[Prolog]

25.2K 1.6K 150
                                    

"Tinggalin Juan! Dasar wanita penggoda!" bentak seorang wanita berpakaian seksi.

"Aku cinta sama Juan!"

"Cih! Cinta lo bilang?" Geraman keluar dari bibir wanita seksi itu.

Dress ketatnya begitu memeluk erat tubuh wanita itu, ditambah dengan belahan kerah rendah mempertontonkan gundukan payudara yang menyembul.

"Lo tahu siapa gue?" tanya wanita seraya menjambak rambut panjang wanita satunya.

"Akh!"

"Lo itu cuma mainannya, Juan. Nggak lebih!" Wanita berkemeja kotak-kotak itu menggeleng kuat, seraya memahan sakit akibat jambakan si seksi.

"Enggak! Juan serius sama aku. Dia sudah ngelamar aku, dan kita bakalan nikah dua bulan lagi." Wanita seksi itu tercenung, mendengar penuturan dari si gadis berkemeja kotak-kotak hitam bercampur hijau.

Merasakan tarikan di rambutnya mengendur sebisa mungkin gadis itu mundur. Menghindari jambakan.

"Bohong! Kamu pasti bohong!" teriaknya lagi. Dengan tatapan penuh kebencian ia kembali mengikis jaraknya.

Jemari lentik berkutek merah itu merapatkan diri disekitar leher kurus si gadis.

Juan melamar gadis ini? Dan bukan dirinya.

Juan akan menikahi gadis ini? Tapi bukan dengannya.

Amarahnya tiba-tiba mengelegak, melampiaskan dengan cengkeraman dileher gadis itu semakin mengerat.

Membenturkan tubuh si gadis hingga membentur tembok di belakangnya.

"Enggak! Yang berhak nikah sama Juan cuma gue. GUE!" teriaknya lagi.

Dadanya naik turun, bergandengan dengan deru napasnya yang mengebu.

PLAAAK!

Gadis itu limbung, mendapatkan tamparan yang cukup keras. Pipinya memerah. Tak lagi mampu mencegah airmatanya.

"Aku nggak pernah godain pak Juan. Pak Juan sendiri yang datang dan bilang kalo dia cinta sama aku." Ucapan gadis itu tertahan di antar isak tangisannya.

"BOHONG! Dasar wanita licik! Juan nggak akan berpaling dari gue," teriak wanita itu yang kini kembali menjambak rambut gadis tersebut.

BRAAAK!

Dentuman pintu terbuka keras, membuat gadis dan wanita bergincu merah berjingkat kaget. Belum juga reda kekagetannya sosok lelaki tegap berpenampilan ala eksekutif menerobos masuk, diikuti oleh beberapa petugas keamaan mall. Cepat-cepat lelaki itu mendorong tubuh si wanita ke belakang, hingga tersungkur dengan kepala terantuk dinding wastafel.

"Kiara. Kamu nggak apa-apa, Sayang? Katakan apa yang sudah ia lakuin ke kamu?" tanya lelaki berpakaian jas kerja, seraya merangkum wajah gadisnya.

Tak ada jawaban, hanya rintihan kesakitan dan isak tangis yang menyertainya. Melihat reaksi si gadis, pria itu membawa tubuh bergetar gadisnya ke dalam pelukkan.

Sedangkan mata wanita seksi hanya bisa melihat sendu pada pemandangan di depannya. Terpancar kesedihan di sana.

"Juan!" cicit wanita itu.

Harusnya ia yang berada diposisi itu. Dengan Juan menatapnya penuh cinta dan memuja. Bukan menatap nyalang seperti sekarang.

Mengusap pelan bekas tamparan di pipi Kiara, Juan mencium kening gadisnya. "Keluarlah, tunggu di mobil sama Edo."

Sedangkan lelaki lainnya yang datang bersama Juan, sudah memapah Kiara keluar dari toilet umum.

Menutup pintu toilet dan menguncinya, Juan kembali memangkas jarak antara mereka. Menyalakan air keran wastafel, Juan jongkok menatap dingin.

"Juan, A-aku-"

Kemarahan sudah menutupi nurani Juan, dengan tatapan bengis lelaki itu menampar kuat wanita tersebut. Kembali membuat keningnya terantuk dinding wastafel.

"Akh! Juan!" lirih si wanita.

"Apa maumu, Bi?" Suara Juan mengelegar, membuat wanita itu ketakutan.

Juan kembali berdiri, menatap sinis ke arah wanita dengan luka sobek di ujung bibir. Akibat tamparan keras darinya.

Merapikan jasnya sebentar, Juan kembali melangkahkan kakinya. Namun tertahan karena wanita itu memeluk sebelah kakinya.

"Jangan pergi, Juan. Jangan pergi!" Mohon si wanita.

Juan melepaskan pelukan wanita itu, bahkan tak segan menendang perut si wanita agar kakinya terlepas. Tak ayal membuat wanita itu limbung ke belakang.

Bukannya membantu, Juan malah menjambar rambut panjang si wanita hingga menengadah menghadap dirinya.

"Apa hakmu melarangku pergi? Kamu bukan siapa-siapaku!" Telak! Ucapan Juan membuat hati wanita itu teriris perih.

Bukan siapa-siapa.

"Aku mencintaimu, Juan. Aku berikan seluruh hidupku buat kamu. Aku bahkan tak pernah menuntut apapun darimu, bahkan status. Tidak bisakah kamu tetap di sisiku? Sebagai balasan atas pengorbananku untukmu?" teriak wanita itu diiringi derai airmata.

Rupanya kata-kata yang diucapkan si wanita kembali menyulut amarah Juan, dan kembali menyarangkan tamparan keras ke wajah wanita itu.

"Berani sekali kamu meneriakiku?" teriak Juan kembali menarik rambut si wanita yang sudah merintih kesakitan, namun diabaikannya begitu saja. "Aku tidak pernah mencintaimu! Apa kamu lupa? Kalau kamu yang melemparkan dirimu sendiri, demi uangku. Mengikutiku seperti kuman. Dan sekarang. Berani sekali kamu menuntutku, Jalang!" Amuk Juan semakin mengeratkan cengkeramannya di rambut wanita yang dijuluki Jalang olehnya.

Tanpa ampun, Juan menenggelamkan kepala si wanita kedalam bak wastafel yang dipenuhi oleh air. Tak peduli jika apa yang ia lakukan membasahinya juga si wanita.

Persekian detik, tapi mampu membuay wanita itu terbatuk karena kehabisan napas.

"Juan, sakit ...."

Mencampakkan si wanita tanpa ampun, hingga meluruh ke lantai. Sekali lagi Juan menatap bengis ke arah wanita itu, dan meludahinya. "Pergi jauh dari hidupku!" Dibalas dengan gelengan kuat.

"Enggak Juan! Apapun. Apapun akan aku lakukan, asal kamu nggak pergi dari sisiku. Apapun itu, Juan!" Kembali si wanita memeluk kaki Juan. Dan lagi-lagi Juan menendang perut si wanita hingga merintih kesakitan dan terkapar di lantai. Tak segan ia juga mendaratkan beberapa tendangan di tubuh kurus wanita itu.

Untuk sesaat Juan menampilkan raut kesedihan, melihat penampakan mengenaskan wanita itu. Namun kembali mengubahnya menjadi tatapan datar nan dingin.

Kembali merapikan jasnya yang sedikit basah, Juan menyugar rambutnya kemudian beranjak membuka kunci pintu toilet tanpa menatap tubuh lemah wanita yang terbaring mengenaskan di lantai.

"Juan...." bisik wanita itu.

○●○●○●○●

Ngahahahahahaha, ketawa dulu lah... lagi-lagi aku cuma nerbitin prolog. Ntar apdetnya nyusul kalo ada mood nulis chapter ini.

Note: prolog ini terinspirasi dari salah satu chapter di work "Terukir Indah Namamu" juga lagu Dewa 19 - Pupus.  mohon maaf kalo selaku penulisnya merasa terplagiat dan lain sebagainya.

Terima kasih.

Surabaya, 05/11/2018
-Dean Akhmad-

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang