No Sense

1K 52 8
                                    

Malam ini, aku kembali mengelilingi kota besar ini. Tidak seperti saat aku masih dengannya, malam ini hampa sekali. Biasanya, akan banyak celotahan konyol yang keluar dari bibir tipisnya. Saat dia masih di sampingku kami akan melakukan hal-hal yang tidak dapat di tebak, seperti malam itu, ketika natal tahun kemarin.

"kita mau kemana ya enaknya, Gab?" aku sibuk dengan setir bundarku, sementara Gaby asyik bersenandung mengikuti lagu yang terputar di radio. Suaranya sangat merdu, suara yang selalu jadi penenangku.
"Gab, lo denger nggak sih?!" aku mulai kesal, karena Gaby mengabaikan ucapanku.

"ya kemana aja, Bil. Yang penting kita berdua, itu kan yang kamu mau?" Gaby memutar bola matanya malas, aku hanya bisa mendengus kesal.

"ya lo kasih ide kek, jangan apa-apa harus gue yang nentuin, Udang!" aku mengacak rambutku kesal saat dia malah sibuk menatap keluar jendela.

"bintangnya bagus ya, Bil. Gimana kalo kita ke Jogja aja?" aku menginjak rem dengan keras, untunglah jalan yang sedang kami lewati ini sepi. "BIL JANGAN GITU! AKU KAGET!" Gaby berteriak.

"ya lagian lo aneh-aneh aja, ke Jogja palalo. Jangan gila" aku kembali melajukan mobil, Gaby masih sibuk bersumpah serapah.

"yaudah kalo nggak mau, jangan bilang aku gila." Selanjutnya Gaby hanya diam saja, ku lirik dia yang masih sibuk menatap keluar jendela.

"emang kalo kita ke Jogja, lo nggak di cariin sama nyokap lo?" aku tertarik untuk pergi ke Jogja, kapan lagi kan bisa pergi berdua sama Gaby.

"ya enggak lah, Nabil. Aku udah gede mana mungkin aku masih di cariin, ada-ada aja." Baiklah, aku mulai memutar arah kearah Tol.

Untungnya aku meninggalkan beberapa lembar pakaian di dalam mobil. Ku lirik Gaby yang sepertinya sudah merasakan kantuk, beberapa kali kepalanya berbenturan dengan jendela mobil. Ku tepikan mobilku lalu mendekat kearah Gaby, dia terlihat gugup.

"ka—kamu ma-u nga...ngapain, Bil?" Aku mengerutkan keningku, aku hanya ingin menurunkan sandaran kursi agar Gaby bisa tidur. Memang dasarnya aku jahil, aku akan sedikit menjahili Gaby.

"memangnya apa lagi, nikmati aja, Gab. Nanti lo pasti suka" aku menyeringai kearah Gaby, ku dekatkan lagi wajahku dengan wajahnya. Hidung kami sudah bersentuhan. Gaby terlihat panik dan gugup, bibirnya terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun dengan cepat aku tertawa puas.

"rese banget sih, Bil. Aku udah takut tadi" aku mencium pipinya cepat, lalu menurunkan kursinya.

"mau banget ya kalo di apa-apain sama gue? Lagian gue nggak tega liat lo ngantuk, mending lo tidur deh." Aku kembali menjalankan mobil. "selamat tidur Ayam, gue sayang sama lo." Ku usap rambutnya perlahan.

"Gaby juga sayang sama Nabil, hati-hati nyetirnya yah, sayang." Gaby pun terlelap.

Aku tersenyum getir, apa saja hal yang aku lakukan bersama Gaby adalah hal paling membahagiakan. Aku tidak tahu apa kesalahanku sampai-sampai Gaby meninggalkanku sendirian, membawa setengah hatiku dan meninggalkan banyak penyesalan. Aku memasuki mobilku dan meninggalkan tempat ini, ingin segera mengistirahatkan diri dan fikiranku. Walaupun aku tahu, sekeras apapun usahaku untuk melupakan dia, tetap saja aku tidak mampu.

----

Ketika aku sampai di apartemen milikku dan membersihkan badan, aku membaringkan tubuh diatas tempat tidur. Ku raba kasur di sampingku, biasanya akan ada Gaby berada di sebelahku. Sibuk membaca komik online dari smartphone miliknya, atau dia dengan semangat bercerita hal-hal yang ia lalui hari itu. Biasanya dia meletakan kepalanya di lenganku, memeluk tubuhku dan aku mengelus kepalanya dengan penuh perasaan. Aku tidak akan bisa tertidur seperti biasa jika tidak ada Gaby di sebelahku, apartemenku seperti rumah kosong tak berpenghuni. Begitu juga dengan hatiku, sangat hampa. Sebab, sudah tidak ada lagi sosok dirinya di dalam hidupku.

Kumpulan OneShot JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang