya,"
"Akhirnya setelah sekian lama gue ada teman sebangku, apes mulu dari dulu, pasti gue kebagian kursi paling belakang, beruntung sekarang ada lo," ucap Hans yang sangat senang dengan teman barunya itu.
Gerald hanya membalas ucapan Hans dengan senyuman, dan dia meminta Hans untuk fokus dengan materi yang dijelaskan oleh guru di depan.
----
Waktunya istirahat, Gerald dan Hans berjalan beriringan menuju kantin di lantai tiga. Di perjalanan Hans menjelaskan bahwa kantin setiap angkatan berbeda dan satu lantai hanya ada satu kantin. Yang berarti kantin di lantai tiga hanya akan diisi oleh anak kelas XI.
Sepanjang perjalanan mata kaum hawa tak henti hentinya melirik ke arah Gerald, dan Gerald sangat menyadari hal itu. Dia hanya tampak biasa saja seolah tak terjadi apa pun.
Tak sengaja seorang gadis menabrak Gerald dari arah belakang karena si gadis sedang bermain kejar-kejaran dengan temannya. Netra Gerald tampak tak suka memandangi gadis itu.
"Eh, maaf Gerald, ga sengaja soalnya Alisha ngejar gue mulu," ucap Yura memohon maaf kepada Gerald yang aura wajahnya sudah berubah garang.
"Kalian pikir ini taman kanak-kanak yang bisa seenaknya main lari-larian?"
"Yura kan udah minta maaf Gerald, maafin ya, aku yang salah. Jangan marahin Yura" akhirnya Alisha angkat bicara agar sahabatnya itu tak lagi menjadi bahan amukkan Gerald.
"Kali ini gue maafin sahabat lo ini, kalau terjadi lagi, lo gabakalan tenang sekolah di sini,"
"Thank you Gerald, i'll remember it,"
Di lorong itu, saksi perbincangan pertama mereka, awal bermulanya kisah panjang yang tak tau kapan berakhirnya. Mungkin angin saling berbisik perihal dua insan yang akan saling membutuhkan, bagai dua raga satu jiwa.
-------
Thank you for this part, i hope u can enjoy my story, don't forget to give like and comment👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMA
Teen FictionSaat jarak menguji rasa, rindu menuntut temu, dan kamu yang aku tunggu. Menyatu dalam satu nada, menggetarkan dawai dawai penuh rindu. Tapi melodi yang diharap tak menghasilkan symphony yang indah bak tawamu. Biarlah raga melebur bersama waktu agar...