Si gadis menghentikan permainan piano nya, dan menoleh kebelakang. Hana berjalan mendekat ke arah pintu. Ya gadis itu adalah Hana. Hingga ia tersadar bahwa tadi tak menutup rapat pintu, lalu Hana ingin menarik handle pintu dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Di lain sisi, Davin berdoa agar gadis tersebut tak menghampirinya.
•••
Tiba-tiba ponsel Hana berdering, membuat Hana kembali dan mengambil sebuah benda berbentuk persegi di atas piano yang sedang berdering. Tertulis nama papa tanda orang yang memanggil.
"Halo pa.." Hana mengangkat telepon itu.
Di lain sisi, Davin bernapas lega dan memanfaatkan waktu itu untuk kabur.
Entah mengapa jika ketahuan oleh gadis itu, Davin pasti akan merasa malu karena diduga menguping atau mengintip atau hal semacam itulah, jadi Davin memutuskan untuk berlari menuju parkiran dan langsung menuju mobilnya.
Segera ia melajukan mobilnya meninggalkan pelataran sekolah.
"Kok gue jadi ketakutan sih. Kira-kira tu cewek siapa ya? Eh, kok gue jadi kepo sih. Sumvah, gue gak pernah dengerin nada piano semerdu dan seenak itu." Davin mengoceh sendiri sambil senyum-senyum sendiri tak jelas.
O_o
Hari berjalan seperti biasanya. Tapi beda dengan keadaan kelas XI A yaitu kelas Hana. Muka mereka semua terlihat kusut dan muram, ya jelas karena ulangan fisika dadakan dari Bu Indah baru selesai dilaksanakan.
Kriingggg
Bel istirahat berbunyi
"Baiklah, semoga hasil Ulangan hariannya memuaskan ya." doa Bu Indah.
"Iyaa bu," ucap semua siswa serentak dengan nada malas dan pasrah.
"Baiklah kalian boleh istirahat," kata Bu Indah lagi sambil membereskan barang-barangnya.
Para siswa langsung berhamburan keluar kelas, mereka akan mengisi stok perutnya setelah mengerjakan soal fisika yang gak ketulungan susahnya.
"Dan Hana."
Hana yang merasa dirinya dipanggil oleh Bu Indah segera mengalihkan pandangannya dari novel ke Bu Indah yang sedang melangkah menuju Hana.
"Ingatkan sama tugas kamu? Ibu harap kamu sudah merencanakan jadwalnya dengan Davin." Hana mengangguk ragu.
Ulfi yang sedari tadi fokus dengan hape nya menatap Hana dan Bu Indah dengan tatapan penasaran.
"Baik, ibu tinggal dulu ya," pamit bu Indah lalu meninggalkan Hana, Ulfi dan beberapa siswa di dalam kelas.
Hana menoleh ke sampingnya dimana Ulfi berada. Ulfi mengangkat alisnya.
"Kok ada kaitan-kaitannya sama Davin?" tanya Ulfi kepo. Ya, Ulfi salah satu fans nya Davin, tapi gak terlalu lebay dan fanatik.
"Lo beneran pengen tau?"
Ulfi mengangguk antusias.
"Pengen tau atau pengen tau banget?"
Diberi pertanyaan seperti itu Ulfi mengerucutkan bibirnya. Hana pun terkekeh.
"Udah ah lu kepo," ucap Hana tak acuh.
"Yee gue serius nih."
Hana menghadap Ulfi dan membenarkan kacamata nya "Gue disuruh Bu Indah buat jadi guru privat si Davin."
"WHAT?!"
"Lama-lama kuping gua bisa masuk rumah sakit nih gara-gara suara lo," ucap Hana sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana
Teen Fiction"Coba Lo senyum gitu tiap hari, pasti gue udah jatuh." Perkataannya yang ambigu membuat Hana menatap heran. -Davin Wijaya "Bisa diem gak." Ia mengucapkan dengan nada datar dan bahkan terdengar seperti pernyataan. -Hana Maharani Ini cerita tentang Ha...