Ikutlah Denganku, Mikasa

1.1K 62 4
                                    

Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya aku berdiri. Menatapi dinding besar ini, bersama teman, ah, sahabat kecilku, Eren. Ia menatapi dengan lekat dinding kokoh di hadapannya. Menatapnya lamat-lamat, sembari menautkan kedua alisnya dan mengepalkan tangan.

"Eren?"

Aku mencoba memanggil dia. Apakah ia termenung? Memikirkan cita-cita gilanya? Memikirkan apa yang tidak dipikirkan manusia lain? Memikirkan hal gila itu?

"Mikasa, dunia luar! Kapan aku dapat melihatnya?!"

Ia menatapku lamat-lamat. Meminta jawaban pasti, dari tatapannya.

"Suatu saat nanti, Eren."

Jawaban tak pasti ini, terlontar secara tidak sengaja dari mulutku. Ingin rasanya kuralat, namun jawab tersebut telah keluar dari mulut naif ku ini.

Eren menghela nafas, "Aku meminta jawaban pasti. Kapan kau akan menyebut hari? Tanggal? Tahun?"

Tatapan kecewa itu, sungguh aku iba melihatnya. Ia bukan manusia biasa, berfikiran gila, kapan ia keluar agar ia dapat melihat dunia luar. Hanya untuk itu? Gila, bukan?

"Bukankah itu gila, Eren?"

Eren terdiam, "Menurutmu begitu?"

Aku menggeleng keras-keras. Berusaha untuk meralat perkataan kejam tadi. Aku yakin, kata-kata tadi pasti menyakiti hatinya.

"Bu-bukan! Maksudku, apa kau tak takut pada dirimu sendiri? Pada nyawamu? Pada keadaan kami yang amat menyayangimu didalam dinding ini? Apa kau tak khawatir jika mereka sakit hanya untuk memikirkan dirimu yang keluar dinding? Keluar dari zona aman umat manusia? Apa kau tak takut? Jawab, Eren!"

Aku menghela nafas. Lagi-lagi mulutku melontarkan kata-kata yang tak pantas didengar untuk orang seperti Eren, yang hanya memedulikan diri sendiri, yang hanya ingin menggapai impiannya sendiri.

"Mikasa..

Aku khawatir. Tentu aku akan sangat khawatir. Apalagi mendengar dirimu yang sakit karena hanya memikirkan ku tanpa tidur dan makan. Kau tahu? Jujur, aku juga khawatir, namun rasa ingin tahuku begitu tinggi. Mengalahkan rasa-rasa yang lain.

Bukannya aku mau membuatmu tersinggung, tapi apakah kau lupa bahwa aku sering mengajakmu melihat dunia luar bersama? Kau lupa? Pasti kau lupa. Dasar naif, aku yang mengajakmu agar keluar dari zona aman palsu ini.

Maafkan aku, mungkin kau kecewa mendengar jawaban yang keluar dari mulutku secara spontan ini. Hanya ini jawaban yang bisa kuberikan dari pertanyaan mu tadi.

Maka dari itu, ayo kita pergi kedunia luar bersama-sama. Bersama Armin, Jean, Sasha, Connie, kapten Levi, kapten Hanji, dan yang lain. Ayo kita lihat laut yang diimpi-impikan Armin, samudra yang penuh akan air, gurun yang diisi hanya dengan pasir, dan hutan-hutan tropis yang pastinya indah dan berwarna.

Ayo ikut aku melihat dunia luar, Mikasa."

Secara spontan, Eren memelukku dengan erat. Deru nafasnya begitu terasa di telingaku. Hangat, hanya itu yang dapat menggambarkan perasaan ku saat ini. Tangan kanannya membelai rambutku pelan, kemudian mengacak-acaknya sesekali.

"Aku.. aku akan menemanimu selamanya kemanapun kau pergi, Eren."


END 

Ikutlah DengankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang